Setiap orang memiliki potensi dan kemampuan yang luar biasa.
Namun dibutuhkan jangka waktu lama untuk mencapai semua hal yang mampu
dikerjakan. Sayangnya, manusia hanya punya satu kesempatan saja dalam hidup ini
karena waktu terus berjalan dan tak bisa kembali.
Menurut saya, otak merupakan potensi dan kemampuan yang luar
biasa dimiliki oleh setiap orang. Jelas, kekuatan yang dianugerahkan Tuhan
kepada saya berupa otak ini dapat berfungsi mengolah data dari berbagai
masukkan kegiatan atau pengalaman sebelumnya, otak selalu memproses data yang
ada didalam kemudian menginterpretasikan kembali data masukan tersebut menjadi
sebuah kegiatan atau perbuatan yang bisa mendatangkan timbal-balik yang bagus
berupa prestasi.
Kehebatan dari kekuatan otak dapat mengontrol diri dari
kelemahan yang saya miliki sehingga menjadi sebuah otomatisasi tertanam dalam
pola pikir khusus menuju perubahan. kata kunci dari kesuksesan adalah
perubahan, kenapa saya katakan demikian? Karena mulai dari bahan baku
kelemahan/ketakutan yang diproduksi bayangan masa lalu dirubah oleh otak
menjadi sebuah produk aksi yang luar biasa sebagai alat untuk mencapai prestasi
yang kita cita-citakan dari mengoptimalkan setiap peluang yang ada.
HandrGE, CEO General Elektrik Indonesia (2012) menulis dalam
twitternya bahwa “Kita harus dicekoki dari dulu, bahwa we have to learn
from anybody, anywhere, anytime. Ini adalah sikap mental,”
Penyesalan terjadi karena salah langkah atau keliru dalam
bertindak. Manusia yang jatuh dalam kesalahan yang sama karena gagal belajar
dari sebuah pengalaman. Adapula yang terjebak dalam trauma dan sulit bangkit kembali
untuk mengembangkan diri. Ini penting kegagalan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari proses learning.
Hampir tidak ada kesuksesan tanpa mengalami kepahitan sebuah
kegagalan, pasca kegagalan biasanya secara otomatis pemicu semangat untuk
bangun dan maju meraih sebuah kesuksesan. Tapi, tetap memerlukan yang namanya
Evaluasi Diri. Nah! Apa itu Evaluasi diri? Mari kita perhatikan dibawah ini.
Evaluasi berarti menguji kembali semua yang telah dilakukan,
sekaligus membuat antisipasi dan sikap mawas diri terhadap hal yang mungkin
terjadi. Sikap evaluasi diri berarti menyadari bahwa mungkin Anda tidak mampu
mengontrol situasi di sekitar, namun Anda bisa memberdayakan diri sendiri
se-optimal mungkin.
Mengapa kita perlu mengevaluasi diri ? Untuk mengetahui posisi
saat ini. Ada sebuah kisah, seekor ulat kecil sedang memanjat pohon ceri yang
tinggi. Pohon yang sangat rimbun membuat ulat kecil kesulitan mencari buahnya.
Burung-burung di udara mengejek ulat kecil itu yang susah payah memanjat pohon
ceri yang belum berbuah. Dengan tenang si ulat menjawab, ”Saat aku tiba di
puncaknya, maka aku akan menemukan buah ceri yang matang dan ranum.”
Evaluasi diri adalah cara untuk mengetahui dengan tepat
kemampuan dan kondisi tantangan yang harus dihadapi. Sehingga target dan
sasaran dapat diraih dengan sukses. Kemudian, Agar menemukan momentum yang
tepat untuk memacu diri. Evaluasi biasanya dilakukan dalam periode waktu
tertentu. Beberapa perusahaan mengadakan evaluasi setiap tahun.
Namun untuk mengantisipasi perubahan yang lebih cepat, saat
ini evaluasi lebih sering dilakukan setiap tiga atau empat bulan. Sama seperti
diri Anda, evaluasi pribadi secara rutin membuat Anda tanggap dalam bertindak
dan mengambil keputusan yang tepat di momen yang tepat.
Bukan itu saja, Untuk memetik hikmah dan mengantisipasi
keadaan. Kesalahan dan kegagalan adalah milik semua orang. Anda mungkin merasa
kecewa dan menyesal mengapa semua ini dapat terjadi. Namun dengan evaluasi
diri, Anda dapat memetik pelajaran yang sangat berharga yang tidak dapat dibeli
dan tidak tergantikan. Semua pengalaman Anda, sukses maupun gagal, merupakan
aset yang tidak ternilai harganya.
Cara mengembangkan sikap evaluasi diri, kita perlu Mengenal
karakter pribadi, Mengenal karakter pribadi berarti. Ada sifat-sifat yang harus
dipahami, di balik semua keadaan fisik dan kebiasaan yang nampak dari luar.
Kenali potensi, bakat dan minat serta kekuatan dan kelemahan pribadi Anda. Juga
respon dan sikap Anda ketika menghadapi tekanan dan masalah. Kenali juga gaya
komunikasi, sikap terhadap lingkungan sosial, kinerja, kepemimpinan, pola
pikir, emosi, daya tahan mental dan lain-lain. Semakin Anda mengenal karakter
pribadi, semakin mudah Anda mengevaluasi diri sendiri.
Membangun sikap obyektif, Michael yang hidup di lingkungan
kumuh di sebuah kota, tumbuh menjadi seorang penjahat. Ia menganggap apa yang
dilakukannya adalah hal yang lazim. Pergaulan dan lingkungan yang buruk dapat
merusak kebiasaan yang baik. Banyak mitos dan pandangan yang keliru atau
pengaruh negatif lingkungan membuat Anda menjadi subyektif bahkan kurang
rasional. Seperti Michael, namun akhirnya ia mengalami pencerahan dan
pemulihan. Nilai-nilai yang benar membuat Anda mampu untuk bertindak obyektif
yang dapat menjadi pegangan dan standar yang benar untuk bisa mengevaluasi diri
dengan baik.
Melatih kemampuan untuk menimbang dan memahami.
Dalam
doanya kepada Tuhan, Raja Salomo tidak meminta kekayaan maupun kejayaan,
melainkan hati yang dapat menimbang dan memahami. Ada pepatah mengatakan,
kemudaan adalah kebodohan. Kurang pengalaman mungkin adalah kendala terbesar
dalam meraih sukses. Tapi dengan mengevaluasi diri, Anda bisa mengantisipasi
situasi yang akan dihadapi dan dapat menggandakan potensi dan kemampuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar