Kamis, 12 Februari 2015

Tidak Semua Pengusaha Entrepreneur

getimagesize()


Life is not worth living if it’s not mysterious, kata sebuah kata mutiara. Hidup ini tidak layak dijalani jika tidak misterius, katanya. Tapi kata banyak orang sebaliknya. Dalam strategi militer maupun bisnis misalnya, ketidakpastian dianggap sebagai elemen yang mencemaskan. Maka perlu ditanggulangi dengan spionase.
Prinsip spionase adalah melakukan semua yang perlu dilakukan untuk memastikan dan mendapatkan kepastian. Maka dibuatlah dinas rahasia, satelit pengintai, pesawat tanpa awak, kamera tersembunyi, dan sebagainya, dengan argumen mengantisipasi bahaya dan ancaman. Itulah juga sebabnya kenapa bisnis asuransi laku sehingga bermunculan di mana-mana, mengalihkan resiko kepada pihak lain dengan imbalan berbagai macam kompensasi.  Dunia paranormal dan metafisika dimelencengkan menjadi semacam perdukunan tidak lain juga untuk memastikan, banyak berita intelektual tertipu dukun pengganda uang.
Sejumlah riset mengkonfirmasi tesis bahwa mentalitas “cari kepastian penghasilan, kepastian karier, dan kepastian pensiun” jauh lebih dominan dibandingkan faktor ketersediaan modal, skill, dan infrastruktur fisik (sarana-prasarana) maupun non fisik (kebijakan pemerintah dan sebagainya), dalam studi bertemakan “kenapa anda lebih suka jadi pegawai ketimbang entrepreneur”.
Orang yang memandang resiko sebagai penyemangat dan penggerak roda kehidupan sangat sedikit dibandingkan orang yang memandang resiko sebagai sumber kecemasan dan penyakit. Kalau semua orang jadi entrepreneur, lalu siapa yang jadi pegawainya? Percayalah, itu pertanyaan konyol. Jangankan semua, untuk mendapatkan jumlah cukup saja susah sehingga Tuhan sendiri pun merasa perlu mengangkat rasulNya dari kalangan entrepreneur untuk dijadikan panutan, yang selanjutnya menjadi dasar berkembangnya ekonomi syariah itu.
Orang banyak salah kaprah menganggap entrepreneur identik dengan pengusaha atau wirausahawan (businessman). Tidak semua pengusaha itu entrepreneur, atau lebih spesifik lagi tidak semua pengusaha sukses itu entrepreneur,  masih perlu diuji prosesnya menuju apa yang disebut sukses itu, sebab entrepreneur adalah karakter, bukan profesi, bukan pula jabatan; dan leadership hanyalah salah satu bagian di dalamnya. Entrepreneurship seseorang tidak bisa anda ukur menggunakan capaian kuantitatif semata sebagaimana anda umumnya mengukur sukses bisnis melalui buku neracanya. Entrepreneurship dinilai dari cara mengendalikan, mengelola, dan mengantisipasi peluang maupun resikonya, serta caranya merespon setiap kegagalan.
“Jiwa entrepreneurship melahirkan kultur kreatif- inovatif, itu hanya bisa tumbuh subur dalam masyarakat yang mentalitasnya mandiri, tidak bergantung pada kebijakan protektif,  dan menyukai elemen tantangan dalam setiap resikonya;  sedangkan masyarakat yang berkarakter sebaliknya  hanya bisa menjadi konsumen”, kata makalah berjudul “The Social Dimensions of Entrepreneurship” karya Amir N. Licht & Jordan I. Siegel sebagaimana ditampilkan oleh Mark Casson and Bernard Yeung dalam Oxford Handbook of Entrepreneurship, Oxford University Press 2006.
Bertolak belakang dengan sintesa aliran Maynard Keynes yang mengandalkan “matematika sukses” ketika menyimpulkan bahwa setiap perilaku ekonomi bermotivasi ekonomi pula, Joseph A Schumpeter, ekonom paling berpengaruh sepanjang abad 20 menurut Forbes, ketika membahas dominasi peran entrepreneur terhadap pesatnya kemajuan ekonomi dalam bukunya “Capitalism, Socialism and Democracy”, berkata bahwa motivator utama para entrepreneur sejati bukan berupa insentif material yang bisa diperoleh melalui keberhasilannya, tetapi terpenting bagi mereka adalah keberhasilan itu sendiri; perkara keberhasilan itu akan membuatnya kaya raya atau tidak, itu tidak penting.
“Ada semacam jiwa penakluk dalam diri seorang entrepreneur, sebuah kepuasan mental obsesif yang tidak terbeli oleh takaran materi apapun”, kata Hamilton yang dalam risetnya di tahun 2000 melaporkan bahwa ketika mengawali usahanya para entrepreneur sudah tahu bahwa potensi maksimal penghasilannya dalam kurun 10 tahun pertama masih 35% lebih rendah ketimbang jika mereka bekerja dan menerima gaji sebagai karyawan dalam kurun yang sama – selaras dengan pandangan Schumpeter.
Dalam kritiknya terhadap abstraksi matematis Keynes, Schumpeter melalui teorinya tentang Siklus Bisnis mengatakan bahwa dalam konsep ekuilibrium yang membuat Keynes terkenal itu justru peran entrepreneur sangat dominan, tanpa mereka ekuilibrium tidak akan bisa terbentuk dan memiliki dinamika. Konsep ekuilibrium Keynes, menurut Schumpeter, belum bisa mencerminkan mekanisme pembangunan ekonomi jika tidak memasukkan peran entrepreneur sebagai motor utamanya.

Ciri ciri cewek yang belum pernah pacaran

Memang sulit mengetahui cewek/wanita yang sudah pernah pacaran atau belum.Pacaran dengan wanita yang sudah pernah berpacaran tentu beda dengan yg belum pernah,
banyak tantangan sendiri, ada caranya sendiri dalam menaklukkannya. tapi setidaknya anda tahu sedikit perbedaan cewek yg pernah pacaran atau belum agar tak canggung menghadapi si-dia. Berikut ciri-ciri cewek belum pernah pacaran :
1. Tidak mengikuti fashion (modis)
Cewek yang belom pernah pacaran bakalan lebih cuek sama penampilannya dia; ga peduli ama pandangan para Cowok. Mungkin pakaiannya udah ga trendy lagi, tapi tetep cuek aja make baju yang dia suka. Tas dan pernak pernik pun juga ga sampe menyolok ato ngikutin fashion. Selain itu, kemungkinan besar, Cewek yang tidak pernah pacaran bakalan lebih jarang berdandan.
2. Kurang tau sopan santun di hadapan Cowok
Contohnya waktu di saat si Cewek sedang makan, porsi makannya jauh lebih banyak daripada Cowok-Cowok. Diapun tidak malu-malu makan sebanyak itu, karna emang tidak pernah merasa ada kebutuhan untuk mencari Cowok. Kalo dia emang tertarik dan ingin pacaran, pasti dia akan lebih menjaga image dia di depan kaum Cowok. Sebenernya, ada bagusnya untuk engga jadi “muka dua” di depan Cowok, tapi terkadang sifat seperti ini bisa membuat para Cowok kabur dan ilang feeling.


3. Kurang banyak teman dan kurang sosialisasi
Memang ga semua Cewek yang ga pernah pacaran itu berarti ga punya banyak temen ato kurang sosialisasi. Cuman, memang siapapun yang kurang gaul, kurang banyak teman, dan kurang bersosialisasi itu mengurangi kemungkinannya untuk mengenal orang lebih banyak. Ciri-ciri ini berlaku untuk Cewek maupun Cowok.
4. Ga sadar kapan harus bersikap romantik dan tidak di depan Cowok
Karna si Cewek belom pernah pacaran, dia bakalan susah untuk membedakan hubungan lebih dari teman dan hubungan sebatas teman saja. Mungkin aja Cowok ada banyak yang suka ama si Cewek ini, tapi si Cewek ga pernah tau gimana rasanya di PDKT-in sampe bener2 si Cowok ngomong suka sama dia. Nah, apalagi kalo nih Cewek belom pernah pacaran, pasti dia ga tau harus bertindak romantis dan kapan harus bertidak romantis di depan Cowok yang bener2 dia suka.


5. Kurang percaya diri
Inipun salah satu ciri-ciri penyebab mengapa kamu-kamu yang tidak pernah pacaran sampe sekarang masih belom pacaran juga! Hm, percaya diri itu perlu, tapi jangan berlebihan. Percaya diri itupun bisa ditingkatkan, jangan selalu merasa diri kamu kurang segalanya. Terima kamu apa adanya, dan bersyukurlah.

Tugas dan wewenang SPV

TUGAS dan KEWENANGAN :
1. Melakukan pengawasan kualitas terhadap line produksi bersama dengan leader QC
2. Melakukan pengawasan semua kegiatan QA adm, Incoming Inspection, OutGoing Inspection dan Customer Complain.
3. Menganalisa permasalahan qualitas yang ditemukan dilapangan
4. Melakukan koordinasi dengan departement terkait terhadap masalah kualitas yang ada
5. Mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah.
6. Menjalankan dan Memantau hasil keputusan terhadap kualitas hasil produksi
7. Menerima keluhan dari Customer Luar
8. Menganalisa keluhan
9. Membuat rencana tindakan untuk menghilangkan permasalahan – PICA (Continual Improvement)
10. Bila perlu, membakukan hasil keputusan dalam sebuah standard
11. Bila perlu, bekerja sama dengan training dept untuk awareness pada yang membutuhkan
12. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kalibrasi tools dan equipment
13. Membuat laporan qualitas mingguan/bulanan
14. Mengontrol jalannya new project, Modifikasi dan development product sebagai team leader
15 Memutasi seluruh karyawan staf QA ENG
16. Menentukan kebutuhan training karyawan departement Quality Engineering dalam rangka peningkatan Kualifikasi dan Kompetensi Karyawan
Tanggung Jawab :
1. Memastikan semua proses berjalan sesuai dengan standar
2. Memastikan semua customer claim sudah ada corrective action -PICA
3. Memastikan semua proses sudah memiliki standar kerja
4. Memastikan new project, modification dan development produk berjalan sesuai rencana
5. Memimpin menyelesaikan masalah pada problem yang berhubungan dengan Quality Product dan Customer Feedback
6. Berperan sebagai Quality Representative pada PT. Banshu Rubber Indonesia