Jumat, 04 Januari 2019

MAKNA TAHUN BARU




Pada tanggal 28 Desember 2018 , pukul 02.00 malam, saat alarm shalat tahajjud berdering, atau lebih tepatnya 8 hari yang lalu adalah hari dimana seorang guru kehidupan kami yang sekaligus ayah panutan, pergi untuk selama-lamanya. Ya, kepergian seorang ayah yang menuju
ke alam abadi seakan membawa separuh kehidupan kami.

Kini kami sudah ikhlas menerima kenyataan pahit itu dan mulai menatap harapan baru di tahun yang baru. Tetapi yang menjadi pertanyaan kami, apa sebenarnya makna dan hakekat dari pergantian tahun 2018 ke  tahun 2019?

Menurut kami, makna dan hakekat dari pergantian tahun, paling tidak kami memaknai setiap pergantian tahun sebagai sebuah tonggak, sebuah kesempatan untuk menoleh sejenak apa yang telah kami lewati dalam rentang perjalanan waktu setahun terakhir.

Apakah sudah ada momentum-momentum berharga yang patut kami abadikan sebagai sebuah monumen kehidupan untuk kami jadikan pijakan melangkah ke depan? Atau adakah kekurangan yang harus kami kelola agar menjadi lebih baik ke depannya?

Yang pasti, yang lewat biarlah berlalu, yang akan datang akan kami hadapi dengan semangat baru, suka cita dan pengharapan yang tinggi. Oleh karena itu, harapan besar kami di tahun 2019 adalah menjadi pemanah yang terbaik di tahun 2019.

Maksudnya hanya ingin fokus dan konsentrasi penuh yang baik-baik saja,  yang bisa memanah pada sasaran yang dituju dengan berusaha maksimal menggerakan seluruh energi kami, berusaha mengapai apa yang ada, termasuk memikirkan segala dengan nalar yang tinggi, berusaha menghadirkan hati yang penuh ikhlas dan tulus menghadapi semua tantangan dan masaalah , dan yang penting harus bergerak, berpikir, melangkah buat kasih capek-capek tubuh, berusaha juga berjalan menyapa dan berkata kata-kata yang baik dan bermanfaat, dan sebagainya.

Terakhir harapan kami ditahun 2019, semoga kami bisa menghadirkan etos yang tidak mengenal kata jangan terlalu berharap untuk kemajuan, tidak boleh menyerah, tidak boleh berhenti berusaha, harus mau menghadapi semua tantangan dan hambatan. karena kalau tidak ketemu lagi yang namanya hambatan / tantangan / kekecewaan lagi. Itu tandanya, hidup kami sudah berakhir di dunia.