Rabu, 25 Oktober 2023

8 Falsafah Hidup Orang Makassar

 

UNTUK MEMBANGUN PERADABAN GOWA TALLO YANG MEGAH TERNYATA RAHASIANYA ADA PADA RAKYATNYA YANG MEMEGANG TEGUH NILAI2 KEARIFAN LOKAL


Selain terkenal dengan kulinernya yang enak-enak, Orang Makassar  juga terkenal dengan karakteristik orang-orangnya yang lugas, terutama dalam berbinis. Orang-orang suku Makassar kukuh memegang prinsip yang diajarkan turun -temurun. 


Prinsip-prinsip yang berupa pepatah ini menjadi pedoman mereka dalam bertindak dan bertutur kata. 


Ini dia tujuh prinsip yang senantiasa dipegang teguh oleh pengusaha Makassar (dan Bugis):


1. Teai mangkasara' punna bokonna loko' (Bukan orang Makassar kalau yang luka di belakang)


Maknanya, orang  Makassar tidak boleh lari dari masalah, apalagi dalam bisnis. Setiap persoalan diselesaikan dengan cara menghadapinya langsung, bukan dengan kabur menghindar. 


Setiap kegagalan dijadikan cambuk untuk mencoba kembali, hingga usahanya berhasil.


2. Ku alleanngi tallanga na toalia (lebih baik tenggelam daripada kembali)


Pantang bagi orang Makassar menyerah dalam tujuan yang diinginkannya. Mereka mengibaratkan seorang seorang pelaut yang memilih kapalnya tenggelam daripada pulang tidak membawa hasil.


Tenggelam dalam hal ini juga punya makna tak masalah kamu gagal berapa kali, tapi suatu saat keberhasilan yang akan kamu petik.


3. Ejapi nikana doang (Seseorang dikenali atas karya dan perbuatan)


Orang-orang Makassar tak terbuai dengan andai-andai dan keberhasilan semu. Capaian dinilai jika memang hasilnya nampak terlihat. Prinsip ini juga bisa bermakna bahwa mereka mengutamakan karya dan ingin dikenal dengan sebagai seseorang pekerja keras. Karena perpaduan dua hal ini bisa membuat orang Makassar dihormati.


4. Anggulungmi naung batu lompoa nanggulung nai' batu-batu cakdia (Batu besar bergulir ke bawah, sedangkan batu kecil bergulir ke atas)


Kesuksesan dan keberhasilan jangan membuatnya sombong dan lupa diri. Karena orang-orang sukses yang sombong akan jatuh, dan orang-orang rendah diri akan menanjak naik.

Pepatah ini juga bisa bermakna bahwa kesuksesan itu berputar. Kadang yang di atas akan tergantikan oleh yang ada di bawah.


5. Caradde na Kanatojeng (pintar dan jujur)


Prinsip orang Makassar sangat mengajarkan kejujuran dan kepintaran. Orang pintar yang tidak jujur hanya akan melahirkan penipu. Orang jujur yang tidak pintar, akan dimanfaatkan kepolosannya dan akan dibodoh-bodohi.


6. Bajikkangangi tattilinga naia tallanga (Lebih baik miring daripada tenggelam)


 Prinsip-prinsip orang Makassar banyak diilhami dari falsafah-falsah pelaut. Ini karena suku Makassar sejak dulu terkenal sebagai pelaut ulung. Salah satunya adalah pepatah ini.


Pepatah ini bermakna, tak mudah merintis bisnis. Adakalanya mengalami kerugian hingga bangkrut. Bagi orang Makassar, prinsip ini berarti lebih baik rugi daripada bangkrut. Karena itu, berbisnislah dari hal-hal kecil, sehingga tidak mudah bangkrut.


Hal ini juga bisa bermakna, bahwa orang Makassar berusaha sekeras-kerasnya untuk tidak bangkrut. Tidak apa-apa merugi, asal jangan sampai gulung tikar. 


Gambaran orang makassar terkait poin 6 ini ada pada bisnis UKM yang banyak di geluti orang makassar. Orang makassar cenderung lebih banyak terjun di dunia bisnis UKM seperti Kuliner lantaran UKM salah satu bisnis yang tahapan polanya dari modal sedikit kemudian dikembangkan perlahan hingga membesar. Bisnis kuliner juga telah banyak membuka lapangan pekerjaan, dalam data resmi pemerintah, UKM menyerap 90 % tenaga kerja di banding bisnis Korporate. 


7. Le'ba kusuronna biseangku, kucampa'na sombalakku, tamassaile punna teai labuang (Bila perahu telah kudorong, layar telah terkembang, takkan ku berpaling kalau bukan labuhan yang kutuju)


Prinsip ini sangat dipegang teguh oleh pengusaha dan perantau asal Makassar. Mereka malu untuk melihat kebelakang. Mereka hanya fokus untuk melihat ke depan. Pandangan ke depan dimaknai sebagai tujuan yang akan dicapai. Sementara, pandangan ke belakang hanya jadi simbol menyerah dan lepas tangan. 


8. Tallu Cappa


Salah satu identitas yang dimiliki oleh manusia Makassar adalah merantau. Melakukan perjalanan dan menetap di tempat lain untuk mencari kehidupan. Selain dikenal sebagai perantau, manusia Makassar juga dikenal dengan kehebatannya dalam mengarungi lautan. Tidak salah jika mereka dijuluki pelaut ulung. Ada kebiasaan yang dipegang teguh oleh orang tua ketika melepas anaknya ke perantauan. Para orang tua tidak hanya membekali anak mereka dengan uang tapi ada tallu cappa' mereka sematkan di hati anak mereka.  "Jika ini gagal, sorongi lasonu (sorong kemaluanmu) dengan kata lain kawini putri raja, ketua adat, atau mereka yang berpengaruh di negeri tersebut" Dalam pappasang to riolo (pesan para leluhur) dikatakan: “Nia tallu cappa’ bokonna to lampaiyya, iyamintu: Cappa’ lila, Cappa’ laso, Cappa’ badi’. (Ada tiga ujung yang harus menjadi bekal bagi yang bepergian, yaitu ujung lidah, ujung kemaluan, dan ujung badik).  “Oe ana’… a’ngu’rangiko, nia’ antu tallu cappa nuerang (Duhai, anak, ingatlah selalu, ada tiga ujung yang harus kau bawa sebagai bekal) Kalo dikampungnya ko orang jaga baik-baik tiga ujung itu. Kau akan jadi untung atau merugi, tergantung bagaimana kau berperilaku dengan tiga ujung yang kau bawa.” Tiga ujung yang menjadi bekal setiap orang Makassar ini sepintas terkesan vulgar dan sadis. Namun hakikatnya tidak demikian. Perantau Makassar dibekali dalam dirinya tiga ‘alat’: lidahnya, kemaluannya, dan badiknya. Lidah dan kemaluan sudah ada sejak lahir, sementara badik adalah diri kedua yang harus dimiliki setiap laki-laki Makassar saat mereka sudah baligh. Sampai pada pembahasan ini, dalam budaya Makassar dikenal pesan: “Teyai bura'ne punna tena ammallaki badik” (Bukan laki-laki jika tidak memiliki badik), yang sering bersamanya, minimal ada tersimpan di rumahnya, miliknya.   Merantau bagi manusia Makassar berarti penaklukan, adaptasi, atau paling rendah bertahan di negeri orang dengan hidup tidak direndahkan. Tallu Cappa adalah tahapan dalam proses penaklukan, adaptasi atau bertahan tersebut. Dalam situasi apapun, ketiga ujung ini berperan menurut situasi dan kondisi.  Jika keadaan masih bisa diselesaikan atau dimenangkan dengan cara berucap atau berdiplomasi, sorongi lilanu (sorong lidahmu) dan menangkan hati mereka dengan ucapan santun dan ujaran lembut. Jika ini gagal, sorongi lasonu (sorong kemaluanmu) dengan kata lain kawini putri raja, ketua adat, atau mereka yang berpengaruh di negeri tersebut. Jika ini masih juga gagal, sorongi badi’nu (sorong badikmu), perangi, kuasai atau tundukkan mereka dengan perkelahian (pertempuran).  Budaya Tallu Cappa sangat dikenal di kalangan orang Makassar sebagai falsafah hidup, beriringan dengan budaya siri’ na pacce (rasa malu dan kesetiakawanan) baik di tanah adat sendiri, terlebih di negeri orang. Tallu Cappa digunakan di banyak aspek kehidupan: sosial, politik, maupun ekonomi.  


Poin kedelapan ini nampaknya hanya orang makassar, bugis, mandar, luwu saja yang bisa lakukan ya, agak sulit dikerjakan oleh orang luar sulsel.. 😁😎


Itulah delapan prinsip orang Makassar yang bisa juga kamu tiru agar sukses dan mencapai impianmu selama ini!


Dari berbagai sumber

MANUSIA MAKASSAR, MANUSIA SIRI NA PACCE.

 


"Saya orang Bugis Makassar...

Dan rasanya harga diri jauh lebih tinggi daripada pangkat maupun jabatan...

Biarkan saya hadapi, dan berikan saya kesempatan membuktikan bahwa saya sudah terbiasa mengurus rakyat...

Dan saya berharap nasehat nasehat orang tua saya, Nasehat budaya saya dari sana bahwa Kalau berani berbuat, Berarti harus berani bertanggung jawab... 

Dan saya siap bertanggung jawab....!!!"


By... Prof. Dr. Syahrul Yasin Limpo


MANUSIA MAKASSAR, MANUSIA SIRI NA PACCE....

SYL : HADAPI TANTANGAN

 


Tak ada yang dapat menahan awan berarak. Hanya orang yang mau menghadapi tantangan dan badai yang dapat meraih tahapan lebih besar.                                           


Jika ada ombak menghadang jangan membawa menyamping perahumu, apalagi balik belakang untuk pulang. Hadapi gelombang itu. Ketulusanmu adalah seni. Budayamu adalah peganganmu atau tenggelam hanya dari Allah SWT.


Presiden Roselve menyatakan pada saat Amerika di ujung kehancuran, 1938: “Jika tak ada lagi yang dapat kau beri kepada bangsamu, hadirkan rasa seni. Hanya seni bisa selamatkan diri kamu.”  Jabatan bukan segala-galanya bagi kita orang Bugis – Makassar.


“Punna tena takammana, lampako barang-barang, lampako jama-jamang, mantangko pacce mantangko siri.” Jagakanka’ ini!


Satu saya mau raih sesudah jadi gubernur, cuma sebuah catatan bersih seperti yang sudah saya jalani.


(Diucapkan SYL pada saat malam in memorium AM Mochtar di gedung DKM Societet de Harmonie Makassar, Nopember 2012).

MANUSIA MAKASSAR, MANUSIA SIRI' NA PACCE

 


Siri’ji nanimmantang attalasa’ ri linoa, punna tenamo siri’nu matemako kaniakkangmami anggara’na olo-oloka. Artinya, hanya karena rasa malu kita bisa hidup di dunia ini, jika rasa malu itu sudah hilang, maka lebih baik mati, karena engkau tak berarti lagi sama sekali bahkan binatang lebih berharga dibanding dirimu.

Oleh karena itu,

Bagi MANUSIA MAKASSAR,

SIRI' NA PACCE (RASA MALU) wajib jadi pegangan tiap individu. SIRI' itulah yang mengontrol semua tingkah laku dalam bermasyarakat kapanpun dan di manapun berada. Intinya dimanapun

 kiprah tidak masalah, asalkan "SIRI NA PACCE jadi pegangan.