Assalamu alaikum
warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillahi
Rabbil Alamin, Maha Suci Allah yang di tangannya segala kerajaan dan Dia
Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dialah yang menjadikan hidup menjadi mati
sebagai bahan ujian bagi kalian untuk mengetahui siapa diantara kalian yang
lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, dan kita semua
bersyukur atas karunia seiman satu dalam keyakinan kepada Allah SWT dan kita
sama berbahagia karena satu dalam akidah yakni satu syariat Islam dan kita sama
senang karena satu dalam ikatan silaturahim semuanya kita hanya menghadapkan
hanya Allah SWT baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Shalawat dan salam senantiasa kita curahkan
kepada Rasulullah SAW, keluarga dan sahabat-sahabat beliau, juga pengikut setia
beliau hingga akhir jaman. Satu riwayat di katakan kelak pada saat kondisi
sangat genting seluruh manusia datang menghadap kepada Rasulullah Adam AS untuk
mengharap pertolongan atas syafaat agar manusia di doakan oleh Nabi Adam AS
sebagai Bapak seluruh manusia semoga mendapatkan pertolongan dan bisa masuk ke
dalam surga namun pada waktu itu Nabi Adam AS menolak, mengingat dosa besar
yang pernah dilakukannya hingga ia malu kepada Allah SWT dan menyuruh manusia
seluruhnya untuk datang kepada Nabi Nuh AS, tapi apa yang terjadi, Nabi Nuh AS
juga merasa malu memohonkan ampunan kepada Allah SWT karena mengingat seringnya
meminta kepada Allah SWT untuk mendatangkan pertolongannya seperti misalnya
permohonan besarnya kepada Allah SWT pada saat menyebarkan ketauhidan agar
manusia menyembah kepada Allah saja, tapi apa yang terjadi, ia menyeru selama
15 tahun tapi yang ikut kepadanya bersama menyembah Allah hanya sekitar 30
orang saja hingga juga meminta kepada Allah SWT agar menenggelamkan dunia
beserta isinya, inilah yang menyebabkan Nabi Nuh AS merasa malu kepada Allah
SWT sampai akhirnya ia menyuruh manusia menghadap kepada Nabi Ibrahim AS hingga
manusia berbondong-bondong pergi meninggalkan Nabi Nuh AS. Kepada Nabi Ibrahim
AS, mengingat Nabi Ibrahim AS adalah bapak ketauhidan, hingga segala hajat
manusia dapat terpenuhi bila menghadapnya hingga manusia juga kecewa karena
Nabi Ibrahim AS juga menolak memberi doa kepada Allah SWT agar didatangkan
syafaatnya kepada umat manusia. Beliau Nabi Ibrahim AS banyak mengingat memohon
ampun kepada Allah SWT agar didatangkan syafaatnya kepadanya seperti ketika
menyebarkan ketauhidan agar manusia menyembah kepada Allah SWT semata. Tapi
manusia menolak hingga Nabi Ibrahim agak putus asa dan berdoa kepada Allah agar
seketika mendatangkan azab dan seketika itu pula manusia seluruhnya mati di
azab sampai akhirnya Nabi Ibrahim AS menyuruh manusia mendatangi Rasulullah
Nabi Besar Muhammad SAW. Yang akhirnya Rasulullah Muhammad SAW sebagai Khatamul Anbiya penutup para nabi
pemilik Nubuwah yang sempurna menyampaikan hajat umat manusia untuk di doakan
dan diselamatkan hingga masuk kedalam surga Jannatun
Naim (surga tertinggi ke tujuh sempurna) yang Allah SWT ciptakan untuk
manusia sebagai balasan perjuangan manusia dalam memperoleh kebaikan-kebaikan
atau amal sholeh (perbuatan benar) selama hidup kita di dunia dan sebaliknya
mereka yang banyak amal-amal Tholehnya (salah) sungguh sangat merugi karena
akan mendapatkan pula balasan-balasan yang tidak menyenangkan karena berada
pada tempat yang sangat mengerikan yakni Neraka yang penuh dengan penyiksaan.
Wahai dikau yang masih sehat selagi masih
hayat dikandung badan perbanyaklah mencintai Allah dan Rasulnya dan salah satu
manivestasi iman kita kepada Allah SWT adalah mencintai Rasulullah SAW. Mengapa
kita harus cinta Rasul SAW ? Karena :
Pertama, sebab itu perintah Baginda Rasul SAW.
Kedua, karena tidak sempurna iman seseorang sebelum
mencintai Rasulullah SAW melebihi segalanya. Diriwayatkan dari Anas RA. bahwa
Rasulullah SAW bersabda :
“Tidaklah (sempurna) iman salah seorang
di antara kamu sehingga aku lebih dicintainya daripada orang tuanya, anaknya,
dan segenap umat manusia." (HR. Bukhari - Muslim).
Hadits shahih tersebut adalah dalil tentang
wajibnya mencintai Rasulullah SAW dengan kualitas cinta tertinggi, yakni
kecintaan yang benar-benar melekat di hati, yang mengalahkan kecintaan kita
terhadap apapun dan siapapun di dunia ini. Bahkan terhadap orang-orang
terdekat sekalipun, seperti : anak, istri, ibu dan bapak. Bahkan cinta Rasul
itu harus pula mengalahkan kecintaan kita terhadap diri sendiri.
Dalam shahih Bukhari diriwayatkan, Umar bin
Khatthab RA. berkata kepada Nabi SAW.
"Sesungguhnya engkau wahai
Rasulullah adalah orang yang paling aku cintai daripada segala sesuatu selain
diriku sendiri. Nabi SAW bersabda : "Tidak, demi Zat yang jiwaku ada di
TanganNya, sehingga aku lebih engkau cintai dari dirimu sendiri." Maka
Umar berkata kepada beliau, "Sekarang ini engkau lebih aku cintai daripada
diriku sendiri." Maka Nabi bersabda, "Sekarang (telah sempurna
kecintaanmu / imanmu padaku) wahai Umar." (HR. Bukhari)
Jadi, cinta Rasul adalah perintah agama.
Tidak boleh kita mengekspresikan cinta kepada Rasul SAW itu menurut selera dan
hawa nafsu sendiri, tanpa memperhatikan tuntunan dari Baginda Rasul SAW. Sebab
jika cinta rasul itu kita ekspresikan serampangan tanpa mengindahkan syariat
agama, maka bukan pahala yang kita raih, tetapi dosa yang kita dapatkan.
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Cinta Rasul tidaklah berupa kecenderungan
sentimentil dan romantisme pada saat-saat khusus dengan acara-acara tertentu,
misalnya. Cinta itu haruslah benar-benar murni dari lubuk hati seorang mukmin, dan
senantiasa terpatri di dalam hati. Sebab dengan cinta itulah hatinya menjadi
hidup, melahirkan amal shalih, dan menahan dirinya dari kejahatan dan dosa.
Orang yang mengaku cinta Rasul itu ada
tanda-tandanya. Adapun tanda-tanda cinta sejati kepada Rasul itu antara lain :
1.
Mentaati Rasulullah SAW dengan menjalankan
perintahnya dan menjauhi larangannya. Allah berfirman yang artinya :
“Apa yang diberikan
Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.
Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya." (QS.
Al-Hasyr : 7)
Bahkan, hakekat cinta
Rasul itu ya taat kepada Rasul itu dan mengikuti sunnah-sunnahnya. Dan siapa
yang taat kepada Rasul, berarti ia taat kepada Allah. Allah berfirman yang
artinya :
“Barang siapa yang
mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang
berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara
bagi mereka." (QS. An-Nisa' : 80)
Maksudnya, Rasul tidak
bertanggung jawab terhadap perbuatan-perbuatan mereka dan tidak menjamin agar
mereka tidak berbuat kesalahan. Seorang pencinta sejati Rasulullah SAW,
manakala ia mendengar Nabi SAW bersabda memerintahkan sesuatu, ia akan segera
menunaikannya. la tidak akan meninggalkannya meskipun itu bertentangan dengan
keinginan dan hawa nafsunya.
Adapun orang yang dengan
mudahnya menyalahi dan meninggalkan perintah-perintah Rasul, serta menerjang
berbagai kemungkaran, maka pada dasarnya ia hanya mencintai dirinya sendiri.
Sehingga kita saksikan dengan mudahnya ia meninggalkan shalat 5 waktu, puasa
Ramadhan, meninggalkan pakaian muslimah yang menutup auratnya dsb. Padahal Nabi
SAW sangat mengagungkan syariat tersebut. Dan orang jenis ini akan dengan
ringan pula melakukan berbagai larangan agama lainnya. Na'udzubillahi min
dzalik.
2. Menolong
dan mengagungkan Rasul SAW, sebagaimana yang telah dilakukan oleh para
sahabat sebelum dan sesudah beliau wafat, yakni dengan menyebarkan dan
mengagungkan sunnah-sunnahnya di tengah-tengah kehidupan umat manusia, betapapun
tantangan dan risiko yang dihadapinya. Nah, untuk ini, tidak bisa tidak, kita
harus sering dan banyak membaca serta mempelajari hadits Nabi, dan Sirah Nabi SAW.
3. Tidak
menerima sesuatupun perintah dan larangan kecuali melalui Rasul SAW. Dan
rela dengan apa yang beliau tetapkan, serta tidak merasa sempit dada dengan
sesuatupun dari sunnah-sunnahnya. Adapun selain beliau, termasuk para ulama dan
shalihin, maka mereka adalah para pengikut Nabi SAW. Tidak seorangpun dari
mereka boleh diterima perintah dan larangannya kecuali berdasarkan apa yang
datang dari Nabi SAW.
4.
Mengikuti dan menghidupkan Sunnah Rasul SAW serta
mengikuti beliau dalam segala hal; dalam hal shalat, wudhu, dan berbagai
macam ibadah lainnya, juga dalam hal akhlak dan adab, seperti : kasih sayang,
rendah hati, dermawan, kesabaran, zuhud, adab berpakaian, bergaul, dll.
5.
Memperbanyak shalawat atas Nabi SAW kapan
saja dan di mana saja berada. Allah berfirman yang artinya :
“Sesungguhnya Allah
dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman,
bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS.
Al-Ahzab : 56)
Bershalawat artinya :
kalau dari Allah berarti memuji dan memberi rahmat; dari Malaikat berarti
memintakan ampunan dan kalau dari orang-orang mukmin berarti berdoa supaya diberi
rahmat seperti dengan perkataan : Allahuma shalli ala Muhammad.
Rasulullah SAW bersabda :
“Barangsiapa
bershalawat atasku sekali, niscaya Allah bershalawat atasnya sepuluh kali. “ (HR.
Muslim).
Adapun contoh bentuk
shalawat Nabi adalah sebagai mana yang diajarkan Nabi SAW ketika ditanya
sahabat, yaitu : “Allahumma shalli ‘ala
Muhammad wa ‘ala ali sayyidina Muhammad” yang artinya, “Ya Allah, berilah rahmat
atas Muhammad dan keluarga Muhammad.” (HR.
Bukhari).
6.
Mencintai orang-orang yang dicintai oleh Nabi SAW,
seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Aisyah RA. dan lain-lain yang disebutkan
Nabi dalam haditsnya. Kita harus mencintai orang yang dicintai Nabi, dan
(sekaligus) membenci orang yang dibenci Nabi. Lebih dari itu, hendaknya kita
juga mencintai segala sesuatu yang dicintai Nabi termasuk ucapan, perbuatan,
dan sesuatu yang lain.
Ma'asyiral Muslimin
Rahimakumullah,
Itulah tanda-tanda orang
yang cinta kepada Rasul SAW. Kalau tidak memenuhi itu, berarti pengakuan kita
hanya sekedar pengakuan tanpa bukti, alias omong kosong belaka, meskipun dengan
melakukan berbagai aktivitas yang mengatasnamakan “Cinta Rasul.”
Semoga uraian tadi dapat
membuka hati kita untuk benar-benar mencintai Rasululllah SAW dengan bentuk
yang benar, sesuai dengan Sunnah Rasul SAW. Amiin Ya Rabbal ‘alamiin.
Wassalamu alaikum
warahmatullahi wabarakatuh.