Jumat, 07 Desember 2018

JANGAN PAMPIDOKANG


BICARA soal kesuksesan pemimpin, cakupannya sangat luas. Kesuksesan pemimpin bisa mengenai kesuksesan pencapaian target, performance team yang tinggi, sukses mengubah kultur perusahaan dan sebagainya.

Selama kita menjadi pemimpin, bagaimanakah hidup kita sehari-hari? Inilah sebuah pertanyaan penting bagi pemimpin. Berapa lamakah pekerjaan kita bisa tinggalkan? Sehari? Atau lebih lama dari itu? Apakah saat kita tinggalkan tidak ada yang berubah?

Perfomance team tetap tinggi, target bulanan tembus, pekerjaan teratur dan kinerja bagus? Atau ketika kita tinggalkan maka kita semakin deg-degan, tidak bisa tidur, ragu dengan kinerja tim kita dan penuh kekhawatiran? Atau kita mencoba untuk santai tetapi telepon kita berdering terus karena tim tidak dapat mengambil keputusan, dan membutuhkan arahan dan bimbingan dari kita?

Jika yang terakhir kita hadapi maka kita belumlah pemimpin yang sukses. Pemimpin yang sukses bisa tidur tenang dan berlibur lama. Sementara pekerjaan di kantor tetap beres dikerjakan orang-orang yang kita pimpin.

Di manakah letaknya kesalahan pemimpin jika demikian Ketidakmampuan mendewasakan tim, kegagalan mendelegasikan pekerjaan dengan baik akan berujung mimpi buruk. Pendelegasikan pekerjaan merupakan sesuatu yang menarik untuk dipelajari karena menyangkut ketenangan hidup kita.

Hersey-Blanchard dalam Teori Situasional Leadership berpendapat pendelegasian merupakan tingkat yang tertinggi dalam kepemimpinan. Setiap tugas diperlukan suatu leadership style yang berbeda dan yang paling tinggi adalah ketika pemimpin mampu mendelegasikan sehingga walaupun minim kontrol, pekerjaan dapat berjalan.

Mendegelasikan artinya suatu tindakan untuk memberikan otoritas kepada orang lain atau mempercayakan tugas kepada orang  yang dapat bertanggung jawab. Ketika kita mampu mendelegasikan suatu pekerjaan dengan baik maka berarti efektivitas kita sebagai pemimpin bertambah.

Ada beberapa kiat sukses dalam mendelegasikan pekerjaan. Salah satunya tidak “pampidokang”.dalam Bahasa Makassar, “pampidokang” diartikan sebagai orang yang terlalu banyak mencampuri pekerjaan-pekerjaan atau urusan orang lain dalam dunia manajemen, sikap “pampidokang” sedapat mungkin harus dihindari. Kalaulah hal itu bukan urusan  dan kewenangan kita, tidak usah dicampuri. Beri kesempatan kepada orang lain yang memang berwewenang.

Mengenai pemaknaan “pampidokang”, bisa juga didekatkan pada orang-orang atau pemimpin yang tidak PeDe, tidak percaya diri, biasanya justru intelektualnya rendah, maunya dibilang hebat, maunya diakui hanya dirinya yang hebat, sehingga semuanya urusan mau diurus sendiri.

Oleh karena itu, pemimpin tidak boleh “pampidokang” yang maunya mengurusi sendiri semuanya- sebab, pemimpin itu harus mampu mendelegasikan tanggung jawab pada semua pihak sesuai tugas dan tanggung jawab pada semua pihak sesuai tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.