Sabtu, 22 Desember 2018

ESES JADILAH ORANG SUKSES



ESES...
Jika tidak bisa menjadi yang pertama Jadilah yang terbaik..
Jika tidak bisa menjadi yang terbaik Jadilah yang berbeda..
Jika tidak bisa menjadi yang berbeda Jadilah orang yang sukses..
---------------------------------------------------------------------------
ESES...
Berkata memang lebih mudah daripada Bertindak, maka jangan kamu berkata sebelum kamu pernah bertindak..
---------------------------------------------------------------------------
ESES...
Semakin tinggi pohon, semakin kencang pula angin yang menerpa..
---------------------------------------------------------------------------
ESES...
Semakin tinggi kedudukan dan tingkatan seseorang, semakin banyak pula rintangan dan tantangan yang menghadang..
---------------------------------------------------------------------------
ESES...
Jika tidak bisa memiliki seseorang setidaknya kau telah mencintainya..
Jika tidak bisa mencintainya setidaknya kau telah mengenalnya..
Jika tidak bisa mengenalnya setidaknya kau tau apa arti mengenal sebuah kata cinta..
---------------------------------------------------------------------------
ESES...
Menjadi terang tak harus memetik bintang, tapi teranglah karena kamulah bintang itu..
---------------------------------------------------------------------------
ESES...
Kalau orang bilang cinta itu pasir (Jika digenggam terlalu erat akan lepas), tapi aku berpendapat bahwa cinta itu seperti air, jika tidak bisa berenang maka kita akan tenggelam dan mati didalamnya..

ESES JADI YANG TERBAIK DAN JADILAH PALING BERBEDA




“ESES Bila kau tak bisa jadi yang terbaik, jadilah yang berbeda”. Kutipan yang tidak asing, namun menjadi tuas kehidupan bagi sebagian orang.

Menjadi yang terbaik. Ya, setiap orang berusaha sekuat tenaga demi mewujudkan itu. Lalu terlintas dalam pikiran, apakah indikator untuk menjadi yang terbaik itu? Seseorang yang terbaik ialah dia yang memiliki kriteria-kriteria superior yang disetujui oleh mayoritas.

Seringkali kita melihat bahwa menjadi yang terbaik diidentikkan dengan menjadi yang nomor satu. Padahal tak semestinya begitu. Dia nomor satu di bidang atletik, belum tentu dia nomor satu dalam seni. Lalu ada yang menyanggah, “menjadi yang terbaik, tidak harus menjadi nomor satu di segala bidang. Karena manusia bukanlah makhluk sempurna.”.

 Jika menjadi yang terbaik tidak bisa digeneralisasikan dan hanya terkotak pada bidang-bidang tertentu, maka tidak sepantasnya seseorang merasa kecewa jika ia belum bisa menjadi yang terbaik dalam suatu hal. Seharusnya ia berusaha menjadi yang terbaik dalam bidang lain yang mungkin lebih sesuai dengan dirinya. Tidak sepantasnya dia melabeli dirinya sendiri sebagai orang tak berbakat, atau bahkan lebih parah lagi orang tak berguna.

Demikian pula dengan orang lain. Orang yang hanya mengetahui dari apa yang bisa terlihat dan terdengar tidak sepantasnya melabeli seseorang hanya karena dia belum berhasil dalam suatu bidang.
Lalu, bagaimana jika di segala bidang ia tak dapat menjadi yang terbaik? Jawabannya adalah: menjadi yang berbeda.

Kemudian terbesit, apa indikator untuk menjadi yang berbeda itu? Seseorang yang berbeda adalah ia yang memiliki kriteria-kriteria superior orang minoritas. Menjadi berbeda diidentikkan dengan mereka yang tidak sejalan dengan nilai yang dijalani orang mayoritas. Ada pribadi yang merasa sedih ketika mengetahui dirinya berbeda. Namun disisi lain, ada pribadi yang sedang berjuang untuk membedakan diri.

 Lalu, terlintas pemikiran. Bukankah pada hakikatnya manusia diciptakan dalam keadaan yang berbeda-beda? Lalu harus sebeda apalagi?
Pada dasarnya, menjadi yang terbaik dan menjadi berbeda semata-mata adalah karena ingin terlihat. Manusia adalah makhluk yang menginginkan perhatian. Dengan menjadi yang terbaik dan atau menjadi berbeda, mata akan otomatis berfokus pada orang tersebut.

Lalu bagaimana jika gelar menjadi yang terbaik dan menjadi yang berbeda tidak berada dalam suatu pribadi? Maka yang terjadi adalah dia tidak terlibat dalam fokus pandang para manusia. Namun tak semestinya pribadi tersebut bersedih. Karena, jika masih ingat, masih ada Tuhan.

Tuhan adalah Sang Pencipta. Tuhan menciptakan manusia. Karena itulah, Tuhan tidak sama dengan manusia. Indera manusia terbatas, apalagi mata. Mata tak dapat memandang seseorang yang berada dibalik tembok. Indera manusia menipu, lagi-lagi mata. Gunung yang jauh terlihat kecil, namun pada kenyataannya sangatlah besar.

 Namun Tuhan tidak demikian. Tuhan dapat mengawasi semua umatnya, bahkan sampai gerak-geriknya. Tuhan dapat mendengar semua pembicaraan umatnya, bahkan sampai gumaman dalam hatinya. Lalu, masih pantaskah kita bersedih hanya karena tidak mendapat perhatian dari manusia lain?

Padahal kita adalah makhluk yang sama. Manusia. Sama-sama ciptaan Tuhan. Ya, kita semua adalah makhluk sama yang dibuat berbeda. Meskipun demikian, kita dapat menentukan perbedaan kita sendiri. Jika masih ingat, yang membedakan manusia di hadapan Tuhan adalah ketakwaannya.

RAHASIA ESES MENJADI YANG PALING BERBEDA





Ada pakem di dunia bisnis apabila kita ingin menjadi pemenang. Jadilah yang pertama, jadilah yang terbaik, dan jadilah yang berbeda. Untuk menjadi yang pertama diperlukan kreatifitas dan inovasi yang cerdas sehingga apa yang dihasilkan sulit ditiru oleh orang lain.

Sementara untuk menjadi yang terbaik diperlukan energi yang besar dan boleh jadi menghabiskan banyak waktu mengamati sepak terjang pesaing. Di dunia bisnis, sering disebut red ocean, lautan persaingan yang penuh dengan darah.

Saya lebih memilih, jadilah yang berbeda karena sesuatu yang berbeda itu mudah dikenali dan berada di blue ocean, persaingannya tidak berdarah-darah. Contoh sederhana, dalam dunia perbankan Grameen Bank melakukan strategi ini. Perbankan yang didirikan Muhammad Yunus ini saat ini menjadi pemipin pasar di bidang yang ditekuninya. Apa yang membuatnya berbeda? Banyak. Beberapa diantaranya adalah di saat perbankan sibuk mencari nasabah orang kaya, Grameen Bank mencari nasabah orang miskin.

Disaat perbankan lain fokus kepada nasabah kaum pria, Grameen Bank fokus kepada nasabah wanita, 97 persen nasabah Grameen Bank adalah wanita. Disaat koleteral atau jaminan menjadi suatu kewajiban bagi nasabah bank umum, di Grameen Bank tidak memerlukan jaminan. Di perbankan umum, orang datang ke kantor bank maka di Grameen Bank para karyawan yang mendatangi nasabah. Dan tentu masih banyak lagi perbedaan-perbedaan yang ada.

Karena kiprahnya yang luar biasa ini, M. Yunus dianugerahi hadiah Nobel. Saya pernah mendalami dan magang aplikasi konsep Grameen Bank ini di Amanah Ikhtiar Malaysia pada awal tahun 2000. Memang dampaknya luar biasa, begitu pulang ke Indonesia, konsep ini saya terapkan di 21 desa, programnya saya namakan Masyarakat Mandiri, yang bekerja dengan perusahaan besar ESES. Ketika itu hasilnya sangat luar biasa. Dibawah naungan ESES, program itu terus menggurita.

Dalam mengembangkan bisnis yang saya tekuni, saya juga lebih mengedepankan “jadilah yang berbeda” Saya terus menerus sampaikan ke tim saya, teruslah mencari yang berbeda yang itu bisa memberi banyak manfaat kepada para pengguna ide kita. Bisnis yang menggunakan pendekatan “jadilah yang berbeda” akan bertahan lama.

Begitupula dalam pengembangan profesi pribadi. Milikilah sesuatu yang berbeda di keahlian yang kita tekuni. Sesuatu yang berbeda yang benar-benar menjadi pembeda dengan yang lainnya. Semakin banyak pembeda di profesi yang kita pilih maka semakin eksis kita di profesi yang kita tekuni. Pembeda yang beragam menjadikan expertise kita semakin terasah dan diakui oleh banyak orang.

Pembedanya tentu tidak asal beda. Asal beda tanpa memperhatikan etika, tatakrama, budaya dan agama justeru menjerumuskan. Dan jangan sampai pembeda kita adalah sesuatu yang tercela apalagi merendahkan ahli agama, ilmuwan dan orang-orang yang punya banyak karya.

Boleh tahu apa pembeda Anda?

Salam ESES Salam SUKSES

Supardi Saminja
CEO Eses Satu Leadership
Founder Akademi Trainer
Inspirator Eses Sukses

Ingin ngobrol dengan saya?
FOLLOW saya di twitter: @supardisaminja.
 Atau, LIKE saya di facebook : Supardi Saminja