Minggu, 31 Desember 2017

ENERGIKAN SABARMU, ENERGI SYUKURMU



HIDUP adalah perjalanan yang digariskan memiliki 2 rasa, manis dan getir, lapang dan sesak, suka dan duka, nikmat dan musibah;  serta  sabar dan syukur.

Tak seorangpun manusia di dunia bisa lepas dari 2 rasa itu, pun juga mereka yang dicintaiNya. Makin besar agung nikmat, besar pula musibahnya.

Imanpun tak menjamin kita selalu berlimpah dan tertawa. Tapi ia menyediakan lembut elusanNya dalam apapun dera yang menimpa.

Maka dengan hadirnya energi sabar dan energi syukur adalah wahana yang akan membawa hamba, menselancari kehidupan nan berrasa dua itu dengan iman di dalam dada.

Kalau begitu, dengan hadirnya energi sabar dan energi syukur dalam keseharian dan dalam semua tantangan yang ada, untuk itulah Nabi Muhammad Saw  nyatakan betapa menakjubkan hidup dan ihwal orang beriman. Semua urusannya adalah kebaikan dan sekaligus ibadah, mengapa bisa demikian?

Sebab atas musibah dia bersabar, dan energi sabar itu membuatnya meraih pahala tanpa hingga, dicintaiNya, dan dibersamai Allah Subhanahu Wata’ala di segala rasa.

Sebab dalam karunia dia bersyukur; dan energi syukur itu membuatnya sang nikmat melekat, kian berganda berlipat, menenggelamkannya dalam rahmat.

Tapi pertanyaannya, apakah hakikat energi sabar, energi syukur itu? hakikat energi sabar, energi syukur sebenarnya satu saja; keduanya ungkapan iman untuk menyambut penuh ridha segala karuniaNya, apapun jua bentuknya.

Maka energi sabar adalah juga sebentuk energi syukur;  dalam menyambut karunia Allah yang berbentuk kesusahan, kesedihan, dan  kemiskinan.

Maka energi syukur  adalah sebentuk energi sabar dalam menyambut karunia Allah yang berupa kemudahan, kebahagiaan, dan kekayaan.

Lihatlah Nabi Ayub yang berhasil menghadirkan energi syukur atas segala kesusahan, dan kemiskinan. Tetapi,  Allah Subhanahu Wata’ala mengugurkan dosa dan masih memberi hati serta lisan tuk mendzikirNya.

Pun Nabi Sulaiman yang menghadirkan energi sabar atas kemaharajaan jin, hewan, dan manusia. Sabar dengan merunduk, syukur agar tak jumawa-durjana seperti Fir’aun.

Energi sabar ada di 4 hal;

1). Sabar dalam taat, sebab ia kadang terasa berat, ibadah terasa beban, keshalihan terasa menyesakkan. Tapi dengan hadirnya energi syukur-lah, Allah itu dekat.

2). Sabar dalam menjauhi maksiat, sebab ia kadang terlihat asyik, kedurhakaanpun tampak cantik. Tapi dengan hadirnya energi sykur-lah, iman itu rasa malu padaNya.

3). Sabar dalam menghadapi musibah, sebab ia niscaya bagi iman di dada. Dengan hadirnya energi Sykur-lah dosa gugur; dan beserta kesulitan selalu ada kemudahan.

4). Sabar dalam membersamai orang benar; sebab kawan lurus dan tulus kadang lebih menjengkelkan dari musuh nan menyamar. Dan dengan hadirnya salam energi syukur  ada ukhuwah.

Sebab pahalanya disempurnakan tak terbatas bagi orang sabar, sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran.

قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. [QS; Az Zumar : 10]

Dari ayat tersebut diatas, maka energi sabar pun sebenarnya tiada batasnya. Hanya saja bentuknya dapat kita pilih.

Salah satu contoh nyata sabar dalam kehidupan nyata, seperti saat melamar lalu diminta menunggu dua tahun; menjaga diri semasa itu adalah energi sabar. Bahkan mencari calon lain untuk bersegera,  itupun juga butuh energi sabar.

Maka iman menuntun taqwa; ialah cerdik dan peka hati dalam memilih bentuk energi sabar dan energi syukur atas segala wujud ujian cinta dariNya.

Taqwa itulah yang membawa energi sabar kita untuk mendapatkan kejutan nan mengundang energi syukur; jalan keluar dari masalah dan rezeki tak terduga.

Selanjutnya firman Allah yang berbunyi dalam QS. Ath Thalaq
وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجاً

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْراً

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” [QS: Ath Thalaq: 2-3]

Tiap nikmat yang disyukuri juga berpeluang mengundang musibah yang harus disabari;  seperti tampannya Nabi Yusuf dan cinta Nabi Ya’qub padanya.

Maka tak ada kata jangan terlalu berharap untuk menghadirkan energi sabar dan energi syukur; sebab ia 2 tali yang hubungkan kita denganNya; hingga hidup terasa surga sebelum surga.

“Jika sabar dan syukur itu 2 kendaraan,” ujar Umar, “Aku tak peduli naik yang mana.” Keduanya berlintasan ridhaNya; berjurusan surga.

Segala puji bagi Allah yang memberikan energi sabar, energi syukur ; kita milikNya; pasti akan kembali padaNya.