Kamis, 09 Juni 2011

Lima Hukum komunikasi yang efektif

5 Hukum Komunikasi Yang Efektif

5 Hukum Komunikasi Yang Efektif (The 5 Inevitable Laws of Efffective Communication) yang kami kembangkan dan rangkum dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH, yang berarti merengkuh atau meraih. Karena sesungguhnya komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang lain.
Hukum # 1: Respect
Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan.
Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain. Ingatlah bahwa pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Jika kita bahkan harus mengkritik atau memarahi seseorang, lakukan dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaaan seseorang. Jika kita membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, maka kita dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan efektifitas kinerja kita baik sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai sebuah tim.
Bahkan menurut mahaguru komunikasi Dale Carnegie dalam bukunya How to Win Friends and Influence People, rahasia terbesar yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam berurusan dengan manusia adalah dengan memberikan penghargaan yang jujur dan tulus. Seorang ahli psikologi yang sangat terkenal William James juga mengatakan bahwa "Prinsip paling dalam pada sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai." Dia mengatakan ini sebagai suatu kebutuhan (bukan harapan ataupun keinginan yang bisa ditunda atau tidak harus dipenuhi), yang harus dipenuhi. Ini adalah suatu rasa lapar manusia yang tak terperikan dan tak tergoyahkan. Lebih jauh Carnegie mengatakan bahwa setiap individu yang dapat memuaskan kelaparan hati ini akan menggenggam orang dalam telapak tangannya.
Charles Schwabb, salah satu orang pertama dalam sejarah perusahaan Amerika yang mendapat gaji lebih dari satu juta dolar setahun, mengatakan bahwa aset paling besar yang dia miliki adalah kemampuannya dalam membangkitkan antusiasme pada orang lain. Dan cara untuk membangkitkan antusiasme dan mendorong orang lain melakukan hal-hal terbaik adalah dengan memberi penghargaan yang tulus. Hal ini pula yang menjadi satu dari tiga rahasia manajer satu menit dalam buku Ken Blanchard dan Spencer Johnson, The One Minute Manager.
Hukum # 2: Empathy
Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain.
Secara khusus Covey menaruh kemampuan untuk mendengarkan sebagai salah satu dari 7 kebiasaan manusia yang sangat efektif, yaitu kebiasaan untuk mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti (Seek First to Understand -
understand then be understood to build the skills of empathetic listening that inspires openness and trust). Inilah yang disebutnya dengan Komunikasi Empatik. Dengan memahami dan mendengar orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun kerjasama atau sinergi dengan orang lain.
Rasa empati akan memampukan kita untuk dapat menyampaikan pesan (message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver) menerimanya. Oleh karena itu dalam ilmu pemasaran (marketing) memahami perilaku konsumen (consumer's behavior) merupakan keharusan. Dengan memahami perilaku konsumen, maka kita dapat empati dengan apa yang menjadi kebutuhan, keinginan, minat, harapan dan kesenangan dari konsumen. Demikian halnya dengan bentuk komunikasi lainnya, misalnya komunikasi dalam membangun kerjasama tim. Kita perlu saling memahami dan mengerti keberadaan orang lain dalam tim kita. Rasa empati akan menimbulkan respek atau penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam membangun teamwork.
Jadi sebelum kita membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu mengerti dan memahami dengan empati calon penerima pesan kita. Sehingga nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari penerima.
Empati bisa juga berarti kemampuan untuk mendengar dan bersikap perseptif atau siap menerima masukan ataupun umpan balik apapun dengan sikap yang positif. Banyak sekali dari kita yang tidak mau mendengarkan saran, masukan apalagi kritik dari orang lain. Padahal esensi dari komunikasi adalah aliran dua arah. Komunikasi satu arah tidak akan efektif manakala tidak ada umpan balik (feedback) yang merupakan arus balik dari penerima pesan. Oleh
karena itu dalam kegiatan komunikasi pemasaran above the lines (mass media advertising) diperlukan kemampuan untuk mendengar dan menangkap umpan balik dari audiensi atau penerima pesan.
Hukum # 3: Audible
Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan. Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus disampaikan melalui media atau delivery channel sedemikian hingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada kemampuan kita untuk menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio visual yang akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik. Dalam komunikasi personal hal ini berarti bahwa pesan disampaikan dengan cara atau sikap yang dapat diterima oleh penerima pesan.
Hukum # 4: Clarity
Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Ketika saya bekerja di Sekretariat Negara, hal ini merupakan hukum yang paling utama dalam menyiapkan korespondensi tingkat tinggi.
Karena kesalahan penafsiran atau pesan yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran akan menimbulkan dampak yang tidak sederhana.
Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan atau anggota tim kita. Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasme kelompok atau tim kita.
Hukum # 5: Humble
Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah
hati yang kita miliki. Dalam edisi Mandiri 32 Sikap Rendah Hati pernah kita bahas, yang pada intinya antara lain: sikap yang penuh melayani (dalam bahasa pemasaran Customer First Attitude), sikap menghargai, mau mendengar
dan menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar.
Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima hukum pokok komunikasi yang efektif ini, maka kita dapat menjadi seorang komunikator yang handal dan pada gilirannya dapat membangun jaringan hubungan dengan orang lain yang penuh dengan penghargaan (respect), karena inilah yang dapat membangun hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan dan saling menguatkan.

Cara aMembanguan aaaKomunikasi yang Efektif


Komunikasi berasal dari perkataan “Communicare” yaitu yang di dalam bahasa latin mempunyai arti “berpartisipasi atau memberitahukan”, sedangkan perkataan “Comunis” berarti milik bersama ataupun “berlaku dimana-mana” atau juga berarti sama, sama di sini maksudnya sama makna. Jadi jika dua orang melakukan komunikasi misalnya dalam bentuk percakapan maka komunikasi akan berjalan atau berlangsung dengan baik selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Collen McKenna mendifinisikan komunikasi sebagai proses pengiriman pesan kepada penerima dengan saling pengertian. Proses ini melibatkan beberapa komponen, yaitu pengirim pesan (sender), pesan yang dikirimkan (message), bagaimana pesan tersebut dikirimkan (delivery channel atau media), penerima pesan (receiver), dan unpan balik (feedback) yang diharapkan. WHO say WHAT to WHOM in what CHANNEL, yang dapat diilistrasikan pada bagan berikut.

Keterampilan Terpenting dalam Kepemimpinan
Kemampuan mengembangkan komunikasi yang efektif merupakan salah satu keterampilan yang amat diperlukan untuk pengembangan diri kita baik sebagai pemimpin maupun sebagai anggota sebuah tim. Paling tidak kita harus menguasai empat jenis keterampilan dasar dalam komunikasi, yaitu menulis, membaca (bahasa tulisan), mendengar, dan berbicara (bahasa lisan). Perhatikan, hampir setiap saat kita menghabiskan waktu untuk mengerjakan setidaknya salah satu dari keempat hal itu. Oleh karena itu, kemampuan untuk menguasai keterampilan dasar komunikasi dengan baik mutlak kita perlukan demi efektifitas dan keberhasilan kita.
Menurut Covey, komunikasi merupakan keterampilan terpenting dalam hidup kita. Kita menghabiskan sebagian besar waktu kita untuk berkomunikasi. Namun, sama seperti kita tidak pernah memperhatikan cara kita bernafas, komunikasi kita anggap sebagai hal yang otomatis terjadi begitu saja. Kita tidak memiliki kesadaran untuk melakukan komunikasi dengan efektif. Sebagai contoh, kita tidak pernah mempelajari bagaimana menulis efektif, bagaimana membaca cepat dan efektif, bagaiamana berbicara secara efektif, dan bagaimana menjadi pendengar yang baik.
Integritas : Fondasi Utama Komunikasi Efektif
Covey menekankan konsep kesalingtergantungan untuk menjelaskan hubungan antarmanusia. Menurut Covey, unsur terpenting pada komunikasi bukan sekedar pada apa yang kita tulis atau kita katakan, tetapi lebih pada karakter kita dan bagaimana kita menyampaikan pesan itu. Jika pesan yang kita sampaikan di bangun dari hubungan manusia yang dangkal, bukan dari diri kita yang paling dalam, orang lain akan melihat dan membaca sikap kita. Jadi syarat utama dalam komunikasi efektif adalah karakter yang kokoh yang dibangun dari fondasi integritas pribadi yang kuat.
Untuk memperjelas konsep ini, kita bisa menggunakan analogi sistem bekerjanya sebuah bank. Jika kita memdepositokan integritas kita di dalam rekening bank emosi orang lain melalui sopan santun, kebaikan hati, kejujuran, dan memenuhi setiap komitmen kita, berarti kita menambah cadangan kepercayaan orang itu terhadap kita. Kepercayaan orang itu menjadi lebih tinggi. Ketika kepercayaan semakin tinggi, komunikasi pun mudah, cepat, dan efektif.
Dalam hubungan komunikasi yang efektif, kepercayaan merupakan dasar terciptanya teamwork. Kepercayaan ini hanya bisa muncul kalau kita mempunyai integritas, yang mencakup hal hal yang lebih dari sekedar kejujuran. Kalau kejujuran mengatakan kebenaran atau menyesuaikan kata kata kita dengan realitas, integritas menyesuaikan realitas dengan kata kata kita. Integritas bersifat aktif, sedangkan kejujuran bersifat pasif.
Setelah kita memiliki integritas sebagai fondasi utama dalam membangun komunikasi efektif, berikutnya kita perlu memperhatikan Lima Hukum Komunikasi Yang Efektif (The 5 Inevitable Laes of Effective Communication). Dalam buku Make Yourself A Leader yang ditulis oleh Aribowo Prijosaksono dan Ping Hartono Lima hukum ini dikembangkan dan dirangkum dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi, yaitu REACH, yang berarti merengkuh atau meraih. Pada dasarnya komunikasi adalah upaya kita untuk meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang lain.
Hukum #1: Respect
Rasa hormat dan saling menghargai (respect) merupakan hukum pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain. Kita harus ingat bahwa manusia selalu ingin dihargai dan dianggap penting. Jika kita harus mengkritik atau memarahi seseorang, kita bisa melakukan dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaan seseorang. Jika kita membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, kita dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan efektifitas kinerja kita baik secara individu maupun secara keseluruhan sebagai sebuah tim.
Menurut Dale Carnegie dalam bukunya How to Win Friends and Influence People, rahasia terbesar yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam berurusan dengan manusia adalah dengan memberikan penghargaan yang jujur dan tulus. Seorang ahli psikologi yang sangat terkenal William James juga mengatakan bahwa prinsip paling dalam pada sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai. Sifat ini merupakan rasa lapar manusia yang harus dipenuhi (bukan harapan atau keinginan yang bisa ditunda). Lebih jauh Carnegie mengatakan bahwa setiap individu yang dapat memuaskan kelaparan hati ini akan menggenggam orang dalam telapak tangannya.
Hukum #2: Empathy
Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasarat utama dalam memiliki sifat empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain.
Secara khusus Covey menempatkan kemampuan mendengarkan sebagai salah satu dari tujuh kebiasaan manusia yang sangat efektif. Covey mnyebutnya sebagai komunkasi empatik, yaitu kebiasaan untuk mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti. Kita perlu memahami dan mendengar orang lain terlebih dahulu untuk dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan dalam membangun sinergi dengfan orang lain.
Rasa empati akan memampukan kita untuk menyampaikan pesan (message). Cara dan sikap empati juga akan memudahkan penerima pesan (receiver) menerima pesan yang kita sampaikan.
Dalam komunikasi untuk membangun kerjasama tim, rasa empati sangat memegang peranan. Dengan empati kita bisa memahami perilaku anggota tim kita, seperti kebutuhan, keinginan, minat, harapan, dan kesenangan mereka. Rasa empati akan menimbulkan respek. Rasa respek akan membangun kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam membangun teamwork.
Dalam membangun komunikasi dengan empati, kita harus mempunyai kemampuan untuk mendengar dan siap menerima masukan apa pun dengan sikap positif. Banyak di antara kita yang tidak mau mendengarkan saran, apalagi kritik dari orang lain. Padahal esensi dari komunikasi adalah aliran dua arah. Komunikasi satu arah tidak akan efektif manakala tidak ada umpan balik (feedback) yang merupakan arus balik dari penerima pesan.
Hukum #3: Audible
Pesan yang kita sampaikan harus audible, artinya pesan dapat diterima dan dimengerti oleh penerima pesan dengan baik. Untuk itu, pesan bisa disampaikan melalui berbagai media, seperti alat bantu audio visual.
Dari sisi media untuk penyampaian pesan, penggunaan teknologi bisa membantu melipatgandakan pancaran sinyal pesan yang kita sampaikan sehingga pesan bisa diterima oleh jauh lebih banyak orang. Sebagai contoh dengan menggunakan media internet, kita bisa berkomunikasi dengan mudah dan murah kepada banyak orang.
Hukum #4: Clarity
Hukum keempat dalam membangun komunikasi yang efektif adalah pesan yang kita sampaikan harus jelas sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berlainan. Pesan yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran akan menimbulkan dampak yang tidak sederhana.
Clarity dapat pula berarti keterbukaan. Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap transparan sehingga dapat menimbulkan rasa percaya dari penerima pesan atau anggota tim kita. Keterbukaan akan mencegah timbulnya sikap saling curiga yang akan menurunkan semangat dan antusisme tim kita.
Hukum #5: Humble
Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama, yaitu respect. Untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Sikap rendah hati adalah sikap yang penuh melayani, sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong, tidak memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar.
Jika kita membangun komunikasi berdasarkan pada lima hukum pokokkomunikasi yang efektif ini, kita dapat menjadi seorang komunikator yang handal yang dapat membangun jaringan hubungan dengan orang lain dengan penuh penghargaan (respect), karena hal inilah yang dapat membangunhubungan jangka panjang yang saling menguntungkan dan saling menguatkan.
                               
  /  32
Vn`dlo~qlud, Vdyqemd Dg~vqel ad`dc dyqemn` )Ze`eh Cdld, Cdo~ dqd~ @elgm~lgdl
Hea~z Y~vdm ;) (Gkkg`n#Dld`eqem, 9::8%, Vddq ele mny~vdmdl `elgm~lgdl adl
zk`~ve v~adh vnancemedl dm~q, idhmdl qny~v inyqdcidh zdydh Aevecz~`mdl
vnfdyd vecz`evqev, inlq~m mny~vdmdl adl qelgmdq znlfncdydl zdad elqelud
aevnidimdl k`nh mncdo~dl zncidlg~ldl ela~vqye adl qnmlk`kge udlg qeadm
vnidlaelg anlgdl ~zdud zn`nvqdyedl `elgm~lgdl Znydldl lngdyd#lngdyd cdo~
ad`dc cnlu~cidlg znlfncdydl adl mny~vdmdl `elgm~lgdl hea~z vdlgdl
invdy
Mnvnecidlgdl d`dc zny`~ aefezqdmdl ~lq~m cnlodcel vem`~v mnhea~zdl
inyidgde cdfdc cdmh`~m ae i~ce ele, dzdmdh eq~ iny~zd q~ci~h#q~ci~hdl,
hnwdl dqd~ ieldqdlg qnycdv~m ae ad`dclud cdl~ved Ie`d `elgm~lgdl d`dc
mnhe`dlgdl mnvnecidlgdl, znyz~qdydl vem`~v dmdl qnyz~q~v adl yndmve d`dc
dmdl c~lf~` iny~zd inlfdld ae cdldcdld Vnidi, ad`dc `elgm~lgdl hea~z
qnyadzdq inycdfdc#cdfdc vem`~v udlg vd`elg inymdeqdl anlgdl inycdfdc#
cdfdc cdmh`~m adl inlad d`dc Inyadvdymdl hd` qnyvni~q ae dqdv on`dv`dh
idhwd zncnyelqdh vnidgde zncngdlg mnm~dvddl ad`dc znlgn`k`ddl
`elgm~lgdl hea~z udlg dlqdyd `del cnlgncidl b~lgve znlgdq~ydl, zncielddl,
znyeeldl adl znlgdwdvdl ad`dc znlgn`k`ddl `elgm~lgdl hea~z cncngdlg
znydldl udlg vdlgdq znlqelg
@elgm~lgdl dad`dh mkcieldve dlqdyd mklaeve bevem udlg cnlfdm~z mndaddl
v~ciny adud d`dc vnznyqe qdldh, dey, nlnyge v~yud, celnyd`, vnyqd b`kyd adl
bd~ld udlg q~ci~h ae dqdv qdldh cd~z~l ae ad`dc `d~qdl,anlgdl mn`ncidgddl
udlg cn`ez~qe fezqddl cdl~ved vnznyqe mnz~q~vdl idgdecdld cnlgg~ldmdl
`elgm~lgdl bevem qnyvni~q Anlgdl mdqd `del, `elgm~lgdl cny~zdmdl v~ciny
znlghdve` adye vnqedz hd` udlg ae i~q~hmdl cdl~ved ~lq~m cnl~lodlg
mni~q~hdl hea~z adl vnidgde qdczdq inymncidlg iedm adyezdad cdmh`~m hea~z
qny~qdcd cdl~ved
:7ZDO+Cdl~ved adl @elgm~lgdl Hea~z+Vnz 42, 9::8
Nqemd @elgm~lgdl Hea~z
Vemdz adl znye`dm~ vnvnkydlg qnyhdadz vnv~dq~ vdlgdq aeqnlq~mdl k`nh
idgdecdld zdladlgdl vnvnkydlg qnyhdadz vnv~dq~ eq~ Hd` qnyvni~q iny`dm~
~lq~m idludm hd`, qnycdv~m cnlgnlde h~i~lgdl cdl~ved anlgdl d`dc
`elgm~lgdllud Cdl~ved cnce`eme zdladlgdl qnyqnlq~ qnyhdadz d`dc, ae cdld
zdladlgdl eq~ qn`dh cnlodae `dladvdl idge qeladmdl adl znye`dm~ cdl~ved
qnyhdadz d`dc Zdladlgdl qnyvni~q aeidhdv ad`dc qegd qnkye ~qdcd, udlg
aemnld` vnidgde Vhd``kw Nlreyklcnlqd` Nqhefv, Elqnycnaedqn
Nlreyklcnlqd` Nqhefv,a d l Annz Nlreyklcnqd` NqhefvMnqegd qnkye ele
aemnld` o~gd vnidgde Dlqykzkvnlqevcn, Iekvnlqyevcn, adl Nmkvnlqyevcn
Dlqykzkvnlqevcn
Aeldcdmdl inyadvdymdl mdqd dlqykzkv 3 cdl~ved, dad`dh v~dq~
zdladlgdl udlg cnlnczdqmdl cdl~ved vnidgde z~vdq adye vevqnc
d`dc vncnvqd Zdladlgdl ele inyeve zncemeydl idhwd vngd`d mnieodmdl
udlg aedcie` cnlgnlde `elgm~lgdl hea~z hdy~v aele`de inyadvdymdl
cdl~ved adl mnznlqelgdllud Mdynld z~vdq zncemeydl dad`dh cdl~ved,
cdmd mnieodmdl qnyhdadz d`dc hdy~v aedydhmdl ~lq~m cnlgdiae zdad
mnznlqelgdl cdl~ved
D`dc ae`ehdq hdlud vnidgde kionm, d`dq adl vdydld idge zncnl~hdl
mni~q~hdl adl mnznlqelgdl cdl~ved Anlgdl ancemedl d`dc ae`ehdq
qeadm cncz~lude le`de ad`dc aeyelud vnlaeye D`dc aezdladlg adl
aezny`dm~mdl hdlud vnidgde d`dq idge znlfdzdedl q~o~dl cdl~ved
Aeq~a~h vnidgde vd`dh vdq~ znlunidi idge qnyodaelud myevev `elgm~lgdl
hea~z Zdladlgdl ele`dh udlg qn`dh cnlunidimdl cdl~ved inydle
cn`dm~mdl qeladmdl nmvz`keqdqeb qnyhdadz d`dc, anlgdl cnlg~ydv
mnmduddl d`dc ance mnznlqelgdllud Wd`d~ idludm myeqem ae`klqdymdl
qnyhdadz qnkye dlqykzkvnlqyevcn, ldc~l vninldylud dyg~cnl udlg dad
ae ad`dclud f~m~z vnidgde `dladvdl udlg m~dq idge znlgncidlgdl
vemdz mnzna~`edl qnyhdadz d`dc Cdl~ved cnci~q~hmdl `elgm~lgdl
hea~z udlg idem, cdmd ance mnznlqelgdl hea~zlud, cdl~ved cnce`eme
mnwdoeidl cncn`ehdyd adl cn`nvqdyemdl d`dc `elgm~lgdllud
:7ZDO+Cdl~ved adl @elgm~lgdl Hea~z+Vnz 42, 9::8
Dlqykzkvnlqyevcn inyvebdq elvqy~cnlqd`ev, ae cdld zk`d h~i~lgdl
cdl~ved anlgdl d`dc hdlud qnyidqdv zdad yn`dve elvqy~cnlqd` vncdqd
D`dc ae`ehdq vnidgde d`dq idge zncnl~hdl mni~q~hdl adl mnznlqelgdl
cdl~ved Md`d~z~l cdl~ved inyvebdq znya~`e qnyhdadzd d`dc, hd` eq~
ae`dm~mdl vncdqd#cdqd ance cnlodcel mni~q~hdl adl mnznlqelgdl
hea~z cdl~ved, adl i~mdl dqdv znyqecidlgdl idhwd d`dc cncz~lude
le`de zdad aeyelud vnlaeye Qnkye ele on`dv inyvebdq ngkevqev mdynld hdlud
cnlg~qdcdmdl mnznlqelgdl cdl~ved Eq~`dh vnidilud qnkye ele
aedlggdz vnidgde vni~dh nqemd `elgm~lgdl udlg adlgmd` adl vnczeq
(vhd``kw nlreyklcnlqd` nqhefv%
Dlqykzkvnlqyevcn inyvebdq qnk`kgev mdynld znyqecidlgdl udlg aedcie`
~lq~m znya~`e qnyhdadz d`dc aeadvdymdl zdad dmeidq adye qeladmdl eq~
idge mnznlqelgdl cdl~ved Qnkye dlqykzkvnlqevcn qn`dh qn`dh aeq~a~h
vnidgde vd`dh vdq~ znlunidi idge qnyodaelud myevev `elgm~lgdl hea~z
Zdladlgdl ele`dh udlg qn`dh cnlunidimdl cdl~ved inydle cn`dm~mdl
qeladmdl nmvz`keqdqeb qnyhdadz d`dc, anlgdl cnlg~ydv mnmduddl d`dc
ance mnznlqelgdllud
Wd`d~ idludm myeqem ae`klqdymdl qnyhdadz qnkye dlqykzkvnlqyevcn,
ldc~l vninldylud dyg~cnl udlg dad ae ad`dclud f~m~z vnidgde
`dladvdl udlg m~dq idge znlgncidlgdl vemdz mnzna~`edl qnyhdadz
d`dc Cdl~ved cnci~q~hmdl `elgm~lgdl hea~z udlg idem, cdmd ance
mnznlqelgdl hea~zlud, cdl~ved cnce`eme mnwdoeidl cncn`ehdyd adl
cn`nvqdyemdl d`dc `elgm~lgdllud
Iekvnlqyev
Iekvnlqyevcn dad`dh v~dq~ zdladlgdl udlg cnlnczdqmdl d`dc
vnidgde udlg cncz~lude le`de ad`dc aeyelud vnlaeye, `nzdv adye
mnznlqelgdl cdl~ved Anlgdl ancemedl, iekvnlqyevcn cnlk`dm qnkye
dlqykzkvnlqyevcn udlg cnludqdmdl idhwd hdlud cdl~ved`dh udlg
cncz~lude le`dead`dc aeyelud vnlaeye Qnkye iekvnlqyevcn inyzdladlgdl
idhwd cdmh`~m hea~z i~mdl hdlud cdl~ved vdod
:7ZDO+Cdl~ved adl @elgm~lgdl Hea~z+Vnz 42, 9::8
Dad idludm hd` adl onlev cdmh`~m udlg cnce`eme mnhea~zdl Zdladlgdl
iekvnlqyevcn cnladvdymdl ckyd`eqdv zdad mn`~h~ydl mnhea~zdl, nlqdh
zdad cdl~ved dqd~ zdad cdmh`~m hea~z `dellud Mdynld udlg cnlodae
z~vdq znyhdqedl adl elgel aein`d ad`dc qnkye ele dad`dh mnhea~zdl, cdmd
vnfdyd ckyd` iny`dm~ zyelvez idhwd vnqedz mnhea~zdl ae c~md i~ce ele
cncz~lude le`de ckyd` udlg vdcd, vnhelggd hdy~v ae`ela~lge adl
aevn`dcdqmdl K`nh mdynld eq~, mnhea~zdl vnqedz cdmh`~m hea~z zdlqdv
aeznyqecidlgmdl vnfdyd vnye~v ad`dc vnqedz mnz~q~vdl adl qeladmdl
ckyd`, idhmdl `nzdv adye znyqecidlgdl ~lq~lg#y~ge idge mnznlqelgdl
cdl~ved
Iekvnlqyevcn cnlnmdlmdl mnwdoeidl qnyhdadz d`dc inyv~ciny adye
znyqecidlgdl idhwd mnhea~zdl dad`d vnv~dq~ udlg inyle`de, idem
mnhea~zdl cdl~ved cd~z~l vznvenv `del ae i~ce ele Iekvnlqyevcn
cn`ehdq d`dc adl vn`~y~h evelud cncz~lude hdymdq adl le`de ad`dc
aeyelud vnlaeye D`dc cncz~lude le`de o~vqy~ mdynld dad mnhea~zdl udlg
qnymdla~lg ae ad`dclud Cdl~ved ae`ehdq vnidgde vd`dh vdq~ idgedl vdod
adye mnvn`~y~hdl mnhea~zdl udlg dad ae i~ce, adl i~mdl cny~zdmdl
z~vdq adye vn`~y~h d`dc vncnvqd Cdmd vnfdyd iek`kgev cdl~ved qeadm dad
inadlud anlgdl cdmh`~m hea~z `dellud
Qnkye iekvnlqyevcn aevni~q o~gd elqnycnaedqn nlreyklcnlqhd` nqhefv,
hdy~v aecnlgnyqe anlgdl idem, mh~v~vlud cnludlgm~q mna~a~mdl
cdl~ved adl cdmh`~m hea~z udlg `del ae i~ce ele Zdad elqelud qnkye
iekvnlqyevcn inyz~vdq zdad mkc~leqdv iekqev adl vn`~y~h mnhea~zdl
udlg dad ae ad`dclud Cdl~ved qeadm cnlgkyidlmdl mnhea~zdl `dellud
ingeq~ vdod dqdv advdyd zncdhdcdl idhwd d`dc adl vngd`d evelud qeadm
inyle`de ad`dc aeyelud vnlaeye
:7ZDO+Cdl~ved adl @elgm~lgdl Hea~z+Vnz 42, 9::8
Nmkvnlqyev
Zdladlgdl ele aeadvdymdl zdad zncdhdcdl idhwd vnfdyd nmk`kgev,
idem cdmh`~m hea~z cd~z~l inlad#inlad diekqem vd`elg qnymdeq vdq~
vdcd `del Dey ae v~lgde, udlg qnycdv~m diekqem, vdlgdq cnlnlq~mdl
idge mnhea~zdl udlg dad ae ad`dclud ^adyd, wd`d~z~l eadm qnycdv~m
cdmh`~m hea~z, ldc~l vdlgdq cnlnlq~mdl idge mn`dlgv~lgdl vn`~y~h
cdmh`~m hea~z Adl ingeq~ vnqny~vlud Odae nmkvnlqyencn vn`del vnod`dl
anlgdl iekvnlqyevcn ‖ ae cdld mna~dlud vdcd#vdcd cnlnlqdlg
zdladlgdl dlqykzkvnlqyevcn ‖ o~gd cnlfdm~z mkc~leqdv udlg `nieh
`~dv, udmle mkc~leqdv nmk`kgev vn`~y~hlud Odae nmkvnlqyevcn cnl~lq~q
qdlgg~lg odwdi ckyd` udlg vdcd ~lq~m vn`~y~h ynd`eqdv iek`kgev
Nmkvnlqyevcn, aevni~q o~gd annz nlreyklcnlqd` nqhefv Znyhdqedl adye
qnye ele i~mdl hdlud inyz~vdq zdad cdl~ved cn`delmdl zdad cdmh`~m
hea~z vn`~y~hlud ad`dc mdeqdl ad`dc ~zdud cnlgdqdve znyvkd`dl
`elgm~lgdl hea~z Cdl~ved i~mdl `dge z~vdq adye a~led ckyd`A n n z
nfk`kgu cncl~vdqmdl znyhdqedl mnzdad vnc~d cdmh`~m hea~z ae i~ce,
i~mdl hdlud ance mnznlqelgdl odlgmd znlanm, cn`delmdl ance
mnznlqelgdl vn`~y~h mkc~leqdv nmk`kge
Annz Nfk`kgu cnlgdl~q zyelvez iekvzhnyef ngk`eqdyedl#evc, udeq~
znlgdm~dl idhwd vn`~y~h kygdlevcn adl cdmh`~m hea~z dad`dh
dlggkqd udlg vdcd vqdq~vlud adye v~dq~ mnvn`~y~hdl udlg qnymdeq
vnhelggd cncz~lude v~dq~ cdyqdidq udlg vdcd Ele cnludlgm~q v~dq~
znlgdm~dl idhwd hdm ~lq~m hea~z adl inymncidlg ~lq~m vnc~d
cdmh`~m (idem hdudqe cd~z~l lkl hdudqe% dad`dh vni~dh hdm ~lrnyvd`
udlg qeadm ievd aedidemdl
Vemdz annz nfk`kgu qnyhdadz `elgm~lgdl vdlgdq on`dv, udeq~ qeadm hdlud
cnc~vdqmdl znyhdqedl zdad adczdm znlfncdydl idge mnvnhdqdl
cdl~ved, qnqdze o~gd zdad mnhea~zdl vnfdyd mnvn`~y~hdl D`dc hdy~v
aezdladlg o~gd adye vnge le`de adl b~lgve i~adud, vkved`, vzeyeq~d`,
cnaev, adl iek`kgev

Share & Embed

More from this user

Recent Readcasters

Commenting has been disabled.