Selasa, 20 Februari 2018

Maluku ada di Maluku


Dibibir sungai Salari yang ada di Sanrangan ini banyak orang berdiri dan ada juga sebagian yang duduk dengan kesederhanaan. Kita semua yang hadir disini sedang menikmati indahnya keberanian diri kita untuk menampilkan yang apa adanya. Kita semua menyadari bahwa “MALUKU ADA DI MALUKU”, artinya kita harus menempatkan malu itu pada kedudukannya dan tidak perlu malu berlebihan. Karena Maluku itu bukan di Makassar, tetapi Maluku itu ada di Ambon.


Ingat, dan percayalah! Apabila didalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat kebaikan, maka jaminan hidup kita untuk sekarang dan diwaktu yang akan datang adalah tidak akan menemukan kemajuan, kesuksesan, dan kebahagiaan.

Mengapa bisa demikian? Jawabannya, karena walaupun ada peluang, walaupun ada modal, walaupun ada bakat, dan walaupun banyak jaringan persahabatan yang berkualitas, berbagai rintangan hidup yang sudah kita hadapi, semua itu tidak ada bermamfaat dan tidak berguna sama sekali jika terus malu yang bukan pada seharusnya dan tidak  berani tampil ambil bagian. Maka pantaslah orang lain berkata kepada kita dengan kata “JANGAN TERLALU BERHARAP” untuk bisa meraih prestasi gemilang jika terus saja malu dengan tidak mau mempraktekkan ilmu itu dalam berusaha dan beramal.

Memang betul! Kesempatan dan peluang apapun yang kita miliki tidak berguna dan tidak bermamfaat sama sekali, kalau kita tidak memiliki keberanian. Lalu yang menjadi pertanyaan, apakah keberanian itu? Berani itu hanya ada jika kita benar, jika kita punya ide, dan jika kita punya kesiapan.. Berani juga ada kalau kita punya idealisme, punya siri’ cinta dan siri’ cita-cita. Tetapi, berani kita tidak boleh asal nekat-nekatan yang bisa saja berujung penjarah, kesia-sian atau malah bisa kematian yang akan kita dapatkan.

Oleh karena itu, kita malu pada yang salah, berani pada yang benar seperti orang-orang hebat itu. Boleh berani tapi tidak menyombongkan keberanian itu. Berani kita harus terukur dan harus jelas. Karena berani kita itu bagian untuk mengejar dan memujudkan siri’ cinta dan siri’ cita-cita yang sudah diuji akan membawa mamfaat bagi orang banyak. Keberanian kita tidak boleh melanggar rambu-rambu hukum, harus yang dibenarkan agama kita, dan adat istiadat budaya kita.

Berani dibutuhkan untuk sukses kita dan membawa kita menuju kesuksesan di masa depan yang harus lebih baik dengan berlandaskan pada berani karena benar dan tulus. Dan semoga Allah SWT sengaja menghadirkan kita sebagai orang berani pada yang baik-baik untuk menjadi solusi pada masalah yang ada.

Jumat, 02 Februari 2018

Siri'nu siri'ku , paccenu pacceku



Hatimu dan hatiku itu adalah gabungan dari "Harga diri dan kesetiakawanan". Lalu pertanyaan, mengapa hatimu dan hatiku bisa terasa sakit saat harga diri terluka, dan mengapa hatimu dan hatiku bisa merasa sedih, bahagia, terluka, bangga?

Jawabannya, itu Karena hatimu dan hatiku  juga memiliki harga diri dan, kesetiakawanan, itu hatimu dan hatiku, tentu saja hati orang lain pun begitu.

Kamu dan aku pun tahu, bahwa kalau kata-kata bisa memiliki dua sisi, kebaikan dan kehancuran, bisa membahagiakan bisa menyakiti, entah tertulis entah terucap.

Kalau begitu, kamu dan aku  adalah orang Makassar yang punya prinsip , "siri'nu siri'ku , paccenu pacceku ", artinya, "harga dirimu  harga diriku , kesetiakawananmu kesetiakawananku ". Harga diri dan kesetiakawanan bagimu dan bagiku, ibarat rumah ia adalah tiang, ia atap, dan ia juga dinding.

Jadi ,  mestinya kamu dan aku tidak perlu takut menderita bila  memiliki sahabat.

Kamu dan aku tak perlu ragu meraih siri' cinta dan siri' cita cita bila masih memiliki teman, tak perlu bingung bila kamu dan aku masih saling memberi dan saling menerima.

Kamu dan aku adalah satu yang di persatukan pada "percaya" dan "yakin" bahwa kamu dan aku bisa saling menyelamatkan karena hadirnya siri'nu siri'ku , paccenu pacceku.