Selasa, 09 Oktober 2018

KUPILIH KAU DENGAN BISMILLAH

Aku sebagai lelaki biasa telah ikhlas memilih jalan pilihan ini. sebagaimana yang diketahui oleh kebanyakan orang bahwa setiap rencana baik yang datang dari manusia baik-baik adalah baik,  tetapi rencana allah swt adalah jauh yang lebih terbaik.

Biarlah kalau pun nanti aku telah salah dalam memilihmu sebagai perempuan yang kuanggap baik, sholeha, dan baik menurutku. aku akan tetap mengenang pilihan salahku dan memperbaikinya dengan cara yang bermanfaat.

Karena  atas bismillahirrahmanirrahim dan atas nama siri' , aku tak ingin berpaling memilih yang lain dari pilihan itu dan aku akan  menjadikan kau sebagai perempuan yang memberikan inspirasi, semangat, motivasi,  dan kreativitas.

Sekaligus kau perempuan yang kuabadikan menjadi merek  "eses" di perusahaanku kelak. aku sangat percaya bahwa ketika "aku pergi kekota karena cita-cita dan aku akan pulang kedesa karena cinta.

Maka dari itu, janganlah kau katakan jangan terlalu berharap! karena bagiku, tidak ada kata jangan terlalu berharap untuk kemajuan masa depan.

Aku harus aku buktikan sekarang itu dengan tiada hari tanpa perubahan, dan tiada hari tanpa penyempurnaan dengan mengerjakan yang orang lain belum orang lakukan, dan melakukan yang lebih baik dari apa yang orang lain pernah kerjakan.

Semua apa yang aku lakukan ini karena bismillah. aku sangat percaya 100% bisa berani mewujudkan impian,  dan harus aku ingat bahwa apapun yang terjadi pada pilihanku, inilah yang terbaik menurut allah swt bagiku.

Selanjutnya aku ingin mengatakan bahwa, "kupilih kau dengan bismillah ". mudah-mudah pilihan orang yang kucintai karena allah bukanlah pilihan yang salah.

Sebab apabila memilih orang dicintai adalah kesalahan, maka betapa banyak manusia yang telah berbuat salah didunia hanya karena telah memilih orang yang dicintai yang lebih kaya, lebih bagus , keturunan berkelas, dan asli orang berkualitas.

Terakhir, dengan selalu memohon ridho dan pertolongan allah swt dalam menghadapi kerasnya kehidupan yang tidak mudah dan tidak ringan ini.

Semoga allah mempertemukan kau dan aku , sekaligus merestui cinta dan cita-cita ini.

CERPEN ESES


Masjid Al-Amin Sanrangan adalah satu-satunya yang ada dikampung ini. Terletak di lokasi strategis. Sekolah dasar negeri Sanrangan, gunung lassang, padi yang menguning, dan jagung kuning yang siap panen dapat dilihat dari sini. Sore ini aku duduk di beranda masjid setelah menunaikan shalat Ashar berjamaah. Sembari merenungi ciptaan Allah SWT dengan menyaksikan burung bangau yang terbang lepas diangkasa, tiba-tiba dikejutkan suara seseorang yang memanggilku. 

"Eses..." Panggil seseorang dari belakangku yang suaranya sudah tidak asing lagi. Aku pun membalikkan tubuhku perlahan-lahan dengan memberikan senyuman hangat yang kuberikan khusus untuknya.

"Assalamu'alaikum wr.wb. Tidak dijawab tanda orang angkuh? Tanya lelaki itu, Iwan namanya. Ia menatapku dengan tatapan mata yang berisi pengharapan. Tetapi Aku langsung mengalihkan pandangan itu dengan ucapan astagfirullah adziim. Aku sangat sadar sebagai akhwat bercadar  yang masih berpegang teguh pada budaya SiriNaPacce dan sekaligus tidak ingin menambah catatan hanya karena memandang yang bukan muhrimku.

"Hei, Eses. Boleh bertanya?  Bagaimana kabarnya? Boleh lanjut?" ucapnya lagi, menyadarkan lamunanku.

"Alhamdulilah kabar baik, lanjut apa?  Bicara yang jelas! Jangan seperti orang bermain teka-teki? " Jawabku bercanda, lalu memalingkan wajahku kearah anak-anak yang sedang asyik main layang-layang di lorong Cambayya.

Sekilas kulihat raut wajah Iwan berubah menjadi murung. Aku jadi kasihan melihatnya, dan mencoba menanyakan sesuatu padanya.

"Iwan, sebenarnya yang kita bicarakan ini tentang apa? Apakah ada masalah? Bicaralah! Biar semua jelas ?" Tanyaku.
Iwan tampak diam membisu. Pandangannya terlihat kosong. Tak lama, ia menarik nafas dalam-dalam. 

"Eses, bolehkah aku berbicara dari hatiku kehatimu?" .Tanya iwan, yang ingin menyampaikan sesuatu melalui secarik kertas berisi curahan hati yang ia serahkan kepada ku. "Boleh" . Pintaku sambil menerima kertas putih yang berisi sesuatu. Akupun membacanya dengan rasa penasaran.

"Eses yang baik hati. Tolong lah diriku ini dengan jawaban silusimu. Mengingat masalah besar yang dihadapi, apakah aku harus kehilangan mu? Ya, mungkin akulah manusia paling bodoh, paling hina, paling gila, dan paling pantas ditertawakan didunia saat ini. Lantaran telah mencintai sesosok bidadari sempurna menurut hatiku, pikiranku, dan menurut mataku sendiri. 

Dari alasan itulah, sebelum aku meninggalkan dunia dan sebelum namaku dilupakan oleh semua orang, aku ingin terlebih dahulu mengejar cinta abadi itu dengan mengungkapkan perasaan itu dari hatiku kehatimu. Agar kamu tahu isi hati ini, cuma tidak tahu harus memulai dari mana?

Jawabannya, aku harus memulai mencari 1.000 cara dan 10.000 usaha sampai akhirnya aku menemukan keberanian diri untuk mengungkapkan bismillah aku mencintaimu? aku berharap kamu mau menjadi pasangan dalam hidup selamanya.

Meskipun aku sangat sadar, aku tidak sempurna, anak orang melarat yang terbuang di kota perantauan. Tapi percayalah, sulit untuk kamu temukan hati yang insya Allah sebersih hatiku. Karena diriku sudah dicuci air mata derita sejak kecil di kota perantauan.

Maka dari itu, janganlah kecewakan hati yang ingin mendapatkan jawaban membahagiakan darimu untuk menjadikan diri ini lebih bersemangat, yang tentunya dilandasi lebih dahulu iman dan taqwa kepada Allah SWT.

Intinya, aku menunggu jawabanmu dalam waktu sekarang, sebulan, atau bahkan sampai dunia ini musnah. Kalau kamu bertanya-tanya mengapa aku menunggu jawababmu? Itu karena aku percaya dan yakin 100% bahwa insya Allah kamu adalah wanita shaleha yang selalu taat menjalankan perintah Allah dan selalu menghijabkan diri dimana saja berada.

Dan akhirnya, sambil memohon kepada Allah SWT agar merestui langkah pilihan ini, memudahkan urusan ini dan semoga kehadiranku didunia ini hanya untuk kamu. Begitupun sebaliknya, semoga kelahiranmu didunia hanya untukku agar bisa saling mengisi didalam kelebihan dan kekurangan.

Curahan hati Iwan rupanya dibuat dengan jiwa, bukan dengan tulisan tangan semata. Apa yang menjadi gelora perjuangan di dalam hati ditumpahkan dikertas. Dan bagi yang membacanya, tentu tersentuh jiwanya, termasuk diriku.

Betapa gemetar kedua tanganku saat membaca tulisan tersebut. Tanpa sadar air mataku tiba-tiba jatuh membasahi cadarku. Namun aku harus menanggapi curahan hatinya.

"Terima kasih. Aku bersyukur masih ada orang mencintaiku. Jangan berlebihan menilai diriku! Aku seperti yang kamu pikirkan dan kamu tidak perlu menilai dirimu seperti itu. Karena mencintai itu hal biasa, bukan dengan mencintai seseorang itu dianggap bodoh atau apalah namanya. Tapi tanya besar, mengapa kamu mencintaiku? Dan jika bertanya perasaan, aku minta maaf karena tidak punya perasaan kepadamu. Aku tidak bisa mempunyai perasaan seperti yang kamu rasakan dan sekali lagi aku minta maaf telah membuatku kecewa".Kataku disertai tetesan air mata yang menetes di pipi. Setelah lama termenung menimbang maksud curahan Iwan.

Tetapi entah mengapa kata-katanya sangat menyentuh hatiku. Padahal sudah sekian banyak lelaki menyatakan cinta padaku, namun baru kali ini menemukan sosok Ikhwan yang kata-katanya mampu menembus lubuk hatiku yang paling dalam.

Ya! Rasanya telah tak terhitung sudah berapa banyak orang yang sudah mengucap cinta untukku. Namun kutepis. Aku selalu mengatakan tidak ingin pacaran. Selain Pacaran melanggar hukum agama, hukum adat kebiasaan SiriNaPacce juga sangat dijunjung tinggi di kampung ini dan pacaran juga banyak menghabiskan uang. Sedangkan aku sendiri ingin lebih fokus untuk menjalani masa madrasah Aliyah Ku, yang juga harus menyisihkan uangku untuk keperluan masuk ke perguruan tinggi. Makanya aku menanam jagung sendiri dikebunku sendiri dengan harapan agar bisa dijual ke pedagang.

Walaupun aku sangat sadar sebenar aku juga memiliki rasa lebih dengannya. Tapi apa daya, aku hanya ingin membuktikan bahwa kekuatan imanku lebih kuat daripada nafsu yang menyeringai.

Suasana hening sesaat sampai Iwan menepis keheningan.
"Tapi Eses, jika ini memang cita-citamu. Kejarlah! Kamu pantas meraih cita-cita mu daripada terkorbankan hanya karena cinta. Meskipun aku sangat menyadari dirimu yang belum memiliki perasaan sama sekali pada diriku saat ini. Janganlah putuskan komunikasi! Jangan menjadi orang angkuh! Jangan biarkan perjuangan berhenti disini! Biarlah ini menjadi menjadi gelora perjuangan dari  seorang calon imammu kepada calon Makmunku. Tidak ada kata mundur mencintaimu! Mencintaimu adalah amanah hati. Semua yang diperjuangkan sepenuh hati berawal dari niat Bismillah. Semua yang dimulai dari niat Bismillah tidak pernah berhenti ditengah-tengah.” Lanjutnya menghentakkanku.

Seakan-akan kata-katanya berubah menjadi siraman rohani yang begitu mudah masuk kedalam sanubariku. Jarang sekali ia berucap bagai malaikat seperti ini. Atau mungkin memang aku belum terlalu dalam mengenalnya.

Kutengadahkan pandanganku kelangit mencari, sisa cahaya senja yang masih menyelimuti langit sore ini. Kicauan burung pun mulai bersahut-sahutan menyambut datangnya petang. Sungguh  indah ciptaanmu, ya Allah. Sama indahnya seperti kau menciptakan manusia yang hidup berpasangan.

“Iwan, setiap orang mempunyai cita-cita yang pasti orang tersebut ingin berani mewjudkannya. Tidak ada satu orang pun yang membiarkan cita-citanya terhapus oleh ombak dan terbawa arus lautan. Aku yakin kamu pun begitu. Kemudian maaf sebelumnya, aku sarankan jangan terlalu berharap! Walaupun berusaha bagaimana? Kalau memang aku tidak buka pintu, kamu tidak akan bias masuk. Karena saat ini yang aku pikirkan hanya sekolahku yang tidak lama lagi akan lanjut kuliah dan juga saat ini yang aku pikirkan hanya masa depanku. Tetapi bilamana Allah SWT menakdirkan kita berjodoh, pasti suatu saat nanti kita akan dipertemuanoleh-Nya dengan cara apapun. Iwan, aku sangat percaya itu!”. Ucapku mengakhiri perbincanganyang terjadisekitar Tahun 2016 yang lalu. Ya! Aku masih ingat, bahkan detail gerakannya pun masih terlukis indah dimemoriku. Baju gamis dan celana cingkrang yang dia pakai saat itu dan senyumannya seakan tak akanpernah terhapus termakan oleh waktu. Ya aku merindukannya.

Aku merindukannya. Mengapa aku masih saja memikirkannya? Mengapa hatiku masih teringat pada namanya? Padahal aku sudah tidak tahu lagi, apakah hatinya masih menarik bagiku? Bahkan pada ketulusan dengan Allah mungkin sudah tidak menarik lagi hatinya.

Ya Allah seandainya ini lebih baik bagiku, perintahkanlah malaikat pencabut nyawa untuk mencabut nyawaku sekarang juga. Agar hidupku tidak lagi tersiksa karena beratnya penderitaan rindu dan cinta yang kurasakan Tuhan. Tetapi jika seandainyamati lebih baik bagiku ya Allah, siapakah kelak yang akan menjadi jodoh akhiratku di alam sana?atau jika memangmasih ada sia-sia puing umurku didunia ini ya Allah, lalu siapakah pasangan hidupku salam didunia.

Demi kebesaranmu ya Allah, sungguh aku tidak sanggup menanggung dosa rindu kepada orang kucintai ini. Sungguh aku tidak apa yang telah terjadi pada dirikuyang merasasudah dikuasai oleh gelombang sihir rindu dan cinta. Wahai orang yang pernah mengungkapkan cinta karena Allah kepadaku, apa yang telah kamu perbuat pada hatiku? Hingga hatiku tak dapat melupakanmu.
                                             *********************

Petang mulai datang menyambar. Semilir anginyang mulai dingin semakin menusuk hatiku. Entah mengapa, petang selalu melukiskan kecerian yang diliputi kesedihan. Sedih karena sang raja siang telah pergi bersama cahaya indahnya dan bulan yang selalu menjadi primadona malam. Dan mungkin karena petang mempunyai kenangan tersendiri bagiku.

Kubentangkan sajadah kearah kiblat-Nya dan memulai shalat Magrib ini dengan penuh kekhusyukan, demi mengharap ridho dan rahmat-Nya. Hatiku terasa lebih damai daripada sebelumnya, sungguh rahmat yang luar biasatelah kurasakan kini, kuangkat kedua tanganku dengan penuh pengharapan.

“Ya Allah…. Terimakasih atas rahmat dan kasih sayang-Mu yang telah kau curah limpahkan kepada hamba ini. Ya Rabb, engkaulah dzat yang maha mengetahui segalanya. Engkau pun tahu, siapakah calon imam yang memimpin keluarga hamba nanti. Apakah ia ya Rabb? Yang selalu datang menyusup melewati rongga-rongga kesepian hati? Aku hanya berharap dan tidak boleh ada kata jangan terlalu berharap! Namaun jangan biarkan cinta ini terlalu dalam padanya. Tetapi sesungguhnya engkaulah yang maha tahu siapa yang terbaikuntuk hamba. Siapapun ia, jagalah dia selalu. Sempurnakanlah akhlaknya, agar bias menuntun hamba menuju surge-Mu nanti. Aamiin”.

Kutapaki kaki diatas jalan yang telah dijemur seharian oleh terik matahari. Menyusuri jalan yang penuh kebisingan dari suara kendaraan yang sedang berlalu lalang.

Semilir angin sejuk menemani yang sedan duduk terpaku bsendiri dibawah pohon yang ada dikaki Gunung Lassang. Ya! Terpaku dalam kesendirian yang semakin menyesakkan dada. Langsung kuambil hanphoneku untuk menulis di blogku yang berjudul, berani melawan takdir. Diblogku ini aku menulis tentang, Don't hope too much.

Adapun isi blogku yaitu:

Tidak ada kata "Jangan terlalu berharap!" untuk meraih prestasi dan keberhasilan. Tidak ada kata "Don't hope too much!" untuk melihat kebelakang, dan tidak ada kata berhenti berusaha untuk mewujudkan impian, kemenangan, dan kebahagiaan.

Itu berarti "Don't hope too much!" adalah tekad, semangat, kemauan yang pantang menyerah dalam mengejar tujuan, bahkan "Don't hope too much!" adalah strategi yang digunakan untuk fokus pada hasil bukan pada proses, sehingga "Don't hope too much!" menjadi bahan bakar untuk mendorong kinerja tanpa lelah untuk menggapai impian dan kemenangan, serta akan menjadi dorongan untuk memacah dan mengubah masalah menjadi solusi untuk menemukan alternatif dan menjadikan tantangan, ancaman, dan halangan sebagai peluang.

Makna lain dari kata "Don't hope too much!" adalah tidak ada kata menyerah dalam berusaha menggapai impian dan kemenangan. Karena "Don't hope too much!" adalah keyakinan yang bisa merubah kenyataan pahit, yang sedih menjadi energi kemenangan dan prestasi.

Kalau begitu, "Don't hope too much!" harus menjadi prinsip dalam bersaing untuk memenangkan pertarungan, sehingga tidak boleh menjadi salah satu, tapi harus menjadi satu-satunya, agar menjadi pemenang.

Makanya, pemenang tidak mengenal kata "jangan terlalu berharap", arti dalam Bahasa Inggris, "Don't hope too much!". Untuk terus menjadi pemenang, seorang petarung harus bertarung, kalau tidak, kekalahan menjadi penggantinya, dan satu-satunya cara agar dapat diposisi puncak seseorang haruslah terus meningkatkan kemampuannya dengan terus belajar dari sekarang.

Dan harus di ingat bahwa pemenang selalu bersyukur, bekerja keras, dan selalu berharap yang baik-baik untuk mengalahkan lawan dan orang yang berhenti berharap  tidak akan pernah menjadi pemenang.


Ayo terus gunakan kekuatan iman untuk meruntuhkan ejekan kata " jangan terlalu berharap" dengan mau mengalahkan kemalasan, kebodohan, kemiskinan, penindasan, godaan iblis, kesusahan, kesedihan , kejengkelan dan masih banyak lagi musuh yang harus dilawan dan dikalahkan.

Dan itulah tulisan yang kutulis diblogku dan kurangkai juga kata-kata rindu diblogku, rindu sosok lelaki yanga akan menjadi imamku kelak. Ingin cepat rasanya bertemu dengannya. Ya Allah sabarkanlah hati hamba ini. Hamba yakin dan percaya kau pasti punya cara terbaik untuk mempertemukan hambanya.

Tak lama kututup akun blogku. Kupandangi kambing yang asyik makan rumput yang sesekali mengibas ekornya sendiri. Aku tersenyum memandangnya. Tapi kusadari, sosok lelaki yang sepertinya tidak asing lagi duduk disamping yang jaraknya kurang lebih 20 meter. Entah sejak kapan ia berada disitu. Apakah ia mendengar curhatan hatiku pada sang sang khalik yang kutulis melalui blog. Apakah ia mengetahui isi hatiku? Ah sudahlahm, lagi pula ia tidak ada urusan denganku. Tapi siapakah ia? Seperti aku sangat mengenalnya.
Aku masih mencoba mengingat wajahnyadibalik cadarku sambil terus memperhatikan ia yang sedari tadi diam, menatap layar hanphone sambil membaca Al-qur’an yang ada dalam layar handphone yang ia genggam erat.

Ingin rasanya kusapa, ia masih terpaku. Tapi nampaknya nyali inilebih kecil daripada inginku “ a…a…a…payah! Kenapa lidahmenjadi kaku? Mulutku seperti terkunci oleh gembok yang begitu kuat. Entah mengapa detak jantungku berubah, berdetak lebih kencang daripada sebelumnya. Ternyata yang berada disampingku sejak tadi ia adalah Iwan. 

Oh! Sosok yang tak pernah kupikir akan berjumpa lagi, sosok yang selama ini kurindukan, sosok yang selama ini kuimpikan menjadi imam dalam keluargaku. Aku tak percaya dapat bertemu kembali.

“Eses”
“Iwan”
“Eses, apa betul ini kamu yang biasa pakai cadar?
“Ya aku ini Eses, teman Sekolah dasar kamu Iwan  di SDN Sanrangan”
“Eses, aku tak menyangka dapat bertemu kembali lagi. Eses yang kekenal dulu sebagai keluargayang berasal dari keluarga yang taat beragam aislam, sopan santun dan ramah kepada semua orang. Eses juga sudah istiqamah sejak kecil memakai cadar dan aku sungguh tak menyangka dapat bertemu kembali di kaki Gunung Lassang’. Ucap Iwan dengan mempelihatkan wajah yang mudah tersenyum ramah, sama seperti ketika aku masih sama-sama duduk disekolah dasar dikampung ini dan kini ia sudah tahfidz 30 juz Al-qur’an dan sudah memiliki usaha dibawah bendera grup usaha yang bernama eses grup,  bergerak dibidang makan dan minuman

“Aku juga Iwan. Ini seperti mimpi” . Balasku, mimpi yang menjadi nyata, lanjutku dalam hati.


Aku dan Iwan masih meneruskan perbincangan tentang asal-muasal nama merek perusahaan “ESES” milik Iwan yang terinspirasi dari namaku. Tapi perbincangan yang kulakuakn bersama Iwan tidak melakuakan perbuatan yang melanggar dengan cara berdekatan. Karena jarak antara kami berdua, kira-kira kurang lebih 20 meter. Namun malam lebih cepat datang .

Aku mengakhiri secepatnya perbincangan itu, takut akan menjadi fitnahjika hari sudah malam masih berbincang yang bukan muhrim dan kami pun berjanji besok akan bertemu kembali di Lantaka yang menjadi tempat rekreasi bagi pemuda-pemudi didesa ini dan sekaligus menjadi salah satu tempat mencari jaringan signal untuk internetan.

*********************

 Sore ini, aku sudah berada di Lantaka yang menjadi lokasi kesepakatan bersama untuk melanjutkan pertyemuan yang kemarin. Tapi , mengapa Iwan belum juga datang? Apakah ia lupa? Padahal aku sudah 1 jam lamanya . tidak biasanya Iwan seperti ini kalau dia berjanji, telat dating disuatu perjanjian. Dengan hati yang begitu kecewa, akhirnya akupun meninggalkan lokasi yang menjadi tempat pertemuan. Karena sebentar lagi adzan magrib akan berkumandang , memenuhi isi ruang perut bumi ini.


Sebelumj motorku melaju kencang lebih jauh, aku sempatkan menengok kebelakang. Siapa tahu Iwan sudah ada disana. Tapi sewaktu aku melempar pandanganku kearah tempat duduk di Lantaka, sudah tidak ada seorangpun disana. Bahkan petani lading yang ada didesa ini yang biasa masih berlalu lalang pun tidak ada. Diarea lantaka tampak seperti tidak berpenghuni.

Dan akhirnya, aku melaju kencangkan motor metikku yang sempat terhenti tadi. Sambil mencoba menghilangkan pikiran negatif yang semakin mengurung akal sehatku.

*********************

“Maaf Eses, kemarin aku tidak bias dating. Aku benar-benar ada urusan penting, jadi tidak sempat mengabarimu lewat akun messenger facebookmu. Apa kamu marah?. Aku hanya berdehem pelan sambil memampang senyum dihadapannya, meskipun itu tidak terlihat dibalik cadarku. Sebetulnya aku begitu kecewa atas kejadian kemarin. Tapi apa boleh buat, aku hanya ingin mengambil pelajaran dari setiap kejadian.


“Oh iya Eses, sebenarnya ada sesuatu hal yang aku mau katakana padamu”. Ucap Iwan dengan nada sedikit menaik dan memamndang kosongbatu-batuan yang ada di sekitar Lantaka.

“Apa itu?” Tanyaku cepat.
“Lusa, aku akan melangsungkan akad nikah”. Jawab Iwan datar seolah tak percaya akan kalimat yang baru ia ucap. Mimpi-mimpiku seakan hancur seketika, sepenggal asa yang kupunyajuga perlahanmenjauhi harapanku. Aku tidak mengerti, mengapa takdirharus berkata seperti ini? Sungguh bernding terbalik dengan semua mimpi-mimpi yang telah kuukir sempurna. Tapi aneh, aku sama sekali tak melihat wajah bahagianya. Yang biasa terpampang jika setiap orang akan melakukan suatu upacara yang sangat suci sehidup semati. Ya, pernikahan. Entah ini hanya pikiranku atau memang benar adanya.

“Selamat ya Iwan”. Ucapku begitu berat tanpa sedikitpun memndanya.
“Mengapa kamu mengucapkan kalimat selamt padaku?”. Tanya Iwan yang sungguh aku tak mengerti apa maksud dari pertanyaan itu.
“Maksudnya?”

“Ya, Bukankah kamu juga  memiliki rasa lebih sama dengan? Aku pun begitu Eses. Aku benar-benar tidak tahu, mengapa harus ada perjodohan yang seperti ini, yang seakan menjadi pemisah cinta yang selama ini kuperjuangkan hanya untuk seorang diri”. Iwan berkata serius. Wajahnya pun bergurat dengan perasaan bingung bercampurcemas. Menyiratkan hantinya sedang gusar tak menentu.

Aku malah menatapnya bingung, mencoba mencerna setiap yang keluar dari bibirnya. Apa mungkin, Iwan masih menyimpan rasa di peristiwa tahun 2016 yang lalu kutinggal pergi?
“Apa kamu  …?
“Ya! Aku masih mencintaimu dan tidak akan mencintai orang lain selama kamu masih hidup.Katakanlah satu kata paling pahit yang bias kamu ucapkan sesukamu. Jika aku mencintaimuhanya membuatmu semakin menjauh dari Allah, maka hinakanlah diriku ini dengan hinaan yang paling bias kamu lontarkandimana saja , atau bilamana cintaku padamu hanya membuatmu seolah meninggalkan agama islammu, maka tutuplah hatimu serapat-rapatnya. Tetapi, jika aku mencintaimu karena Allah sebagai bentuk penyempurnaan dalam agama islamku dan agama islammu pada Allah dan sekaligus untuk sama-sama menjaga kehormatanmu dan kehormatanku pada manusia dan iblis dari godaan yang ada. Ingalah selalu, jika tujuan utamanya aku mencintaimu karena ingin membawamu pada keduduka yang baik dihadapan Allah dan juga ingin menjadikan dirimu sebagai ibu bagi anak shaleh dan shalehaku kelak. Jadi, jangan kamu palingkan wajahmu dariku, jangan kamu tutupi hatimu untukku, jangan kamu campakkan diriku begitu saja dan jangan kamu sia-sia diriku yang sudah berkata jujur. Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah, bukan karena hartamu, wajahmu, garis keturananmu, tapi sekali lagi karena Allah, agamamu dan bahkan rasa ini tak berkurang sedikitpun dari perjalanan yang telah memisahkan kita”. Kata-kataku yang sempat dipotong olehnya. Tapi ia akan seakan menjadi menjadi peramal yang mampu mengetahui maksud dari pertanyaan itu walau sempat ku ucapkan.

“Tapi Iwan, kamu sudah dijodohkan dengan wanita lain yang mungkin lebih untuk keluargamu dan masa depan hidumu”.
“tidak”. Jawanya begitu cepat hingga hamper memotong kata-kataku lagi.
“Bagiku, kamulah yang paling tepat untukku dan masa depanku, Eses”. Lanjutnya.
“Iwan sudahlah. Jangan buang-buang waktu lagi! Semakin lama masalahnya akan semakin rumit. Hidup itu realistis bukan khayalan. Mungkin cara Allah memberitahukan kita bahwa sebenarnya kita….tidak berjodoh”. Ucapku pasrah dengan takdir yang sudah terlanjut membalikkan mimpi cintaku.

“Eses, mengapa kamu secepat ini berubah? Buanglah pikiran negatifmu! Benarkah kamu tidak merasakan dan tidak melihat, bahwa ini suatu cobaan yang sengaja Allah datangkan untuk menguji kekuatan cinta dan menguji kekuatan iman”.
 Menguji kekuatan cinta dan menguji kekuatan iman seseorang dengan suatu pernikahanyang begitu sakral?”. Tanyaku yang aku sendiripun tidak tahu, darimana kata itu berasal.

“Tapi Eses…”. Kata-kata tersengat kembali, mungkin otaknya sedang berpikir keras untuk menemukan jawaban itu.

“sekali lagi sudahlah, Iwan. Jangan sampai lebih kupermalikan dirimu. Karena berbicara menerima atau menolak, walaupun kamu misalnya datang kerumah melamarku. Aku berhak menolak dan menerima yang dating kerumah itu adalah hakku tidak ada yang bias mengganggu gugat, dalam islam walaupun laki-laki itu shaleh kalaupun perempuan itu tidak suka, maka tidak bias baginya. Tataplah kedepan! Lihatlah! Pasti disana aka nada cahaya yang menuntunmu menuju kebahagian. Ikutilah perkataan mamamu dan papamu! Ingatlah ridho Allah bergantung pada ridho orang tua? Ya, aku sarankan janganlah terlalu dipikirkan itu! Karena punya keputusan tersendiri dan kalau bagi aku. Tidak ada masalah, aku mau ambil keputusan apapun itu hakku, tapi yang aku khawatirkan kamu dan keluargamu. Jangan sampai kecewa, aku Cuma mau jaga silahturahmi dan atau ini mungkin jawaban dari penantian dan penantianmu selama ini”. Jelasku panjang lebar.

Entah mengapa aku bisa setegar itu mengucap semuanya pada Iwan. Padahal jauh dilubuk hatiku, didalam mimpiku, aku begitu rapuh. Apakah aku sudah menjadi orang munafik, orang yang mudah berbohong kepada perasaan dan pikiranku sendiri ? apakah aku yang selalu bermimpi, karena  takut menghadapi realita dan tidak berani melawan takdir yang ada? Ya Allah maafkanlah hambamu ini yang tak sanggup menjalani takdir telah kau tetapkan. 
                                           *********************

Hari ini dengan langkah yang begitu berat, aku sempatkan untuk dating keacara akad nikah Iwan dan Eises Gebby . Ya, namanyaEises Gebby. Sosok gadis yang kelak akan menjadi istri Iwan. Nama panggilan Ieses yang begitu indah dan hamper mirip namaku. Begitupun ketika aku melihat foto bercadar yang ditunjukkan oleh Iwan. Sosoknya begitu sempurna. Terlebih karena anak karaeng dan ia juga orang kaya, punya banyak lading jagung, memiliki puluhan ekor kambing hasil ternaknya sendiri. Hebatkan? Tidak salah lagi, orang tua memilih Eises Gebby untuk menjadi pendamping hidup Iwan yang sekampungnya sendiri. Namun ayah Eises Gebby merantau ke Sulawesi Tengah sejak tahun 2015.

Waktu berlalu begitu cepat, kulalui dengan sia-sia. Menunggu seseorang bertahun-tahun yang pada akhirnya menjadi milik orang lain. Tapi apa daya, akutidak berani melawan takdir. Aku selalu bilang, kalau Allahmenakdirkan seperti itu, itulah yang terbaik. Aku hanya bias mengikhlaskan dia. Aku ya Allah, kaulah yang paling tahu siapa jodoh yang terbaik untuk hamba. Kuserahkan masalah jodohku, hidupku, dan matiku hanya padamu ya Allah.

Detak jam terus berputar. Aku pun telah duduk disini menyaksikan Iwan yang akan mempersunting wanita lain dan itu bukan aku. Aku harus ikhlas, aku harus memiliki kekuatan iman dan aku harus tegar.

Tiba-tiba ada suara hanphone bordering. Tampaknya itu suara handphone milik Iwan. Dengan sigap, Iwan mengangkat panggilan itu dengan suara lembutnya.
Aku tidak tahu, apakah yang baru ia bicarakan barusan. Yang aku tahu, raut wajahnya berubah seketika. Seperti baru saja mendengar kabar buruk.

Dugaanku tepat. Ya, Eises Gebby mengalami kecelakan mobil di Donggala yang dikemudikan langsung oleh Daeng Baha. Kecelakaan ini terjadi akibat gempa dan tsunami di  Provinsi Sulawesi-Tengah. Mobil itu mengalam kecelakaan saat melakukan perjalanan kesini. Aku ikut Iwan dan rombongannya untuk menjenguk Ieses yang dibawa langsungkerumah sakit yang ada di kota Makassar. Baru kali ini aku melihat wajah Eises untuk pertama kalinya. Tapi sayang, aku melihat wajahnya ketika nyawanyatelah diambil oleh sang maha kuasa. Aku tidak tahu pasti kejadian sebenarnya, aku hanya tahu, ia mengalami pendarahan besar diotaknya yang mengakibatkannyawanya tidak dapat ditolong kembli.

Semua orang yang ada disini telah larut dalamkesedihan. Bagaimana tidak? Ia meninggal ketika hendak melangsungkan pernikahan. Dan pernikahanitu sendiri adalah momen yang paling ditunggu-tunggu oleh umat manusia karena hanya dilakukan sekali seumur hidup. Begitu suci dan salah satu sunnah nabi. Tapi lagi-lagi ini telah menjadi garis Takdir-Nya. Manusia tidak dapat mengubah takdir, manusia hanya bisa menerimanya dengan hati yang ikhlas.

 Wajah Iwan pun terlihat terlihat begitu cemas dan lelah. Mungkin ia masih belum bisa menerima kepergian calon istrinya itu.

Aku mencoba   menghampiri Iwan". Sabar ya Iwan. Disetiap kejadian pasti ada hikmanya". Ucapku

"Iya Eses. Aku tahu dibalik kepedihan pasti ada kebahagiaan yang terkandung di dalamnya. Ya aku tidak mengerti, mengapa takdir mengalihkan jalan cintaku" balasnya masih dengan wajah tirusnya.

"Iwan , kamu tidak boleh Buruk  sangka sama Allah, kamu harus memiliki kekuatan yakin dan percaya, bahwa Allah telah menyusun yang paling indah untukmu"
"Ya aku harus memiliki kekuatan yakin dan percaya! Terima kasih Eses, telah meyakinkanku". Ucap Iwan dengan senyum lebar dan hangat .

*********************

Langit telah memperlihatkan pesona dari siang yang dapat menyilaukan mata. Burung-burung berterbangan membentuk suatu formasi yang begitu indah. Angin pun tidak henti-hentinya berhembus untuk membawa segenggam udara segar. Semuanya bertasbih. Memuji keagungan Allah SWT yang telah mereka semua dengan keajaibannya.

Entah mengapa hari hari-hari terakhir ini, aku dekat dengan Iwan diacara kegiatan Musyabaqah Tilawatil Qur'an yang dilaksanakan oleh organisasi yang bernama Kerukunan Keluarga Berutallas atau disingkat KKB. Pertemuan ini seolah menggambarkan mimpi-mimpi yang dulu itu pun seakan terajut kembali dengan sisa-sisa benang lalu yang mulai rapuh. Aku tidak tahu, rencana apa yang sedang disusun sang khalik terhadap jalan cintaku. Aku hanya bisa memasrahkan semua ini pada-Nya.

"Eses, bagaimana kabar kuliahmu? . Tanya Iwan yang sedang duduk di atas batu yang ada dibibir sungai salari bersama dengan ku dan teman-teman panitia pelaksana Musyabaqah Tilawah Qur'an yang sedang rekreasi untuk pembubaran panitia.

"Alhamdulillah baik. Kamu sendiri bagaimana? Balasku

"Alhamdulillah aku juga baik. Em... Apa kamu tidak keberatan jika aku mengucapkan bismillah aku mencintaimu dengan tujuan untuk memulai kisah cinta dari awal?

Aku hanya mengangguk pelan . Rasanya kekuatan mimpi-mimpiku dan kekuatan imanku semakin kuat menjadi nyata. Ya Rabb inikah jalan takdirmu untukku? Sungguh aku tak menyangka begitu indah jalan takdirmu.

Kini aku dan Iwan telah ta'aruf setelah sekian lama sama-sama menunggu kaliah kami berdua selesai. Dan Jum'at esok kami akan melangsungkan pernikahan dengan mahar merek dari perusahaan Eses. Ya, momen yang paling aku tunggu-tunggu sepanjang hidupku. Kekuatan kepercayaan dan kekuatan impianku menjadi nyata. Selama ini, tenyata Allah selalu mendengar do'a-doaku. Terimakasih ya Rabb atas semua ini. Maafkan hamba karena sempat berputus asa atas jalan takdir yang telah Engkau tetapkan. Tapi ternyata, dibalik itu semua Engkau telah menyiapkan kejutan indah bagi hambamu.

*********************

                 ( BERSAMBUNG )