Sabtu, 04 Agustus 2012

Motivasi SUKSES.mpg.AVI

jilbab


Si cantik berpenampilan seksi disukai pria karena nafsu…
Si cantik berpenampilan sopan disukai pria karena cinta dan agama…
Maka jadilah hijab sebagai sarana cinta & agama, atau lebih tepatnya sarana agama & cinta


Buat sahabat wanita saya, saya hanya berpesan, Jangan pernah ragu untuk berhijrah kepada kebenaran dengan memakai hijab penutup aurat yang bernama JILBAB, Niatkanlah karena Allah semata. Tepis pandangan remeh orang2 sekitar anda yang anti jilbab.
Berbuat baik dan berprilaku sopanlah pada sesama, tunjukan pada mereka bahwa dengan memakai jilbab, segalanya menjadi nyaman, jauh dari godaan lelaki iseng, jauh dari pandangan negatif dan senantiasa bertawadhu dan beristiqomah untuk selalu melaksanakan semua perintah Allah dan segeralah menjauhi semua perbuatan yang dimurkai oleeh Allah SWT
Perbanyaklah dzikir dan selalu meengingat Allah dimanapun anda berada, agar senantiasa segala masalah dan beban hdup yang anda alami akan ada jalan keluarnya dan selalu diudahkan olehNya, karena Allah akan selalu sayang pada hamba-hambaNya yang mengedepankan kecintaan dan kepatuhannya.
Jadikanlah Siti Khodijah sebagai teladan dan panutanmu dalam hal pengorbanan jiwa dan harta, serta jadikanlah Siti A’isyah sebagai teladan dan panutanmu dalam hal pemahaman terhadap agama, serta contohilah keluarga Yasir dalam hal kesabaran berpegang teguh pada agama Allah.

AIR MATA RASULULLAH SAW


Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maaf, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahu ayah, sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.
Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.
Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
"Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."
Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.
"Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi.
"Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. "Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanukum (peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu)."
Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii?" ("Umatku, umatku, umatku")
Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik alaaa wa salim 'alaihi Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.