Kamis, 08 Januari 2015

Politik Perusak Generasi


       Kawan, kita sebaya. Hanya bulan  yang membedakan usia. Kita tumbuh di tengah sebuah generasi dimana tawa bersama itu sangat langka. Kaki kita menapaki jalan panjang dengan langkah payah menyeret sejuta beban yang seringkali bukan urusan kita. Kita disibukkan dengan beragam masalah yang sialnya juga bukan urusan kita. Kita adalah anak-anak muda yang dipaksa tua oleh televisi yang tiada henti mengabarkan kebencian. Sementara adik-adik kita tidak tumbuh sebagaimana mestinya, narkoba politik uang membunuh nurani mereka. Orang tua, pendahulu kita dan mereka yang memegang tampuk kekuasaan adalah generasi gagal. Suatu generasi yang hidup dalam bayang-bayang rencana yang mereka khianati sendiri. Kawan,akankah kita berhenti lantas mengorbankan diri kita untuk menjadi seperti mereka?


       Di negeri permai ini, politik hanyalah kata-kata sementara benci menjadi kenyataan. Para penguasa tidak pernah mencintai apapun yang mereka lakukan, mereka hanya ingin mendapatkan hasilnya dengan cepat. Mereka tidak mensyukuri berkah yang mereka dapatkan, mereka hanya ingin menghabiskannya. mereka enggan berbagi kebahagiaan, sebab kemalangan orang lain adalah sumber utama kebahagiaan mereka. Kawan, inilah kenyataan politik memilukan yang kita hadapi, karena kita hidup tanpa cinta maka bahagia bersama menjadi langka. Bayangkan adik-adik kita, lupakan mereka yang tua, bagaimana mereka bisa tumbuh dalam keadaan demikian. Kawan, politik adalah persoalan kebiasaan. politik juga masalah prinsip. Bila kau terjun kedunia politik,  maka kau tidak akan peduli dengan yang lainnya. Tidak kepada poster dan umbul-umbul, tidak kepada para kriminal yang suka mencuci muka, tapi kau suka bermuka kepada kuli kamera. Politik adalah kesungguhan yang tidak dibatasi oleh menang dan kalah. Tapi politik haya akan menghancurkan generasi-generasi, dan membuat sengsara rakyat jelata. Hari-hari belakangan ini keadaan tampak semakin tidak menentu. Jutaan orang lantang bersuara demi mendapatkan keadilan.

       Kawan, aku berbicara tidak mewakili siapa-siapa. Ini hanyalah surat dari seorang pengolah kata kepada seorang penguasa. Sejujurnya, kami tidak mengharapkan janji manis para penguasa. Kami hanya menginginkan kegembiraan bersama dimana tawa seorang tukang becak sama bahagianya dengan tawa seorang pemimpin Negara. Tetapi kebahagiaan bersumber pada cinta dan solidaritas. Perjuangkanlah aspirasi rakyat layaknya seorang pemimpin yang tegas dan suci.

Islam totalitas

Urusan orang mukmin itu sungguh mengagumkan, semua hal baik
baginya, dan itu hanya terjadi pada orang yang beriman. Jika
memperoleh kesenangan dia bersyukur dan itu baik baginya, dan jika
ditimpa kesusahan dia bersabar dan itu baik baginya.” (HR Bukhari
dan Muslim)

Orang yang suka menghina orang lain, dia akan dihina. (Umar bin Khattab)

Barangsiapa takut kepada Allah SWT nescaya tidak akan dapat dilihat kemarahannya. Dan barangsiapa takut pada Allah, tidak sia-sia apa yang dia kehendaki.
(Sayidina Umar bin Khattab)

“Kesabaran itu ada dua macam: kesabaran terhadap sesuatu yang kamubenci dan kesabaran terhadap sesuatu yang kamu sukai.” (Ali bin Abi Thalib r.a.)

Tanda-tanda orang bijaksana antara lain adalah lidahnya selalu basah dengan dzikrullah. (Utsman bin Affan)

“Sungguh, nikmat itu bersambung dengan rasa syukur dan rasa syukuritu dapat mempengaruhi penambahan nikmat. Keduanya beriringandalam satu kurun, maka tidak akan terputus tambahan nikmat dari Allahhingga rasa syukur terputus dari seorang hamba.” (Ali bin Abi Thalib r.a.)

Pekerjaan lebih banyak daripada waktu. (Hasan al-Banna)

Kemarahan manusia itu bermacam-macam. Ada yang lekas marah, lekas tenang dan lekas hilang. Sebagian lambat marah, lambat pula reda. Sebagian lagi lambat marah tetapi cepat reda. Yang ketiga ini terpuji. (Imam al-Ghozali)

Orang alim mengukir, sedang orang arif mengilapkannya. (Abdul Qadir Jailani)

Dalam hati setiap orang ada kebutuhan untuk merasa dicintai tanpa harus diperiksa dahulu apakah ia pantas menerimanya. (maurice Wagner)

Kesabaran itu adalah sesuatu yang terpuji kecuali ketika agama dihina, harga diri dikoyak, dan hak dirampas. (unknown)

Cara terbaik menghilangkan musuh adalah mencintainya. (unknown)

Tentukan dan pastikan misi dan visi hidup kita, karena hal-hal tersebut
sebagai dasar kesuksesan seseorang. (Okke Nurtama)

Syukur dan Sabar sebagai “Bahan Bakar” Motivasi Diri. (Okke Nurtama)

Jangan salah dalam konsep hidup, bahwa kita hidup bukan bergantung kepada orang lain, namun kita hidup “berdiri di atas kaki sendiri” (punya kemampuan pribadi secara mandiri). (Okke Nurtama)

Persiapkan diri dengan kemampuan ilmu agama, keahlian mencari nafkah, manajemen diri, dan life skill yang baik agar siap menghadapi hidup dan seluruh kesulitan dalam kehidupan dunia ini. (Okke Nurtama)

Bangkitlah dari kondisi terpuruk (bila kita memang merasa demikian), ciptakan ide-ide cemerlang untuk memecahkan masalah kita, dan banyak berdiskusi dengan orang-orang lain tentang masalah kita, siapa tahu masalah orang lain itu hampir sama dengan masalah kita. Jangan lupakan untuk bekerja sama dengan orang lain. (Okke Nurtama)

Jangan banyak diam (tidak produktif) dan menunda-nunda pekerjaan, karena diam dan menunda pekerjaan sama artinya dengan menunggu kondisi hidup menjadi semakin buruk dan sulit. (Okke Nurtama)

Jangan salah memaknai dan menyikapi “takdir” hidup kita. Langkah ikhtiar untuk mengubah hidup kita lebih baik daripada sebelumnya juga termasuk “memperbaiki takdir” kita...
Perkuat niat kita bahwa kita terlahir dan hidup ke dunia untuk menjadi
hamba Allah swt. yang taat agar meraih ridha-Nya. (Okke Nurtama)

Sebaik-baik teman adalah yang menunjukkan kepada suatu kebaikan. (unknown)

Perbaikilah dirimu sendiri, niscaya orang lain akan berbuat baik kepadamu.

Arti sukses

Sesungguhnya  Sukses Itu Hanya Di Inspirasi Oleh Keyakinan,Dilaksanakan Dgn Ikhlas ,Di Mulai Yg Cerdas,Di Menangkan Yg Berani,Diraih Yg Sehat.Di Gerakan Oleh Motivasi,Di Desain Dgn Perencanaan Yg Mätang,Di Hasíl Oleh Kerjasämå

Tak ada yg salah dalam menunjukkan kamu peduli tentang seseorang, yg salah adalah mengharapkan dia tuk melakukan hal yg sama.

Jangan pedulikan dia yg membencimu, dia bukan orang yg pantas dapatkan perhatianmu. Yg penting adalah dia yg selalu ada untukmu.

Dalam hidup, orang tak akan peduli berapa banyak yg kamu tahu hingga mereka tahu berapa banyak kamu peduli pada mereka.

Kau takkan tahu sbrp tulus ssorg mencintaimu sampai kau melihat sbrp tulus ia mencintaimu dlm kondisi terburukmu

Ketika kamu membenci seseorang, kamu sedang membuat hidupmu semakin rumit.

Jangan pernah menyerah! Jika Tuhan belum menjawab doamu, itu karena Tuhan punya rencana yg lebih baik tuk hidupmu.

Jangan tanyakan mengapa seseorang membencimu, sebelum kamu tanyakan dirimu sendiri mengapa kamu peduli akan hal itu.

Hanya karena kamu telah dapatkan cintanya, tak berarti kamu berhenti melakukan hal yg kamu lakukan ketika berusaha dapatkannya.

Seorg pria sejati tdk bisa dikelabui oleh matanya. Seorang wanita sejati tdk bersembunyi dibalik penampilannya.

Bahagia adalah milik mereka yg bangga menjadi dirinya sendiri, tanpa mencemaskan apa yg dipikirkan orang lain tentangnya.

Jangan berpikir kamu tak mampu hidup tanpa dia yg meninggalkanmu. Percaya, ada seseorang yg lebih baik menunggumu di luar sana.

Janji tak akan berarti apa-apa jika kamu tak bisa menepatinya. Daripada berjanji, lebih baik tunjukkan dgn tindakan nyata.

Berhenti menyalahkan masa lalu, cobalah tuk menerimanya dan memahami bahwa ia telah jadikanmu pribadi yg lebih kuat.

Jangan terlalu memikirkan masa lalumu, kini mereka hanya kenangan. Tatap masa depanmu karena disanalah impian.

Hidup ini pilihan. Kamu yg sekarang adalah pilihan yg kamu ambil di masa lalu. Bijaklah dalam memilih langkahmu selanjutnya.

Tak peduli seburuk apapun masa lalumu, cintai dirimu. Hari ini kamu bisa memulai yg baru. Beri yg terbaik tuk masa depanmu.

Ketika masalah datang, selesaikan dng cepat sebelum menjadi lbh buruk atau kekhawatiranmu membuatnya makin rumit.

Jika kamu ingin seseorang percaya padamu, hal pertama yg harus dilakukan adalah meyakinkan mereka bahwa kamu mempercayai mereka.

Mendengarkan musik favorit akan melebarkan pembuluh darah, sehingga meningkatkan aliran darah.

Durian mengandung banyak asam amino triptofan, yang berguna untuk mengurangi rasa gelisah, depresi dan mengobati insomnia.

Sahabat adalah seseorang yg slalu ada disampingmu, yg sabar mendengarkan keluh kesahmu, dan bersedia menemanimu menjalani hidup.

Jangan pernah mengeluh atas kekuranganmu, karena kekurangan mengingatkanmu untuk terus mencari kekuatan yg ada dalam dirimu.

Bahagia bukan berarti segalanya sempurna. Bahagia adalah ketika kamu memutuskan tuk melihat segala sesuatu secara sempurna.

Kegagalan adalah cara Tuhan mengajarkan kamu tentang pantang menyerah, kesabaran, kerja keras dan percaya diri.

Jangan tangisi kesalahan, tapi tersenyumlah karena setiap kesalahan mengajarkanmu agar berupaya lebih baik lagi.

Kita semua pasti pernah salah, namun ada perbedaan besar antara salah yg buatmu dewasa dan salah yg sengaja dilakukan.

Cintai apapun yang akan kamu lakukan hari ini, kerena tidak ada yang menarik jika kamu tidak tertarik.


Jangan bersedih ketika melakukan salah. Karena kesalahan kita banyak belajar, karena kesalahan kita menjadi pintar.

Hidup itu seperti drama, dan kamu bisa memilih untuk menjadi penontonnya atau pemainnya.

Seseorg yg menemanimu dlm kesusahan jauh lbh berharga drpd seratus org yg menemanimu dlm kesenangan.

Menjadi diri sendiri

Lebih baik menjadi orang yangsederhana,tetapi menjadi diri sendiri.daripada menjadi orang yang sempurna, tetapi mnjadi orang lain.Karena dengan menjadi Diri adalah Anda dengan segala keunikan dan potensi yang Anda miliki. Menjadi diri sendiri adalah Anda tetap dalam keunikan Anda tanpa harus mengikuti siapapun. Selain itu juga menjadi diri sendiri adalah bagaimana mengoptimalkan potensi diri sendiri.

Dalam cara manusia berpikir maupun bertindak ada yang disenangi dan ada yang tidak disenangi oleh manusia lain, hal itu merupakan hal yang wajar yang terjadi dilingkungan keluarga dan masyarakat karena kita memiliki perbedaan perkembangan otak sehingga pendapat dan cara berpikir terjadi berbeda- beda pula.

Dalam hidup ada yang seharusnya dilakukan, dan ada yang tidak seharusnya dilakukan,Dalam hidup ada yang harus dikatakan dan ada yang harus disembunyikan.

Jadi diri sendiri sebenarnya adalah cara kita bertindak, tapi ingat bukan tindakan yang negatif tapi tindakan positif, orang yang mempunyai kepribadian jadi diri sendiri itu bisa di kritik demi perbaikan sifat yang akan dia tunjukan.

Banyak yang bilang untuk menjadi seorang pengusaha sukses, dibutuhkan bakat alami atau garis keturunan dari keluarga pengusaha pula. Anggapan seperti ini tentunya tidak benar. Dengan niat,keterampilan,tekad,modal dan nyaman menjadi diri sendiri,saya yakin anda bisa menjadi pengusaha sukses.

Karena pada dasarnya setiap orang memiliki bakat yang sama untuk bisa sukses menjadi seorang pengusaha.

Kita bisa menumbuhkan bakat tersebut dengan menggali passion (hobi atau kecintaan) dalam diri kita, memperluas informasi dimana saja kita bisa mencarinya dan tetap yakin pada diri sendiri.

Banyak orang yang suka dengan cerita motivasi dan tidak sedikit pula yang merasa tidak perlu kata-kata motivasi dengan alasan kehidupan setiap manusia berbeda-beda dan tidak sama, tetapi bagi saya selama motivasi yang di berikan kepada kita mengandung unsur positive kenapa tidak kita ambil,masalah akan kita realisasikan itu kembali kepada kita lagi.

Tetapi lebih baik semua kata motivasi yang lahir di dalam diri sendiri, bagaimana caranya ?

Tetap Menjadi diri sendiri yang positive.

“  Motivator yang tak pernah hilang terdapat pada pikiran, pikiran seseorang adalah motor penggerak motivasi dalam diri kita” .

Selasa, 06 Januari 2015

Jangan Membenci Anak Karena Kurang Tampan/ Cantik

Anak yang lahir, tidak dapat memilih wajah yang dia sukai, begitu pula anda, orang tuanya. Boleh jadi, seorang anak yang wajahnya kurang tampan, kedudukannya mulia di sisi Allah.
Allah Ta’ala berfirman,
“Dan budak perempuan beriman lebih baik daripada wanita musyrik walaupun dia menarik kamu.” (QS. Al-Baqarah: 221).
“Dan budak lelaki beriman lebih baik daripada lelaki musyrik walaupun dia menarik.” (QS. Al-Baqarah: 221).
Allah menggambarkan keadaan orang munafik,
“Dan jika kamu melihat badan mereka, kamu akan kagum.”(QS. Al-Munafiqun: 4).
Allah berfirman,
“Dia yang membentuk rupa kamu di rahim ibu sekehendak-Nya…” (QS. Ali-Imran: 6).
Dia berfirman,
“Dari apa Dia mencipta… dari nuthfah (air mani) diciptakan manusia.” (QS. Abasa: 18-19).
Dia berfirman,
“Maka terangkan kepada-Ku tentang nuthfah yang kamu pancarkan. Kamukah yang menciptakannya atau Kami yang menciptakannya?” (QS. Al-Waqiah: 58-59)
Pahamilah ayat-ayat ini wahai hamba Allah, jangan kalian tertipu! Hanya karena ketampanan atau kecantikan salah seorang anak, anda menzalimi anak yang lainnya. Sesungguhnya orang yang paling mulia adalah yang paling bertakwa. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak melihat bentuk dan rupa seseorang, tetapi melihat amal perbuatannya sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
Sumber: Tarbiyatul Abna’ (terj.), Syaikhh Musthofa al-Adawi, Media Hidayah
Hadirin wal hadirot jamaah sholat tarawih yang d

Copy and WIN : http://bit.ly/copy_win
Hadirin wal hadirot jamaah sholat tarawih yang dimulyakan Allah Telah bertahun-tahun kita mengarungi hidup di dunia ini. Berbagai warna kehidupan pun telah kita lalui. Ada kalanya senang, adakalanya susah. Ada kalanya berbuat baik dan juga berbuat salah. Jika kita berbuat baik tentu pahala yang dijanjikan Allah berupa kenikmatan yang akan kita dapat. Akan tetapi, jika perbuatan buruk yang kita lakukan maka dosa yang dicatat oleh Allah dalam buku amal kita. Entah, seberapa banyak amal baik yang kita lakukan dan perbuatan maksiat yang kita kerjakan. Alangkah beruntungnya jika amal baik kita lebih banyak daripada amal buruk. Tapi, sebaliknya alangkah celaka bagi orang yang perilaku maksiatnya lebih banyak. Jika amal baik kita banyak, maka perlu ditingkatkan dan jika amal kejelekan kita yang banyak, maka taubat dan minta ampun kepada Allah adalah solusi. Dan untuk mengetahui amal baik dan buruk yang kita lakukan adalah dengan mengingat-ingat atau introspeksi diri atau bahasa agamanya muhasabah. Oleh karena itu Umar bin al-Khaththab mengatakan: حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا، وَتَزَيَّنُوا لِلْعَرْضِ الأَكْبَرِ Artinya: “Koreksilah diri kalian sebelum kalian dihisab dan berhiaslah (dengan amal shalih) untuk pagelaran agung (pada hari kiamat kelak)” [HR. Tirmidzi]. Jadi sebelum terlambat. Sebelum Allah menghisab amal kita besok di akherat, kita sebaiknya menghisab diri sendiri dan memperbaikinya jika perbuatan kita adalah perbuatan dosa. Hadirin wal hadirot jamaah sholat tarawih yang dimulyakan Allah Muhasabah (introspeksi) ada dua macam, sebelum beramal dan setelah beramal. Muhasabah sebelum beramal yaitu hendaknya manusia menahan diri dari keinginan dan tekadnya untuk beramal, tidak terburu-buru berbuat hingga jelas baginya bahwa jika ia mengamalkannya akan lebih baik daripada meninggalkannya. Sedang muhasabah setelah beramal adalah kita mengoreksi perbuatan kita setelah melakukannya. Seringkali manusia mengoreksi kesalahan-kesalahan orang lain dari pada mengoreksi diri sendiri. Seperti kata pepatah, “Gajah dipelupuk mata tidak kelihatan. Tapi, semut diseberang lautan jelas kelihatan”. Apakah penyakit seperti itu juga ada dalam diri kita? Banyak sekali faedah dari bermuhasabah. Diantaranya: Pertama, hisab di akherat diringankan Sudah barang tentu jika kita sering mengevaluasi perbuatan kita di dunia ini dan memperbaiki kesalahan dengan taubat dan beramal sholih maka pahala dari amal sholih kita akan bertambah dan dosa kita akan berkurang. Sehingga besok di hari perhitungan amal, amal baik kita akan banyak. Seperti halnya yang dikatakan Sayyidina Umar radhiallahu ‘anhu: وَإِنَّمَا يَخِفُّ الحِسَابُ يَوْمَ القِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِي الدُّنْيَا Artinya: “Sesungguhnya hisab pada hari kiamat akan menjadi ringan hanya bagi orang yang selalu menghisab dirinya saat hidup di dunia” [HR. Tirmidzi]. Kedua, hati lapang terhadap kebaikan dan mengutamakan akhirat daripada dunia Demikian pula, mengoreksi kondisi jiwa dan amal merupakan sebab dilapangkannya hati untuk menerima kebaikan dan mengutamakan kehidupan yang kekal (akhirat) daripada kehidupan yang fana (dunia). Ketiga, memperbaiki hubungan diantara sesama manusia Introspeksi dan koreksi diri merupakan kesempatan untuk memperbaiki keretakan yang terjadi diantara manusia. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, إِنَّ أَبْوَابَ الْجَنَّةِ تُفْتَحُ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ، فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا، إِلَّا رَجُلٌ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ، فَيُقَالُ: أَنْظِرُوهُمَا حَتَّى يَصْطَلِحَا ” مَرَّتَيْنِ “Sesungguhnya pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis, di kedua hari tersebut seluruh hamba diampuni kecuali mereka yang memiliki permusuhan dengan saudaranya. Maka dikatakan, “Tangguhkan ampunan bagi kedua orang ini hingga mereka berdamai” [Sanadnya shahih. HR. Ahmad]. Bukankah penangguhan ampunan bagi mereka yang bermusuhan, tidak lain disebabkan karena mereka enggan untuk mengoreksi diri sehingga mendorong mereka untuk berdamai? Hadirin wal hadirot jamaah sholat tarawih yang berbahagia Apa saja yang seharusnya kita introspeksi atau kita evaluasi? Pertama, ibadah. Ibadah adalah yang harus kita evaluasi pertama kali. Sebab, manusia dan jin diciptakan oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya. Apakah kita telah menunaikan ibadah kita dengan sebaik-baiknya. Apakah kita sering melaksanakan perintah Allah atau meninggalkannya. Apakah ibadah kita telah benar-benar khlas? Dan lain sebagainya. Dari situ nanti kita akan termotivasi untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas ibadah kita. Kedua, sumber rezeki dan pembelanjaannya. Masalah ini sering dianggap enteng. Yang penting dapat uang, yng penting menghasilkan uang tanpa ia mempedulikan darimana ia mendapatkannya. Dari cara yang halal atau haram. Padahal Rasulullah bersabda: “Tidak akan bergerak tapak kaki anak Adam pada hari kiamat, hingga ia ditanya tentang 5 perkara, umurnya untuk apa dihabiskan, masa mudanya, kemana dipergunakannya, hartanya darimana ia peroleh dan kemana dibelanjakannya, dan ilmunya sejauhmana pengamalannya.” (HR. Tirmizi) Dari hadits di atas kita bisa mengetahui bahwa masalah harta, pertanyaannya ada dua: darimana harta didapatkan dan dibelanjakan untuk apa? Jika cara mendapatkannya sudah benar, tetapi dibelanjakan ditempat salah, maka itu sebuah kekeliruan. Sebaliknya, juga demikian. Mendapatkan harta dari hasil korupsi misalnya, kemudian disedekahkan. Itu juga tidak dibenarkan. Walaupun harta yang disedekahkan itu halal, tetapi tidak ada pahalanya malah mendapat dosa dari perbuatan korupsi. Oleh karena itu, kita harus benar-benar mengevaluasi darimana asalnya dan kemana larinya harta yang kita peroleh tersebut. Ketiga, kehidupan sosial kemasyarakatan. Setelah kita pertama mengevaluasi hubungan kita dengan Allah dengan ibadah kepada-Nya, selanjutnya kita mengevaluasi hubungan kita dengan sesama makhluk Allah. عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ Artinya: “Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bertanya kepada para sahabat: "Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?" Para sahabat menjawab; 'Menurut kami, orang yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.' Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka.” (HR. Muslim) Sungguh tak kita harapkan ketika kita dihisab dengan membawa banyak sekali amal kebaikan, tetapi disisi lain kita juga banyak mencaci maki manusia, menuduh, memfitnah, memakan harta orang lain dengan semena-mena. Sehingga setiap orang yang pernah kita dzalimi akan menuntut kepada kita. Akhirnya, pahala kebaikan kita habis untuk menutupi keburukan. Na’udzubillah min dzalik. Hadirin wal hadirot jamaah sholat tarawih yang berbahagia Kapan sebaiknya kita melakukan muhasabah? Setiap waktu, setiap saat. Bukan hanya ketika tahun baru atau ketika berulang tahun. Karena kita tak akan mengetahui kapan ajal menjemput. Oleh karena itu, mumpung belum terlambat. Marilah kita bongkar kebiasaan lama yang buruk menuju kebiasaan yang baik. Karena yang bisa merubah baik dan buruk adalah kita sendiri. Jika kita berubah menuju arah yang lebih baik tentunya syurga tempatnya. Jika, amal keburukan yang kita pertahankan tentunya siksa Allah sangat pedih. Allah ta’ala berfirman, إن الله لا يغير ما بقوم حتى يغيروا ما بأنفسهم “Allah tidak akan mengubah kondisi suatu kaum sampai mereka mengubahnya sendiri” (Al-Ra`d 11).

Copy and WIN : http://bit.ly/copy_win
Hadirin wal hadirot jamaah sholat tarawih yang dimulyakan Allah Telah bertahun-tahun kita mengarungi hidup di dunia ini. Berbagai warna kehidupan pun telah kita lalui. Ada kalanya senang, adakalanya susah. Ada kalanya berbuat baik dan juga berbuat salah. Jika kita berbuat baik tentu pahala yang dijanjikan Allah berupa kenikmatan yang akan kita dapat. Akan tetapi, jika perbuatan buruk yang kita lakukan maka dosa yang dicatat oleh Allah dalam buku amal kita. Entah, seberapa banyak amal baik yang kita lakukan dan perbuatan maksiat yang kita kerjakan. Alangkah beruntungnya jika amal baik kita lebih banyak daripada amal buruk. Tapi, sebaliknya alangkah celaka bagi orang yang perilaku maksiatnya lebih banyak. Jika amal baik kita banyak, maka perlu ditingkatkan dan jika amal kejelekan kita yang banyak, maka taubat dan minta ampun kepada Allah adalah solusi. Dan untuk mengetahui amal baik dan buruk yang kita lakukan adalah dengan mengingat-ingat atau introspeksi diri atau bahasa agamanya muhasabah. Oleh karena itu Umar bin al-Khaththab mengatakan: حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا، وَتَزَيَّنُوا لِلْعَرْضِ الأَكْبَرِ Artinya: “Koreksilah diri kalian sebelum kalian dihisab dan berhiaslah (dengan amal shalih) untuk pagelaran agung (pada hari kiamat kelak)” [HR. Tirmidzi]. Jadi sebelum terlambat. Sebelum Allah menghisab amal kita besok di akherat, kita sebaiknya menghisab diri sendiri dan memperbaikinya jika perbuatan kita adalah perbuatan dosa. Hadirin wal hadirot jamaah sholat tarawih yang dimulyakan Allah Muhasabah (introspeksi) ada dua macam, sebelum beramal dan setelah beramal. Muhasabah sebelum beramal yaitu hendaknya manusia menahan diri dari keinginan dan tekadnya untuk beramal, tidak terburu-buru berbuat hingga jelas baginya bahwa jika ia mengamalkannya akan lebih baik daripada meninggalkannya. Sedang muhasabah setelah beramal adalah kita mengoreksi perbuatan kita setelah melakukannya. Seringkali manusia mengoreksi kesalahan-kesalahan orang lain dari pada mengoreksi diri sendiri. Seperti kata pepatah, “Gajah dipelupuk mata tidak kelihatan. Tapi, semut diseberang lautan jelas kelihatan”. Apakah penyakit seperti itu juga ada dalam diri kita? Banyak sekali faedah dari bermuhasabah. Diantaranya: Pertama, hisab di akherat diringankan Sudah barang tentu jika kita sering mengevaluasi perbuatan kita di dunia ini dan memperbaiki kesalahan dengan taubat dan beramal sholih maka pahala dari amal sholih kita akan bertambah dan dosa kita akan berkurang. Sehingga besok di hari perhitungan amal, amal baik kita akan banyak. Seperti halnya yang dikatakan Sayyidina Umar radhiallahu ‘anhu: وَإِنَّمَا يَخِفُّ الحِسَابُ يَوْمَ القِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِي الدُّنْيَا Artinya: “Sesungguhnya hisab pada hari kiamat akan menjadi ringan hanya bagi orang yang selalu menghisab dirinya saat hidup di dunia” [HR. Tirmidzi]. Kedua, hati lapang terhadap kebaikan dan mengutamakan akhirat daripada dunia Demikian pula, mengoreksi kondisi jiwa dan amal merupakan sebab dilapangkannya hati untuk menerima kebaikan dan mengutamakan kehidupan yang kekal (akhirat) daripada kehidupan yang fana (dunia). Ketiga, memperbaiki hubungan diantara sesama manusia Introspeksi dan koreksi diri merupakan kesempatan untuk memperbaiki keretakan yang terjadi diantara manusia. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, إِنَّ أَبْوَابَ الْجَنَّةِ تُفْتَحُ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ، فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا، إِلَّا رَجُلٌ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ، فَيُقَالُ: أَنْظِرُوهُمَا حَتَّى يَصْطَلِحَا ” مَرَّتَيْنِ “Sesungguhnya pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis, di kedua hari tersebut seluruh hamba diampuni kecuali mereka yang memiliki permusuhan dengan saudaranya. Maka dikatakan, “Tangguhkan ampunan bagi kedua orang ini hingga mereka berdamai” [Sanadnya shahih. HR. Ahmad]. Bukankah penangguhan ampunan bagi mereka yang bermusuhan, tidak lain disebabkan karena mereka enggan untuk mengoreksi diri sehingga mendorong mereka untuk berdamai? Hadirin wal hadirot jamaah sholat tarawih yang berbahagia Apa saja yang seharusnya kita introspeksi atau kita evaluasi? Pertama, ibadah. Ibadah adalah yang harus kita evaluasi pertama kali. Sebab, manusia dan jin diciptakan oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya. Apakah kita telah menunaikan ibadah kita dengan sebaik-baiknya. Apakah kita sering melaksanakan perintah Allah atau meninggalkannya. Apakah ibadah kita telah benar-benar khlas? Dan lain sebagainya. Dari situ nanti kita akan termotivasi untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas ibadah kita. Kedua, sumber rezeki dan pembelanjaannya. Masalah ini sering dianggap enteng. Yang penting dapat uang, yng penting menghasilkan uang tanpa ia mempedulikan darimana ia mendapatkannya. Dari cara yang halal atau haram. Padahal Rasulullah bersabda: “Tidak akan bergerak tapak kaki anak Adam pada hari kiamat, hingga ia ditanya tentang 5 perkara, umurnya untuk apa dihabiskan, masa mudanya, kemana dipergunakannya, hartanya darimana ia peroleh dan kemana dibelanjakannya, dan ilmunya sejauhmana pengamalannya.” (HR. Tirmizi) Dari hadits di atas kita bisa mengetahui bahwa masalah harta, pertanyaannya ada dua: darimana harta didapatkan dan dibelanjakan untuk apa? Jika cara mendapatkannya sudah benar, tetapi dibelanjakan ditempat salah, maka itu sebuah kekeliruan. Sebaliknya, juga demikian. Mendapatkan harta dari hasil korupsi misalnya, kemudian disedekahkan. Itu juga tidak dibenarkan. Walaupun harta yang disedekahkan itu halal, tetapi tidak ada pahalanya malah mendapat dosa dari perbuatan korupsi. Oleh karena itu, kita harus benar-benar mengevaluasi darimana asalnya dan kemana larinya harta yang kita peroleh tersebut. Ketiga, kehidupan sosial kemasyarakatan. Setelah kita pertama mengevaluasi hubungan kita dengan Allah dengan ibadah kepada-Nya, selanjutnya kita mengevaluasi hubungan kita dengan sesama makhluk Allah. عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ Artinya: “Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bertanya kepada para sahabat: "Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?" Para sahabat menjawab; 'Menurut kami, orang yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.' Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka.” (HR. Muslim) Sungguh tak kita harapkan ketika kita dihisab dengan membawa banyak sekali amal kebaikan, tetapi disisi lain kita juga banyak mencaci maki manusia, menuduh, memfitnah, memakan harta orang lain dengan semena-mena. Sehingga setiap orang yang pernah kita dzalimi akan menuntut kepada kita. Akhirnya, pahala kebaikan kita habis untuk menutupi keburukan. Na’udzubillah min dzalik. Hadirin wal hadirot jamaah sholat tarawih yang berbahagia Kapan sebaiknya kita melakukan muhasabah? Setiap waktu, setiap saat. Bukan hanya ketika tahun baru atau ketika berulang tahun. Karena kita tak akan mengetahui kapan ajal menjemput. Oleh karena itu, mumpung belum terlambat. Marilah kita bongkar kebiasaan lama yang buruk menuju kebiasaan yang baik. Karena yang bisa merubah baik dan buruk adalah kita sendiri. Jika kita berubah menuju arah yang lebih baik tentunya syurga tempatnya. Jika, amal keburukan yang kita pertahankan tentunya siksa Allah sangat pedih. Allah ta’ala berfirman, إن الله لا يغير ما بقوم حتى يغيروا ما بأنفسهم “Allah tidak akan mengubah kondisi suatu kaum sampai mereka mengubahnya sendiri” (Al-Ra`d 11).

Copy and WIN : http://bit.ly/copy_win
Hadirin wal hadirot jamaah sholat tarawih yang dimulyakan Allah Telah bertahun-tahun kita mengarungi hidup di dunia ini. Berbagai warna kehidupan pun telah kita lalui. Ada kalanya senang, adakalanya susah. Ada kalanya berbuat baik dan juga berbuat salah. Jika kita berbuat baik tentu pahala yang dijanjikan Allah berupa kenikmatan yang akan kita dapat. Akan tetapi, jika perbuatan buruk yang kita lakukan maka dosa yang dicatat oleh Allah dalam buku amal kita. Entah, seberapa banyak amal baik yang kita lakukan dan perbuatan maksiat yang kita kerjakan. Alangkah beruntungnya jika amal baik kita lebih banyak daripada amal buruk. Tapi, sebaliknya alangkah celaka bagi orang yang perilaku maksiatnya lebih banyak. Jika amal baik kita banyak, maka perlu ditingkatkan dan jika amal kejelekan kita yang banyak, maka taubat dan minta ampun kepada Allah adalah solusi. Dan untuk mengetahui amal baik dan buruk yang kita lakukan adalah dengan mengingat-ingat atau introspeksi diri atau bahasa agamanya muhasabah. Oleh karena itu Umar bin al-Khaththab mengatakan: حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا، وَتَزَيَّنُوا لِلْعَرْضِ الأَكْبَرِ Artinya: “Koreksilah diri kalian sebelum kalian dihisab dan berhiaslah (dengan amal shalih) untuk pagelaran agung (pada hari kiamat kelak)” [HR. Tirmidzi]. Jadi sebelum terlambat. Sebelum Allah menghisab amal kita besok di akherat, kita sebaiknya menghisab diri sendiri dan memperbaikinya jika perbuatan kita adalah perbuatan dosa. Hadirin wal hadirot jamaah sholat tarawih yang dimulyakan Allah Muhasabah (introspeksi) ada dua macam, sebelum beramal dan setelah beramal. Muhasabah sebelum beramal yaitu hendaknya manusia menahan diri dari keinginan dan tekadnya untuk beramal, tidak terburu-buru berbuat hingga jelas baginya bahwa jika ia mengamalkannya akan lebih baik daripada meninggalkannya. Sedang muhasabah setelah beramal adalah kita mengoreksi perbuatan kita setelah melakukannya. Seringkali manusia mengoreksi kesalahan-kesalahan orang lain dari pada mengoreksi diri sendiri. Seperti kata pepatah, “Gajah dipelupuk mata tidak kelihatan. Tapi, semut diseberang lautan jelas kelihatan”. Apakah penyakit seperti itu juga ada dalam diri kita? Banyak sekali faedah dari bermuhasabah. Diantaranya: Pertama, hisab di akherat diringankan Sudah barang tentu jika kita sering mengevaluasi perbuatan kita di dunia ini dan memperbaiki kesalahan dengan taubat dan beramal sholih maka pahala dari amal sholih kita akan bertambah dan dosa kita akan berkurang. Sehingga besok di hari perhitungan amal, amal baik kita akan banyak. Seperti halnya yang dikatakan Sayyidina Umar radhiallahu ‘anhu: وَإِنَّمَا يَخِفُّ الحِسَابُ يَوْمَ القِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِي الدُّنْيَا Artinya: “Sesungguhnya hisab pada hari kiamat akan menjadi ringan hanya bagi orang yang selalu menghisab dirinya saat hidup di dunia” [HR. Tirmidzi]. Kedua, hati lapang terhadap kebaikan dan mengutamakan akhirat daripada dunia Demikian pula, mengoreksi kondisi jiwa dan amal merupakan sebab dilapangkannya hati untuk menerima kebaikan dan mengutamakan kehidupan yang kekal (akhirat) daripada kehidupan yang fana (dunia). Ketiga, memperbaiki hubungan diantara sesama manusia Introspeksi dan koreksi diri merupakan kesempatan untuk memperbaiki keretakan yang terjadi diantara manusia. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, إِنَّ أَبْوَابَ الْجَنَّةِ تُفْتَحُ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ، فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا، إِلَّا رَجُلٌ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ، فَيُقَالُ: أَنْظِرُوهُمَا حَتَّى يَصْطَلِحَا ” مَرَّتَيْنِ “Sesungguhnya pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis, di kedua hari tersebut seluruh hamba diampuni kecuali mereka yang memiliki permusuhan dengan saudaranya. Maka dikatakan, “Tangguhkan ampunan bagi kedua orang ini hingga mereka berdamai” [Sanadnya shahih. HR. Ahmad]. Bukankah penangguhan ampunan bagi mereka yang bermusuhan, tidak lain disebabkan karena mereka enggan untuk mengoreksi diri sehingga mendorong mereka untuk berdamai? Hadirin wal hadirot jamaah sholat tarawih yang berbahagia Apa saja yang seharusnya kita introspeksi atau kita evaluasi? Pertama, ibadah. Ibadah adalah yang harus kita evaluasi pertama kali. Sebab, manusia dan jin diciptakan oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya. Apakah kita telah menunaikan ibadah kita dengan sebaik-baiknya. Apakah kita sering melaksanakan perintah Allah atau meninggalkannya. Apakah ibadah kita telah benar-benar khlas? Dan lain sebagainya. Dari situ nanti kita akan termotivasi untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas ibadah kita. Kedua, sumber rezeki dan pembelanjaannya. Masalah ini sering dianggap enteng. Yang penting dapat uang, yng penting menghasilkan uang tanpa ia mempedulikan darimana ia mendapatkannya. Dari cara yang halal atau haram. Padahal Rasulullah bersabda: “Tidak akan bergerak tapak kaki anak Adam pada hari kiamat, hingga ia ditanya tentang 5 perkara, umurnya untuk apa dihabiskan, masa mudanya, kemana dipergunakannya, hartanya darimana ia peroleh dan kemana dibelanjakannya, dan ilmunya sejauhmana pengamalannya.” (HR. Tirmizi) Dari hadits di atas kita bisa mengetahui bahwa masalah harta, pertanyaannya ada dua: darimana harta didapatkan dan dibelanjakan untuk apa? Jika cara mendapatkannya sudah benar, tetapi dibelanjakan ditempat salah, maka itu sebuah kekeliruan. Sebaliknya, juga demikian. Mendapatkan harta dari hasil korupsi misalnya, kemudian disedekahkan. Itu juga tidak dibenarkan. Walaupun harta yang disedekahkan itu halal, tetapi tidak ada pahalanya malah mendapat dosa dari perbuatan korupsi. Oleh karena itu, kita harus benar-benar mengevaluasi darimana asalnya dan kemana larinya harta yang kita peroleh tersebut. Ketiga, kehidupan sosial kemasyarakatan. Setelah kita pertama mengevaluasi hubungan kita dengan Allah dengan ibadah kepada-Nya, selanjutnya kita mengevaluasi hubungan kita dengan sesama makhluk Allah. عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ Artinya: “Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bertanya kepada para sahabat: "Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?" Para sahabat menjawab; 'Menurut kami, orang yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.' Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka.” (HR. Muslim) Sungguh tak kita harapkan ketika kita dihisab dengan membawa banyak sekali amal kebaikan, tetapi disisi lain kita juga banyak mencaci maki manusia, menuduh, memfitnah, memakan harta orang lain dengan semena-mena. Sehingga setiap orang yang pernah kita dzalimi akan menuntut kepada kita. Akhirnya, pahala kebaikan kita habis untuk menutupi keburukan. Na’udzubillah min dzalik. Hadirin wal hadirot jamaah sholat tarawih yang berbahagia Kapan sebaiknya kita melakukan muhasabah? Setiap waktu, setiap saat. Bukan hanya ketika tahun baru atau ketika berulang tahun. Karena kita tak akan mengetahui kapan ajal menjemput. Oleh karena itu, mumpung belum terlambat. Marilah kita bongkar kebiasaan lama yang buruk menuju kebiasaan yang baik. Karena yang bisa merubah baik dan buruk adalah kita sendiri. Jika kita berubah menuju arah yang lebih baik tentunya syurga tempatnya. Jika, amal keburukan yang kita pertahankan tentunya siksa Allah sangat pedih. Allah ta’ala berfirman, إن الله لا يغير ما بقوم حتى يغيروا ما بأنفسهم “Allah tidak akan mengubah kondisi suatu kaum sampai mereka mengubahnya sendiri” (Al-Ra`d 11).

Copy and WIN : http://bit.ly/copy_win
Hadirin wal hadirot jamaah sholat tarawih yang dimulyakan Allah Telah bertahun-tahun kita mengarungi hidup di dunia ini. Berbagai warna kehidupan pun telah kita lalui. Ada kalanya senang, adakalanya susah. Ada kalanya berbuat baik dan juga berbuat salah. Jika kita berbuat baik tentu pahala yang dijanjikan Allah berupa kenikmatan yang akan kita dapat. Akan tetapi, jika perbuatan buruk yang kita lakukan maka dosa yang dicatat oleh Allah dalam buku amal kita. Entah, seberapa banyak amal baik yang kita lakukan dan perbuatan maksiat yang kita kerjakan. Alangkah beruntungnya jika amal baik kita lebih banyak daripada amal buruk. Tapi, sebaliknya alangkah celaka bagi orang yang perilaku maksiatnya lebih banyak. Jika amal baik kita banyak, maka perlu ditingkatkan dan jika amal kejelekan kita yang banyak, maka taubat dan minta ampun kepada Allah adalah solusi. Dan untuk mengetahui amal baik dan buruk yang kita lakukan adalah dengan mengingat-ingat atau introspeksi diri atau bahasa agamanya muhasabah. Oleh karena itu Umar bin al-Khaththab mengatakan: حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا، وَتَزَيَّنُوا لِلْعَرْضِ الأَكْبَرِ Artinya: “Koreksilah diri kalian sebelum kalian dihisab dan berhiaslah (dengan amal shalih) untuk pagelaran agung (pada hari kiamat kelak)” [HR. Tirmidzi]. Jadi sebelum terlambat. Sebelum Allah menghisab amal kita besok di akherat, kita sebaiknya menghisab diri sendiri dan memperbaikinya jika perbuatan kita adalah perbuatan dosa. Hadirin wal hadirot jamaah sholat tarawih yang dimulyakan Allah Muhasabah (introspeksi) ada dua macam, sebelum beramal dan setelah beramal. Muhasabah sebelum beramal yaitu hendaknya manusia menahan diri dari keinginan dan tekadnya untuk beramal, tidak terburu-buru berbuat hingga jelas baginya bahwa jika ia mengamalkannya akan lebih baik daripada meninggalkannya. Sedang muhasabah setelah beramal adalah kita mengoreksi perbuatan kita setelah melakukannya. Seringkali manusia mengoreksi kesalahan-kesalahan orang lain dari pada mengoreksi diri sendiri. Seperti kata pepatah, “Gajah dipelupuk mata tidak kelihatan. Tapi, semut diseberang lautan jelas kelihatan”. Apakah penyakit seperti itu juga ada dalam diri kita? Banyak sekali faedah dari bermuhasabah. Diantaranya: Pertama, hisab di akherat diringankan Sudah barang tentu jika kita sering mengevaluasi perbuatan kita di dunia ini dan memperbaiki kesalahan dengan taubat dan beramal sholih maka pahala dari amal sholih kita akan bertambah dan dosa kita akan berkurang. Sehingga besok di hari perhitungan amal, amal baik kita akan banyak. Seperti halnya yang dikatakan Sayyidina Umar radhiallahu ‘anhu: وَإِنَّمَا يَخِفُّ الحِسَابُ يَوْمَ القِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِي الدُّنْيَا Artinya: “Sesungguhnya hisab pada hari kiamat akan menjadi ringan hanya bagi orang yang selalu menghisab dirinya saat hidup di dunia” [HR. Tirmidzi]. Kedua, hati lapang terhadap kebaikan dan mengutamakan akhirat daripada dunia Demikian pula, mengoreksi kondisi jiwa dan amal merupakan sebab dilapangkannya hati untuk menerima kebaikan dan mengutamakan kehidupan yang kekal (akhirat) daripada kehidupan yang fana (dunia). Ketiga, memperbaiki hubungan diantara sesama manusia Introspeksi dan koreksi diri merupakan kesempatan untuk memperbaiki keretakan yang terjadi diantara manusia. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, إِنَّ أَبْوَابَ الْجَنَّةِ تُفْتَحُ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ، فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا، إِلَّا رَجُلٌ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ، فَيُقَالُ: أَنْظِرُوهُمَا حَتَّى يَصْطَلِحَا ” مَرَّتَيْنِ “Sesungguhnya pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis, di kedua hari tersebut seluruh hamba diampuni kecuali mereka yang memiliki permusuhan dengan saudaranya. Maka dikatakan, “Tangguhkan ampunan bagi kedua orang ini hingga mereka berdamai” [Sanadnya shahih. HR. Ahmad]. Bukankah penangguhan ampunan bagi mereka yang bermusuhan, tidak lain disebabkan karena mereka enggan untuk mengoreksi diri sehingga mendorong mereka untuk berdamai? Hadirin wal hadirot jamaah sholat tarawih yang berbahagia Apa saja yang seharusnya kita introspeksi atau kita evaluasi? Pertama, ibadah. Ibadah adalah yang harus kita evaluasi pertama kali. Sebab, manusia dan jin diciptakan oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya. Apakah kita telah menunaikan ibadah kita dengan sebaik-baiknya. Apakah kita sering melaksanakan perintah Allah atau meninggalkannya. Apakah ibadah kita telah benar-benar khlas? Dan lain sebagainya. Dari situ nanti kita akan termotivasi untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas ibadah kita. Kedua, sumber rezeki dan pembelanjaannya. Masalah ini sering dianggap enteng. Yang penting dapat uang, yng penting menghasilkan uang tanpa ia mempedulikan darimana ia mendapatkannya. Dari cara yang halal atau haram. Padahal Rasulullah bersabda: “Tidak akan bergerak tapak kaki anak Adam pada hari kiamat, hingga ia ditanya tentang 5 perkara, umurnya untuk apa dihabiskan, masa mudanya, kemana dipergunakannya, hartanya darimana ia peroleh dan kemana dibelanjakannya, dan ilmunya sejauhmana pengamalannya.” (HR. Tirmizi) Dari hadits di atas kita bisa mengetahui bahwa masalah harta, pertanyaannya ada dua: darimana harta didapatkan dan dibelanjakan untuk apa? Jika cara mendapatkannya sudah benar, tetapi dibelanjakan ditempat salah, maka itu sebuah kekeliruan. Sebaliknya, juga demikian. Mendapatkan harta dari hasil korupsi misalnya, kemudian disedekahkan. Itu juga tidak dibenarkan. Walaupun harta yang disedekahkan itu halal, tetapi tidak ada pahalanya malah mendapat dosa dari perbuatan korupsi. Oleh karena itu, kita harus benar-benar mengevaluasi darimana asalnya dan kemana larinya harta yang kita peroleh tersebut. Ketiga, kehidupan sosial kemasyarakatan. Setelah kita pertama mengevaluasi hubungan kita dengan Allah dengan ibadah kepada-Nya, selanjutnya kita mengevaluasi hubungan kita dengan sesama makhluk Allah. عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ Artinya: “Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bertanya kepada para sahabat: "Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?" Para sahabat menjawab; 'Menurut kami, orang yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.' Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka.” (HR. Muslim) Sungguh tak kita harapkan ketika kita dihisab dengan membawa banyak sekali amal kebaikan, tetapi disisi lain kita juga banyak mencaci maki manusia, menuduh, memfitnah, memakan harta orang lain dengan semena-mena. Sehingga setiap orang yang pernah kita dzalimi akan menuntut kepada kita. Akhirnya, pahala kebaikan kita habis untuk menutupi keburukan. Na’udzubillah min dzalik. Hadirin wal hadirot jamaah sholat tarawih yang berbahagia Kapan sebaiknya kita melakukan muhasabah? Setiap waktu, setiap saat. Bukan hanya ketika tahun baru atau ketika berulang tahun. Karena kita tak akan mengetahui kapan ajal menjemput. Oleh karena itu, mumpung belum terlambat. Marilah kita bongkar kebiasaan lama yang buruk menuju kebiasaan yang baik. Karena yang bisa merubah baik dan buruk adalah kita sendiri. Jika kita berubah menuju arah yang lebih baik tentunya syurga tempatnya. Jika, amal keburukan yang kita pertahankan tentunya siksa Allah sangat pedih. Allah ta’ala berfirman, إن الله لا يغير ما بقوم حتى يغيروا ما بأنفسهم “Allah tidak akan mengubah kondisi suatu kaum sampai mereka mengubahnya sendiri” (Al-Ra`d 11).

Copy and WIN : http://bit.ly/copy_win
Hadirin wal hadirot jamaah sholat tarawih yang dimulyakan Allah Telah bertahun-tahun kita mengarungi hidup di dunia ini. Berbagai warna kehidupan pun telah kita lalui. Ada kalanya senang, adakalanya susah. Ada kalanya berbuat baik dan juga berbuat salah. Jika kita berbuat baik tentu pahala yang dijanjikan Allah berupa kenikmatan yang akan kita dapat. Akan tetapi, jika perbuatan buruk yang kita lakukan maka dosa yang dicatat oleh Allah dalam buku amal kita. Entah, seberapa banyak amal baik yang kita lakukan dan perbuatan maksiat yang kita kerjakan. Alangkah beruntungnya jika amal baik kita lebih banyak daripada amal buruk. Tapi, sebaliknya alangkah celaka bagi orang yang perilaku maksiatnya lebih banyak. Jika amal baik kita banyak, maka perlu ditingkatkan dan jika amal kejelekan kita yang banyak, maka taubat dan minta ampun kepada Allah adalah solusi. Dan untuk mengetahui amal baik dan buruk yang kita lakukan adalah dengan mengingat-ingat atau introspeksi diri atau bahasa agamanya muhasabah. Oleh karena itu Umar bin al-Khaththab mengatakan: حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا، وَتَزَيَّنُوا لِلْعَرْضِ الأَكْبَرِ Artinya: “Koreksilah diri kalian sebelum kalian dihisab dan berhiaslah (dengan amal shalih) untuk pagelaran agung (pada hari kiamat kelak)” [HR. Tirmidzi]. Jadi sebelum terlambat. Sebelum Allah menghisab amal kita besok di akherat, kita sebaiknya menghisab diri sendiri dan memperbaikinya jika perbuatan kita adalah perbuatan dosa. Hadirin wal hadirot jamaah sholat tarawih yang dimulyakan Allah Muhasabah (introspeksi) ada dua macam, sebelum beramal dan setelah beramal. Muhasabah sebelum beramal yaitu hendaknya manusia menahan diri dari keinginan dan tekadnya untuk beramal, tidak terburu-buru berbuat hingga jelas baginya bahwa jika ia mengamalkannya akan lebih baik daripada meninggalkannya. Sedang muhasabah setelah beramal adalah kita mengoreksi perbuatan kita setelah melakukannya. Seringkali manusia mengoreksi kesalahan-kesalahan orang lain dari pada mengoreksi diri sendiri. Seperti kata pepatah, “Gajah dipelupuk mata tidak kelihatan. Tapi, semut diseberang lautan jelas kelihatan”. Apakah penyakit seperti itu juga ada dalam diri kita? Banyak sekali faedah dari bermuhasabah. Diantaranya: Pertama, hisab di akherat diringankan Sudah barang tentu jika kita sering mengevaluasi perbuatan kita di dunia ini dan memperbaiki kesalahan dengan taubat dan beramal sholih maka pahala dari amal sholih kita akan bertambah dan dosa kita akan berkurang. Sehingga besok di hari perhitungan amal, amal baik kita akan banyak. Seperti halnya yang dikatakan Sayyidina Umar radhiallahu ‘anhu: وَإِنَّمَا يَخِفُّ الحِسَابُ يَوْمَ القِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِي الدُّنْيَا Artinya: “Sesungguhnya hisab pada hari kiamat akan menjadi ringan hanya bagi orang yang selalu menghisab dirinya saat hidup di dunia” [HR. Tirmidzi]. Kedua, hati lapang terhadap kebaikan dan mengutamakan akhirat daripada dunia Demikian pula, mengoreksi kondisi jiwa dan amal merupakan sebab dilapangkannya hati untuk menerima kebaikan dan mengutamakan kehidupan yang kekal (akhirat) daripada kehidupan yang fana (dunia). Ketiga, memperbaiki hubungan diantara sesama manusia Introspeksi dan koreksi diri merupakan kesempatan untuk memperbaiki keretakan yang terjadi diantara manusia. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, إِنَّ أَبْوَابَ الْجَنَّةِ تُفْتَحُ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ، فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا، إِلَّا رَجُلٌ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ، فَيُقَالُ: أَنْظِرُوهُمَا حَتَّى يَصْطَلِحَا ” مَرَّتَيْنِ “Sesungguhnya pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis, di kedua hari tersebut seluruh hamba diampuni kecuali mereka yang memiliki permusuhan dengan saudaranya. Maka dikatakan, “Tangguhkan ampunan bagi kedua orang ini hingga mereka berdamai” [Sanadnya shahih. HR. Ahmad]. Bukankah penangguhan ampunan bagi mereka yang bermusuhan, tidak lain disebabkan karena mereka enggan untuk mengoreksi diri sehingga mendorong mereka untuk berdamai? Hadirin wal hadirot jamaah sholat tarawih yang berbahagia Apa saja yang seharusnya kita introspeksi atau kita evaluasi? Pertama, ibadah. Ibadah adalah yang harus kita evaluasi pertama kali. Sebab, manusia dan jin diciptakan oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya. Apakah kita telah menunaikan ibadah kita dengan sebaik-baiknya. Apakah kita sering melaksanakan perintah Allah atau meninggalkannya. Apakah ibadah kita telah benar-benar khlas? Dan lain sebagainya. Dari situ nanti kita akan termotivasi untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas ibadah kita. Kedua, sumber rezeki dan pembelanjaannya. Masalah ini sering dianggap enteng. Yang penting dapat uang, yng penting menghasilkan uang tanpa ia mempedulikan darimana ia mendapatkannya. Dari cara yang halal atau haram. Padahal Rasulullah bersabda: “Tidak akan bergerak tapak kaki anak Adam pada hari kiamat, hingga ia ditanya tentang 5 perkara, umurnya untuk apa dihabiskan, masa mudanya, kemana dipergunakannya, hartanya darimana ia peroleh dan kemana dibelanjakannya, dan ilmunya sejauhmana pengamalannya.” (HR. Tirmizi) Dari hadits di atas kita bisa mengetahui bahwa masalah harta, pertanyaannya ada dua: darimana harta didapatkan dan dibelanjakan untuk apa? Jika cara mendapatkannya sudah benar, tetapi dibelanjakan ditempat salah, maka itu sebuah kekeliruan. Sebaliknya, juga demikian. Mendapatkan harta dari hasil korupsi misalnya, kemudian disedekahkan. Itu juga tidak dibenarkan. Walaupun harta yang disedekahkan itu halal, tetapi tidak ada pahalanya malah mendapat dosa dari perbuatan korupsi. Oleh karena itu, kita harus benar-benar mengevaluasi darimana asalnya dan kemana larinya harta yang kita peroleh tersebut. Ketiga, kehidupan sosial kemasyarakatan. Setelah kita pertama mengevaluasi hubungan kita dengan Allah dengan ibadah kepada-Nya, selanjutnya kita mengevaluasi hubungan kita dengan sesama makhluk Allah. عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ Artinya: “Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bertanya kepada para sahabat: "Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?" Para sahabat menjawab; 'Menurut kami, orang yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.' Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka.” (HR. Muslim) Sungguh tak kita harapkan ketika kita dihisab dengan membawa banyak sekali amal kebaikan, tetapi disisi lain kita juga banyak mencaci maki manusia, menuduh, memfitnah, memakan harta orang lain dengan semena-mena. Sehingga setiap orang yang pernah kita dzalimi akan menuntut kepada kita. Akhirnya, pahala kebaikan kita habis untuk menutupi keburukan. Na’udzubillah min dzalik. Hadirin wal hadirot jamaah sholat tarawih yang berbahagia Kapan sebaiknya kita melakukan muhasabah? Setiap waktu, setiap saat. Bukan hanya ketika tahun baru atau ketika berulang tahun. Karena kita tak akan mengetahui kapan ajal menjemput. Oleh karena itu, mumpung belum terlambat. Marilah kita bongkar kebiasaan lama yang buruk menuju kebiasaan yang baik. Karena yang bisa merubah baik dan buruk adalah kita sendiri. Jika kita berubah menuju arah yang lebih baik tentunya syurga tempatnya. Jika, amal keburukan yang kita pertahankan tentunya siksa Allah sangat pedih. Allah ta’ala berfirman, إن الله لا يغير ما بقوم حتى يغيروا ما بأنفسهم “Allah tidak akan mengubah kondisi suatu kaum sampai mereka mengubahnya sendiri” (Al-Ra`d 11).

Copy and WIN : http://bit.ly/copy_win
Hadirin wal hadirot jamaah sholat tarawih yang dimulyakan Allah Telah bertahun-tahun kita mengarungi hidup di dunia ini. Berbagai warna kehidupan pun telah kita lalui. Ada kalanya senang, adakalanya susah. Ada kalanya berbuat baik dan juga berbuat salah. Jika kita berbuat baik tentu pahala yang dijanjikan Allah berupa kenikmatan yang akan kita dapat. Akan tetapi, jika perbuatan buruk yang kita lakukan maka dosa yang dicatat oleh Allah dalam buku amal kita. Entah, seberapa banyak amal baik yang kita lakukan dan perbuatan maksiat yang kita kerjakan. Alangkah beruntungnya jika amal baik kita lebih banyak daripada amal buruk. Tapi, sebaliknya alangkah celaka bagi orang yang perilaku maksiatnya lebih banyak. Jika amal baik kita banyak, maka perlu ditingkatkan dan jika amal kejelekan kita yang banyak, maka taubat dan minta ampun kepada Allah adalah solusi. Dan untuk mengetahui amal baik dan buruk yang kita lakukan adalah dengan mengingat-ingat atau introspeksi diri atau bahasa agamanya muhasabah. Oleh karena itu Umar bin al-Khaththab mengatakan: حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا، وَتَزَيَّنُوا لِلْعَرْضِ الأَكْبَرِ Artinya: “Koreksilah diri kalian sebelum kalian dihisab dan berhiaslah (dengan amal shalih) untuk pagelaran agung (pada hari kiamat kelak)” [HR. Tirmidzi]. Jadi sebelum terlambat. Sebelum Allah menghisab amal kita besok di akherat, kita sebaiknya menghisab diri sendiri dan memperbaikinya jika perbuatan kita adalah perbuatan dosa. Hadirin wal hadirot jamaah sholat tarawih yang dimulyakan Allah Muhasabah (introspeksi) ada dua macam, sebelum beramal dan setelah beramal. Muhasabah sebelum beramal yaitu hendaknya manusia menahan diri dari keinginan dan tekadnya untuk beramal, tidak terburu-buru berbuat hingga jelas baginya bahwa jika ia mengamalkannya akan lebih baik daripada meninggalkannya. Sedang muhasabah setelah beramal adalah kita mengoreksi perbuatan kita setelah melakukannya. Seringkali manusia mengoreksi kesalahan-kesalahan orang lain dari pada mengoreksi diri sendiri. Seperti kata pepatah, “Gajah dipelupuk mata tidak kelihatan. Tapi, semut diseberang lautan jelas kelihatan”. Apakah penyakit seperti itu juga ada dalam diri kita? Banyak sekali faedah dari bermuhasabah. Diantaranya: Pertama, hisab di akherat diringankan Sudah barang tentu jika kita sering mengevaluasi perbuatan kita di dunia ini dan memperbaiki kesalahan dengan taubat dan beramal sholih maka pahala dari amal sholih kita akan bertambah dan dosa kita akan berkurang. Sehingga besok di hari perhitungan amal, amal baik kita akan banyak. Seperti halnya yang dikatakan Sayyidina Umar radhiallahu ‘anhu: وَإِنَّمَا يَخِفُّ الحِسَابُ يَوْمَ القِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِي الدُّنْيَا Artinya: “Sesungguhnya hisab pada hari kiamat akan menjadi ringan hanya bagi orang yang selalu menghisab dirinya saat hidup di dunia” [HR. Tirmidzi]. Kedua, hati lapang terhadap kebaikan dan mengutamakan akhirat daripada dunia Demikian pula, mengoreksi kondisi jiwa dan amal merupakan sebab dilapangkannya hati untuk menerima kebaikan dan mengutamakan kehidupan yang kekal (akhirat) daripada kehidupan yang fana (dunia). Ketiga, memperbaiki hubungan diantara sesama manusia Introspeksi dan koreksi diri merupakan kesempatan untuk memperbaiki keretakan yang terjadi diantara manusia. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, إِنَّ أَبْوَابَ الْجَنَّةِ تُفْتَحُ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ، فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا، إِلَّا رَجُلٌ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ، فَيُقَالُ: أَنْظِرُوهُمَا حَتَّى يَصْطَلِحَا ” مَرَّتَيْنِ “Sesungguhnya pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis, di kedua hari tersebut seluruh hamba diampuni kecuali mereka yang memiliki permusuhan dengan saudaranya. Maka dikatakan, “Tangguhkan ampunan bagi kedua orang ini hingga mereka berdamai” [Sanadnya shahih. HR. Ahmad]. Bukankah penangguhan ampunan bagi mereka yang bermusuhan, tidak lain disebabkan karena mereka enggan untuk mengoreksi diri sehingga mendorong mereka untuk berdamai? Hadirin wal hadirot jamaah sholat tarawih yang berbahagia Apa saja yang seharusnya kita introspeksi atau kita evaluasi? Pertama, ibadah. Ibadah adalah yang harus kita evaluasi pertama kali. Sebab, manusia dan jin diciptakan oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya. Apakah kita telah menunaikan ibadah kita dengan sebaik-baiknya. Apakah kita sering melaksanakan perintah Allah atau meninggalkannya. Apakah ibadah kita telah benar-benar khlas? Dan lain sebagainya. Dari situ nanti kita akan termotivasi untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas ibadah kita. Kedua, sumber rezeki dan pembelanjaannya. Masalah ini sering dianggap enteng. Yang penting dapat uang, yng penting menghasilkan uang tanpa ia mempedulikan darimana ia mendapatkannya. Dari cara yang halal atau haram. Padahal Rasulullah bersabda: “Tidak akan bergerak tapak kaki anak Adam pada hari kiamat, hingga ia ditanya tentang 5 perkara, umurnya untuk apa dihabiskan, masa mudanya, kemana dipergunakannya, hartanya darimana ia peroleh dan kemana dibelanjakannya, dan ilmunya sejauhmana pengamalannya.” (HR. Tirmizi) Dari hadits di atas kita bisa mengetahui bahwa masalah harta, pertanyaannya ada dua: darimana harta didapatkan dan dibelanjakan untuk apa? Jika cara mendapatkannya sudah benar, tetapi dibelanjakan ditempat salah, maka itu sebuah kekeliruan. Sebaliknya, juga demikian. Mendapatkan harta dari hasil korupsi misalnya, kemudian disedekahkan. Itu juga tidak dibenarkan. Walaupun harta yang disedekahkan itu halal, tetapi tidak ada pahalanya malah mendapat dosa dari perbuatan korupsi. Oleh karena itu, kita harus benar-benar mengevaluasi darimana asalnya dan kemana larinya harta yang kita peroleh tersebut. Ketiga, kehidupan sosial kemasyarakatan. Setelah kita pertama mengevaluasi hubungan kita dengan Allah dengan ibadah kepada-Nya, selanjutnya kita mengevaluasi hubungan kita dengan sesama makhluk Allah. عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ Artinya: “Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bertanya kepada para sahabat: "Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?" Para sahabat menjawab; 'Menurut kami, orang yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.' Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka.” (HR. Muslim) Sungguh tak kita harapkan ketika kita dihisab dengan membawa banyak sekali amal kebaikan, tetapi disisi lain kita juga banyak mencaci maki manusia, menuduh, memfitnah, memakan harta orang lain dengan semena-mena. Sehingga setiap orang yang pernah kita dzalimi akan menuntut kepada kita. Akhirnya, pahala kebaikan kita habis untuk menutupi keburukan. Na’udzubillah min dzalik. Hadirin wal hadirot jamaah sholat tarawih yang berbahagia Kapan sebaiknya kita melakukan muhasabah? Setiap waktu, setiap saat. Bukan hanya ketika tahun baru atau ketika berulang tahun. Karena kita tak akan mengetahui kapan ajal menjemput. Oleh karena itu, mumpung belum terlambat. Marilah kita bongkar kebiasaan lama yang buruk menuju kebiasaan yang baik. Karena yang bisa merubah baik dan buruk adalah kita sendiri. Jika kita berubah menuju arah yang lebih baik tentunya syurga tempatnya. Jika, amal keburukan yang kita pertahankan tentunya siksa Allah sangat pedih. Allah ta’ala berfirman, إن الله لا يغير ما بقوم حتى يغيروا ما بأنفسهم “Allah tidak akan mengubah kondisi suatu kaum sampai mereka mengubahnya sendiri” (Al-Ra`d 11).

Copy and WIN : http://bit.ly/copy_win
Hadirin wal hadirot jamaah sholat tarawih yang dimulyakan Allah Telah bertahun-tahun kita mengarungi hidup di dunia ini. Berbagai warna kehidupan pun telah kita lalui. Ada kalanya senang, adakalanya susah. Ada kalanya berbuat baik dan juga berbuat salah. Jika kita berbuat baik tentu pahala yang dijanjikan Allah berupa kenikmatan yang akan kita dapat. Akan tetapi, jika perbuatan buruk yang kita lakukan maka dosa yang dicatat oleh Allah dalam buku amal kita. Entah, seberapa banyak amal baik yang kita lakukan dan perbuatan maksiat yang kita kerjakan. Alangkah beruntungnya jika amal baik kita lebih banyak daripada amal buruk. Tapi, sebaliknya alangkah celaka bagi orang yang perilaku maksiatnya lebih banyak. Jika amal baik kita banyak, maka perlu ditingkatkan dan jika amal kejelekan kita yang banyak, maka taubat dan minta ampun kepada Allah adalah solusi. Dan untuk mengetahui amal baik dan buruk yang kita lakukan adalah dengan mengingat-ingat atau introspeksi diri atau bahasa agamanya muhasabah. Oleh karena itu Umar bin al-Khaththab mengatakan: حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا، وَتَزَيَّنُوا لِلْعَرْضِ الأَكْبَرِ Artinya: “Koreksilah diri kalian sebelum kalian dihisab dan berhiaslah (dengan amal shalih) untuk pagelaran agung (pada hari kiamat kelak)” [HR. Tirmidzi]. Jadi sebelum terlambat. Sebelum Allah menghisab amal kita besok di akherat, kita sebaiknya menghisab diri sendiri dan memperbaikinya jika perbuatan kita adalah perbuatan dosa. Hadirin wal hadirot jamaah sholat tarawih yang dimulyakan Allah Muhasabah (introspeksi) ada dua macam, sebelum beramal dan setelah beramal. Muhasabah sebelum beramal yaitu hendaknya manusia menahan diri dari keinginan dan tekadnya untuk beramal, tidak terburu-buru berbuat hingga jelas baginya bahwa jika ia mengamalkannya akan lebih baik daripada meninggalkannya. Sedang muhasabah setelah beramal adalah kita mengoreksi perbuatan kita setelah melakukannya. Seringkali manusia mengoreksi kesalahan-kesalahan orang lain dari pada mengoreksi diri sendiri. Seperti kata pepatah, “Gajah dipelupuk mata tidak kelihatan. Tapi, semut diseberang lautan jelas kelihatan”. Apakah penyakit seperti itu juga ada dalam diri kita? Banyak sekali faedah dari bermuhasabah. Diantaranya: Pertama, hisab di akherat diringankan Sudah barang tentu jika kita sering mengevaluasi perbuatan kita di dunia ini dan memperbaiki kesalahan dengan taubat dan beramal sholih maka pahala dari amal sholih kita akan bertambah dan dosa kita akan berkurang. Sehingga besok di hari perhitungan amal, amal baik kita akan banyak. Seperti halnya yang dikatakan Sayyidina Umar radhiallahu ‘anhu: وَإِنَّمَا يَخِفُّ الحِسَابُ يَوْمَ القِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِي الدُّنْيَا Artinya: “Sesungguhnya hisab pada hari kiamat akan menjadi ringan hanya bagi orang yang selalu menghisab dirinya saat hidup di dunia” [HR. Tirmidzi]. Kedua, hati lapang terhadap kebaikan dan mengutamakan akhirat daripada dunia Demikian pula, mengoreksi kondisi jiwa dan amal merupakan sebab dilapangkannya hati untuk menerima kebaikan dan mengutamakan kehidupan yang kekal (akhirat) daripada kehidupan yang fana (dunia). Ketiga, memperbaiki hubungan diantara sesama manusia Introspeksi dan koreksi diri merupakan kesempatan untuk memperbaiki keretakan yang terjadi diantara manusia. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, إِنَّ أَبْوَابَ الْجَنَّةِ تُفْتَحُ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ، فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا، إِلَّا رَجُلٌ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ، فَيُقَالُ: أَنْظِرُوهُمَا حَتَّى يَصْطَلِحَا ” مَرَّتَيْنِ “Sesungguhnya pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis, di kedua hari tersebut seluruh hamba diampuni kecuali mereka yang memiliki permusuhan dengan saudaranya. Maka dikatakan, “Tangguhkan ampunan bagi kedua orang ini hingga mereka berdamai” [Sanadnya shahih. HR. Ahmad]. Bukankah penangguhan ampunan bagi mereka yang bermusuhan, tidak lain disebabkan karena mereka enggan untuk mengoreksi diri sehingga mendorong mereka untuk berdamai? Hadirin wal hadirot jamaah sholat tarawih yang berbahagia Apa saja yang seharusnya kita introspeksi atau kita evaluasi? Pertama, ibadah. Ibadah adalah yang harus kita evaluasi pertama kali. Sebab, manusia dan jin diciptakan oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya. Apakah kita telah menunaikan ibadah kita dengan sebaik-baiknya. Apakah kita sering melaksanakan perintah Allah atau meninggalkannya. Apakah ibadah kita telah benar-benar khlas? Dan lain sebagainya. Dari situ nanti kita akan termotivasi untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas ibadah kita. Kedua, sumber rezeki dan pembelanjaannya. Masalah ini sering dianggap enteng. Yang penting dapat uang, yng penting menghasilkan uang tanpa ia mempedulikan darimana ia mendapatkannya. Dari cara yang halal atau haram. Padahal Rasulullah bersabda: “Tidak akan bergerak tapak kaki anak Adam pada hari kiamat, hingga ia ditanya tentang 5 perkara, umurnya untuk apa dihabiskan, masa mudanya, kemana dipergunakannya, hartanya darimana ia peroleh dan kemana dibelanjakannya, dan ilmunya sejauhmana pengamalannya.” (HR. Tirmizi) Dari hadits di atas kita bisa mengetahui bahwa masalah harta, pertanyaannya ada dua: darimana harta didapatkan dan dibelanjakan untuk apa? Jika cara mendapatkannya sudah benar, tetapi dibelanjakan ditempat salah, maka itu sebuah kekeliruan. Sebaliknya, juga demikian. Mendapatkan harta dari hasil korupsi misalnya, kemudian disedekahkan. Itu juga tidak dibenarkan. Walaupun harta yang disedekahkan itu halal, tetapi tidak ada pahalanya malah mendapat dosa dari perbuatan korupsi. Oleh karena itu, kita harus benar-benar mengevaluasi darimana asalnya dan kemana larinya harta yang kita peroleh tersebut. Ketiga, kehidupan sosial kemasyarakatan. Setelah kita pertama mengevaluasi hubungan kita dengan Allah dengan ibadah kepada-Nya, selanjutnya kita mengevaluasi hubungan kita dengan sesama makhluk Allah. عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ Artinya: “Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bertanya kepada para sahabat: "Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?" Para sahabat menjawab; 'Menurut kami, orang yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.' Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka.” (HR. Muslim) Sungguh tak kita harapkan ketika kita dihisab dengan membawa banyak sekali amal kebaikan, tetapi disisi lain kita juga banyak mencaci maki manusia, menuduh, memfitnah, memakan harta orang lain dengan semena-mena. Sehingga setiap orang yang pernah kita dzalimi akan menuntut kepada kita. Akhirnya, pahala kebaikan kita habis untuk menutupi keburukan. Na’udzubillah min dzalik. Hadirin wal hadirot jamaah sholat tarawih yang berbahagia Kapan sebaiknya kita melakukan muhasabah? Setiap waktu, setiap saat. Bukan hanya ketika tahun baru atau ketika berulang tahun. Karena kita tak akan mengetahui kapan ajal menjemput. Oleh karena itu, mumpung belum terlambat. Marilah kita bongkar kebiasaan lama yang buruk menuju kebiasaan yang baik. Karena yang bisa merubah baik dan buruk adalah kita sendiri. Jika kita berubah menuju arah yang lebih baik tentunya syurga tempatnya. Jika, amal keburukan yang kita pertahankan tentunya siksa Allah sangat pedih. Allah ta’ala berfirman, إن الله لا يغير ما بقوم حتى يغيروا ما بأنفسهم “Allah tidak akan mengubah kondisi suatu kaum sampai mereka mengubahnya sendiri” (Al-Ra`d 11).

Copy and WIN : http://bit.ly/copy_win