Jumat, 06 Maret 2015

Kunci Perubahan


Syekh Muhammad Ghazali, ulama dan pemikir Islam asal Mesir, mengatakan, “Sesungguhnya rasa aman, damai, dan sejahtera adalah kekuatan yang memberikan cahaya kepada akal untuk berpikir dengan tenang dan kontinu. Karena terkadang, pemikiran tersebut mampu mengubah perjalanan sejarah.”

Banyak orang yang berasumsi bahwa mereka akan sukses dalam hidup ini atau nasib hidupnya akan berubah lebih baik jika ia pindah dari tempat tinggalnya. Artinya, mereka mengikatkan kesuksesannya dengan perubahan tempat dan keadaan. Sungguh, asumsi tersebut adalah salah. Karena, sejatinya yang harus diubah adalah akal yang digelantungi pemikiran, bayangan kelam masa lalu, dan asumsi kekhawaritan masa depan. Selagi akal kita masih berpola pikir seperti itu, perubahan yang ada tidak memiliki pengaruh apa-apa.

“Kamu tidak akan pernah mampu menyelesaikan problematika yang ada selagi pola pikirmu tidak ada perubahan,” demikian petuah orang bijak. Dan, Allah SWT telah menegaskan kepada kita yang diabadikan di dalam Alquran bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum atau seseorang kecuali mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (QS ar-Ra’du [13]: 11).

Ini artinya, kunci perubahan hidup seseorang ke arah yang lebih baik terletak di dalam dirinya, bukan terletak pada tempat tinggal atau dalam lingkungan yang mengelilinginya. Karena manusia hanyalah produk pemikiran dan keyakinannya. Di samping itu, perilaku dan sikap seseorang bersumber dari akalnya.

Memang tidak dimungkiri bahwa perubahan lingkungan terkadang membawa sebuah kebaikan, tetapi hanya bersifat temporal atau kebetulan. Karena, perubahan ini hanya di permukaan tidak dari akarnya. Juga tak sedikit perubahan tempat hanya sebuah sikap pelarian dari berbagai rintangan serta tantangan dan menjauhi problematika yang ada.

Karena itu, kita mesti mengubah pola pikir dan keyakinan. Kita harus memakai baju keoptimisan dan kebulatan tekad serta husnudzan kepada Allah. Empaskan bayangan kelam masa lalu dan kekhawatiran pada masa depan dari jiwa. Kita harus mulai menghadapi arus kehidupan ini dengan hati yang besar dan akal yang jernih tanpa takut dengan kekalahan ataupun kegagalan. Bukankah di balik kegagalan ada pengalaman yang berharga, dan bukankah pengalaman itu guru yang paling baik?

Sungguh, orang yang tidak mampu mengubah pola pikirnya, maka dia tidak akan mampu mengubah sesuatu apa pun, kapan pun, dan di mana pun ia berada. Tongkat yang bengkok tak mungkin menghasilkan bayangan yang lurus. Hanya dari muara hati yang suci dan akal yang jernih yang melahirkan jiwa-jiwa jujur, tangguh, bertanggung jawab, dan siap melakukan pengorbanan apa pun demi kemaslahatan sesama.

Berkaca diri sendiri

1. Kunci kebahagiaan hakiki bukan terletak pada harta dan kekuasaan, tetapi pada kemampuan kita dalam melakukan introspeksi dan pengendalian diri.
2. Kita sering bersemangat untuk melihat kekurangan dan menyalahkan orang lain, tetapi kita lupa bahwa sebenarnya kekurangan dan kesalahan kita jauh lebih besar.
3. Dimanapun dan kapanpun sesuatu yang dilakukan pertama kali pasti penuh dengan kelemahan dan kekurangan, namun kita sering memanfaatkan kekurangan orang lain untuk menutupi kekurangan dan kelemahan kita sendiri.
4. Kita sering merasakan betapa orang lain terlihat begitu rendah dihadapan kita, perasaan ini menunjukkan bahwa sebenarnya kita jauh lebih rendah dari mereka.
5. Rasanya kita sudah cukup merendah di hadapan orang lain, namun kita suka tersinggung dan merasa direndahkan, hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya kesombongan kita begitu menguasai diri namun kita tidak sadar.
6. Kita sering merasa tidak nyaman dan tidak cocok bekerja sama dengan orang lain, sebenarnya orang lain pun merasa demikian terhadap kita. Mungkin kita tidak sadar bahwa sebenarnya di dalam diri kita sedang melekat sifat egois yang sangat tinggi.
7. Jika prasangka buruk menguasai diri kita, perbuatan orang lain yang baik akan tampak buruk dalam benak kita dan kita sangat pandai untuk membuat alasannya. Sebaliknya jika prasangka baik menguasai diri kita, perbuatan orang lain yang salah pun akan menjadi hikmah bagi kita dan kita pun pandai membuat alasannya.
8. Kita sering berusaha menghindari kesombongan yang nyata, tetapi sangat sulit melihat kesombongan halus yang ada di dalam diri.
9. Selalu melihat kesalahan orang lain di masa lalu dan dibesar-besarkan pertanda kita adalah orang yang kerdil. Kita tidak mampu melihat kebajikan jutaan kali lipat yang telah dibuat orang lain.
10. Kebersihan hati dan rasa kasih sayang serta persahabatan yang ada di dalam diri kita, dapat menghapus kesalahan besar orang lain terhadap diri kita. Sebaliknya apabila kita tidak memiliki rasa kasih sayang dan persahabatan, kesalahan kecil orang lain terhadap kita bisa menghapus segalanya.
11. Kebersihan hati menimbulkan pandangan baik dan positip sekalipun sebenarnya orang lain memang melakukan kesalahan, tetapi jika hati kita kotor, orang lain yang melakukan hal positip dan baik, akan terlihat buruk dan menyakitkan dalam pandangan kita.
12. Saat hati tertutup dan beku, orang lain akan terlihat selalu bersalah walaupun banyak jasanya pada diri kita, tetapi saat hati kita bersih, orang lain selalu tampak membawa hikmah walaupun banyak melakukan kesalahan terhadap kita.
13. Ada orang yang mudah tersentuh untuk berterima kasih atas jasa orang lain sekalipun hanya sedikit. Tetapi ada juga orang tidak mampu merasakan jasa orang lain sekalipun telah memberi banyak padanya. Yang lebih ironi lagi, orang baik dan berjasa dianggap salah dalam pandangannya.
14. Tuntutan yang berlebihan kepada orang lain sering menghapus jasa besar dan kebaikan yang telah dilakukan orang lain kepada kita.
15. Pada saat sendirian kita merasa sudah menjadi orang baik, tetapi pada saat bekerja sama, kita sering merasa orang lain selalu salah. Sebenarnya bukan orang lain yang salah tetapi mungkin saja hati kita yang kurang baik.
16. Orang yang bijak melihat kekurangan orang lain sebagai kesempatan untuk bisa berbuat sesuatu yang lebih baik, tetapi orang yang kerdil melihat kesalahan kecil pada orang lain terlihat sangat besar.
17. Orang yang bijak selalu berbicara dan berbuat untuk mencari solusi. Orang yang kerdil selalu berbicara dan membesarkan kesalahan kecil.
18. Tingkatan akhlak :
- Ada orang yang tetap menyayangi dan memberi walaupun dia disakiti.
- Ada orang yang melupakan kesalahan orang lain dan memaafkan walaupun dia disakiti.
- Ada orang yang menjauh pada saat disakiti.
- Ada orang yang tersinggung dan marah karena orang lain berbuat kesalahan kecil.
- Ada orang yang tersinggung dan marah padahal orang lain tidak bersalah.
- Ada orang yang tersinggung dan marah pada saat orang lain justru berbuat baik kepadanya.
Termasuk golongan manakah kita ?