Sabtu, 16 November 2013

PROSES TURUNNYA AL-QURAN


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia Nya, sehingga kami dapat menyelasaikan makalah untuk bahan mata kuliah Hadist.
Dalam makalah ini kami sebagai penulis sekaligus penyusun menyajikan persoalan mengenai “Sejarah Turunnya Al-qur’an”.
Walaupun sudah berusaha semaksimal mungkin, namun kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifat nya membangun demi kesempurnaan penulisan untuk masa yang akan datang.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami penulis maupun para pembaca serta dapat menambah wawasan tentang Sejarah Turunnya Al-qur’an.
                                                                                         Pekanbaru, Oktober 2013
                                                                                                         Penulis




DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah.................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................ 1
1.3. Tujuan Penulisan.............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 3
2.1. Pengertian Al-Qur’an...................................................................... 3
2.2. Sejarah Diturunkannya Al-Qur’an................................................... 4
2.3. Tujuan Pokok Diturunkannya Al-Qur’an.......................................... 10
BAB III PENUTUP............................................................................................ 11
3.1. Kesimpulan...................................................................................... 11
DAFTAR RUJUKAN



BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Agama Islam, agama yang kita anut dan dianut oleh ratusan juta kaum Muslim di seluruh dunia, merupakan way of life yang menjamin kebahagiaan hidup pemeluknya di dunia dan di akhirat kelak. Ia mempunyai satu sendi utama yang esensial: berfungsi memberi petunjuk ke jalan yang sebaik-baiknya.  Allah  berfirman,  Sesungguhnya  Al-Qur’an  ini  memberi petunjuk menuju jalan yang sebaik-baiknya (QS, 17:9).
Al-Qur’an memberikan petunjuk dalam persoalan-persoalan akidah, syariah, dan akhlak, dengan jalan meletakkan dasar-dasar prinsip mengenai persoalan-persoalan tersebut; dan Allah SWT menugaskan Rasul SAW., untuk memberikan keterangan yang lengkap mengenai dasar-dasar itu: Kami telah turunkan kepadamu Al-Dzikr (Al-Qur’an) untuk kamu terangkan kepada manusia apa-apa yang diturunkan kepada mereka agar mereka berpikir (QS 16:44).
Disamping keterangan yang diberikan oleh Rasulullah SAW., Allah memerintahkan pula kepada umat manusia seluruhnya agar memperhatikan dan mempelajari Al-Qur’an: Tidaklah mereka memperhatikan isi Al-Qur’an, bahkan ataukah hati mereka tertutup (QS 47:24).
1.2. Rumusan Masalah
Untuk memperjelas latar belakang masalah di atas, penulis membatasi permasalahan berdasarkan pertanyaan-pertanyaan berikut:
1.  Apa Arti Al-Qur’an?
2.  Bagaimana sejarah diturunkannya Al-Qur’an?
3.  Apa tujuan pokok diturunkannya Al-Qur’an?
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:
1.  Untuk mengetahui arti Al-Qur’an.
2.  Untuk mengetahui sejarah diturunkannya Al-Qur’an.
3.  Untuk mengetahui tujuan pokok diturunkannya Al-Qur’an.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.  Pengertian Al-Qur’an
Menurut bahasa, kata “Al-Qur’an” adalah bentuk mashdar dari kata kerja ﺃﺭﻗ yang berarti "bacaan". Menurut Al-Lihyani (Pengarang Lisanul Arab), kata Al-Qur’an adalah isim mashdar dengan arti isim maf’ul, yaitu yang  dibaca;  karena  bukan  saja  Al-Qur’an  harus  dibaca  oleh  yang mencintainya, baik pada waktu shalat maupun di luar shalat. Kata Al-Qur’an dengan arti tersebut (bacaan), banyak dijumpai dalam Al-Qur’an sendiri, antara lain terdapat dalam surat Al-Qiyamah ayat 17-18:
                          ﴿۱۸﴾ قُرْآنَهُ فَاتَّبِعْ قَرَأْنَاهُ فَإِذَا ﴿۱۷﴾ وَقُرْآنَهُ جَمْعَهُ عَلَيْنَا إِنَّ
Artinya: Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.
Sedangkan pengertian Al-Qur’an menurut istilah dikemukakan oleh
Manna   Al-Qathan   dalam   bukunya “Mabahits   fi   Ulum   Al-Qur’an” mengemukakan definisi Al-Qur’an sebagai berikut:
ﻪﺘﻭﻼﺘﺒ ﺩﺒﻌﺘﻤﻟﺍ ﻡﻠﺴﻭ    ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ لﺼ    ﺩﻤﺤﻤ  ﻰﻠﻋ    لﺯﻨﻤﻟﺍ ﷲﺍ       ﻡﻼﻜ
Artinya: Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang mempunyai nilai ibadah bagi orang yang membacanya.
2.2.  Sejarah Diturunkannya Al-Qur’an
•   Periode Turunnya Al-Quran
Al-Qur’an Al-Karim yang terdiri dari 114 surah dan susunannya ditentukan oleh Allah SWT. dengan cara tawqifi, tidak menggunakan metode  sebagaimana  metode-metode  penyusunan  buku-buku  ilmiah. Buku-buku ilmiah yang membahas satu masalah, selalu menggunakan satu metode tertentu dan dibagi dalam bab-bab dan pasal-pasal. Metode ini tidak terdapat di dalam Al-Qur’an Al-Karim, yang di dalamnya banyak persoalan induk silih-berganti diterangkan.
Persoalan  akidah  terkadang  bergandengan  dengan  persoalan hukum dan kritik; sejarah umat-umat yang lalu disatukan dengan nasihat, ultimatum, dorongan atau tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di alam
semesta. Terkadang pula, ada suatu persoalan atau hukum yang sedang diterangkan tiba-tiba timbul persoalan lain yang pada pandangan pertama tidak ada hubungan antara satu dengan yang lainnya. Misalnya, apa yang terdapat dalam surah Al-Baqarah ayat 216-221, yang mengatur hukum perang dalam asyhur al-hurum berurutan dengan hukum minuman keras, perjudian, persoalan anak yatim, dan perkawinan dengan orang-orang musyrik.
Yang demikian itu dimaksudkan agar memberikan kesan bahwa ajaran-ajaran Al-Qur’an dan hukum-hukum yang tercakup didalamnya merupakan satu kesatuan yang harus ditaati oleh penganut-penganutnya secara keseluruhan tanpa ada pemisahan antara satu dengan yang lainnya. Dalam menerangkan masalah-masalah filsafat dan metafisika, Al-Qur’an tidak menggunakan istilah filsafat dan logika. Juga dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan. Yang demikian ini membuktikan bahwa Al-Qur’an tidak dapat dipersamakan dengan kitab-kitab yang dikenal manusia.
Tujuan Al-Qur’an juga berbeda dengan tujuan kitab-kitab ilmiah. Untuk memahaminya, terlebih dahulu harus diketahui periode turunnya Al-Quran. Dengan mengetahui periode-periode tersebut, tujuan-tujuan Al-Qur’an akan lebih jelas.
Para ulama 'Ulum Al-Qur’an membagi sejarah turunnya Al-Qur’an
dalam dua periode:
(1) Periode sebelum hijrah
(2) Periode sesudah hijrah.
Ayat-ayat yang turun pada periode pertama dinamai ayat-ayat Makkiyyah, dan ayat-ayat yang turun pada periode kedua dinamai ayat-ayat Madaniyyah. Tetapi, di sini, akan dibagi sejarah turunnya Al-Qur’an
dalam tiga periode, meskipun pada hakikatnya periode pertama dan kedua  dalam  pembagian  tersebut  adalah  kumpulan  dari  ayat-ayat Makkiyah, dan periode ketiga adalah ayat-ayat Madaniyyah. Pembagian demikian untuk lebih menjelaskan tujuan-tujuan pokok Al-Quran.
Periode Pertama
Diketahui bahwa Muhammad saw., pada awal turunnya wahyu pertama (iqra'), belum dilantik menjadi Rasul. Dengan wahyu pertama itu, beliau baru merupakan seorang nabi yang tidak ditugaskan untukmenyampaikan apa yang diterima. Baru setelah turun wahyu kedualah beliau ditugaskan untuk menyampaikan wahyu-wahyu yang diterimanya, dengan adanya firman Allah: "Wahai yang berselimut, bangkit dan berilah peringatan"   (QS 74:1-2).
Kemudian, setelah itu, kandungan wahyu Ilahi berkisar dalam tiga hal.  Pertama,  pendidikan  bagi  Rasulullah  saw.,  dalam  membentuk kepribadiannya. Perhatikan firman-Nya: Wahai orang yang berselimut,
bangunlah dan sampaikanlah. Dan Tuhanmu agungkanlah. Bersihkanlah pakaianmu.  Tinggalkanlah  kotoran (syirik).  Janganlah  memberikan sesuatu dengan mengharap menerima lebih banyak darinya, dan sabarlah engkau melaksanakan perintah-perintah Tuhanmu (QS 74:1-7).
Dalam wahyu ketiga terdapat pula bimbingan untuknya: Wahai orang yang berselimut, bangkitlah, shalatlah di malam hari kecuali sedikit darinya, yaitu separuh malam, kuranq sedikit dari itu atau lebih, dan bacalah Al-Qur’an dengan tartil (QS 73:1-4).
Perintah   ini   disebabkan   karena   Sesungguhnya   kami   akan menurunkan kepadamu wahyu yang sangat berat (QS 73:5).
Ada lagi ayat-ayat lain, umpamanya: Berilah peringatan kepada keluargamu yang terdekat. Rendahkanlah dirimu, janganlah bersifat sombong kepada orang-orang yang beriman yang mengikutimu. Apabila mereka (keluargamu) enggan mengikutimu, katakanlah: aku berlepas dari apa yang kalian kerjakan (QS 26:214-216).
Demikian ayat-ayat yang merupakan bimbingan bagi beliau demi suksesnya dakwah.Kedua, pengetahuan-pengetahuan dasar mengenai sifat dan af'al Allah, misalnya surah Al-A'la (surah ketujuh yang diturunkan) atau surah Al-Ikhlash, yang menurut hadis Rasulullah "sebanding dengan sepertiga Al-Quran",  karena  yang  mengetahuinya  dengan  sebenarnya  akan mengetahui pula persoalan-persoalan tauhid dan tanzih (penyucian) Allah 
SWT.
Ketiga, keterangan mengenai dasar-dasar akhlak Islamiah, serta bantahan-bantahan secara umum mengenai pandangan hidup masyarakat jahiliah ketika itu. Ini dapat dibaca, misalnya, dalam surah Al-Takatsur, satu surah yang mengecam mereka yang menumpuk-numpuk harta; dan surah Al-Ma'un yang menerangkan kewajiban terhadap fakir miskin dan anak yatim serta pandangan agama mengenai hidup bergotong-royong.
Periode ini berlangsung sekitar 4-5 tahun dan telah menimbulkan bermacam-macam reaksi di kalangan masyarakat Arab ketika itu. Reaksireaksi tersebut nyata dalam tiga hal pokok:
1.      Segolongan kecil dari mereka menerima dengan baik ajaran-ajaran Al-Quran.
2.      Sebagian besar dari masyarakat tersebut menolak ajaran Al-Quran, karena   kebodohan   mereka (QS 21:24),   keteguhan   mereka mempertahankan adat istiadat dan tradisi nenek moyang (QS 43:22), dan atau karena adanya maksud-maksud tertentu dari satu golongan seperti yang digambarkan oleh Abu Sufyan: "Kalau sekiranya Bani Hasyim memperoleh kemuliaan nubuwwah, kemuliaan apa lagi yang tinggal untuk kami."
3.      Dakwah Al-Qur’an mulai melebar melampaui perbatasan Makkah menuju daerah-daerah sekitarnya.
Periode Kedua
Periode kedua dari sejarah turunnya Al-Qur’an berlangsung selama 8-9 tahun, dimana terjadi pertarungan hebat antara gerakan Islam dan jahiliah. Gerakan oposisi terhadap Islam menggunakan segala cara dan sistem untuk menghalangi kemajuan dakwah Islamiah.
Dimulai   dari   fitnah,   intimidasi   dan   penganiayaan,   yang mengakibatkan  para  penganut  ajaran  Al-Qur’an  ketika  itu  terpaksa berhijrah ke Habsyah dan para akhirnya mereka semua termasuk Rasulullah saw. berhijrah ke Madinah.
Pada  masa  tersebut,  ayat-ayat  Al-Quran,  di  satu  pihak,  silih berganti turun menerangkan kewajiban-kewajiban prinsipil penganutnya sesuai dengan kondisi dakwah ketika itu, seperti: Ajaklah mereka ke jalan Tuhanmu (agama)  dengan  hikmah  dan  tuntunan  yang  baik,  serta bantahlah mereka dengan cara yang sebaik-baiknya (QS 16:125).
Dan, di lain pihak, ayat-ayat kecaman dan ancaman yang pedas terus mengalir kepada kaum musyrik yang berpaling dari kebenaran, seperti: Bila mereka berpaling maka katakanlah wahai Muhammad: "Aku pertakuti kamu sekalian dengan siksaan, seperti siksaan yang menimpa kaum 'Ad dan Tsamud" (QS 41:13).
Selain itu, turun juga ayat-ayat yang mengandung argumentasi-argumentasi  mengenai  keesaan  Tuhan  dan  kepastian  hari  kiamat berdasarkan  tanda-tanda  yang  dapat  mereka  lihat  dalam  kehidupan sehari-hari, seperti: Manusia memberikan perumpamaan bagi kami dan lupa  akan  kejadiannya,  mereka  berkata:  "Siapakah  yang  dapat menghidupkan tulang-tulang yang telah lapuk dan hancur?" Katakanlah, wahai   Muhammad:   "Yang   menghidupkannya   ialah   Tuhan   yang menjadikan  ia  pada  mulanya,  dan  yang  Maha  Mengetahui  semua kejadian. Dia yang menjadikan untukmu, wahai manusia, api dari kayu yang hijau (basah) lalu dengannya kamu sekalian membakar." Tidaklah yang menciptakan langit dan bumi sanggup untuk menciptakan yang serupa itu? Sesungguhnya Ia Maha Pencipta dan Maha Mengetahui. Sesungguhnya bila Allah menghendaki sesuatu Ia hanya memerintahkan: "Jadilah!"Maka jadilah ia (QS 36:78-82).
Ayat  ini  merupakan  salah  satu  argumentasi  terkuat  dalam membuktikan kepastian hari kiamat. Dalam hal ini, Al-Kindi berkata: "Siapakah di antara manusia dan filsafat yang sanggup mengumpulkan dalam  satu  susunan  kata-kata  sebanyak  huruf  ayat-ayat  tersebut, sebagaimana yang telah disimpulkan Tuhan kepada Rasul-Nya saw., dimana diterangkan bahwa tulang-tulang dapat hidup setelah menjadi lapuk dan hancur; bahwa qudrah-Nya menciptakan seperti langit dan bumi; dan bahwa sesuatu dapat mewujud dari sesuatu yang berlawanan dengannya."
Disini   terbukti   bahwa   ayat-ayat   Al-Qur’an   telah   sanggup memblokade paham-paham jahiliah dari segala segi sehingga mereka tidak lagi mempunyai arti dan kedudukan dalam rasio dan alam pikiran sehat.
Periode Ketiga
Selama masa periode ketiga ini, dakwah Al-Qur’an telah dapat mewujudkan suatu prestasi besar karena penganut-penganutnya telah dapat hidup bebas melaksanakan ajaran-ajaran agama di Yatsrib (yang
kemudian  diberi  nama  Al-Madinah  Al-Munawwarah).  Periode  ini berlangsung selama sepuluh tahun, di mana timbul bermacam-macam peristiwa, problem dan persoalan, seperti: Prinsip-prinsip apakah yang diterapkan    dalam    masyarakat    demi    mencapai    kebahagiaan? Bagaimanakah  sikap  terhadap  orang-orang  munafik,  Ahl  Al-Kitab, orang-orang kafir dan lain-lain, yang semua itu diterangkan Al-Qur’an dengan cara yang berbeda-beda?Dengan satu susunan kata-kata yang membangkitkan semangat seperti berikut ini, Al-Qur’an menyarankan: Tidakkah sepatutnya kamu sekalian memerangi golongan yang mengingkari janjinya dan hendak mengusir  Rasul,  sedangkan  merekalah  yang  memulai  peperangan. Apakah kamu takut kepada mereka? Sesungguhnya Allah lebih berhak untuk ditakuti jika kamu sekalian benar-benar orang yang beriman. Perangilah! Allah akan menyiksa mereka dengan perantaraan kamu sekalian serta menghina-rendahkan mereka; dan Allah akan menerangkan 
kamu semua serta memuaskan hati segolongan orang-orang beriman (QS
9:13-14).
Adakalanya pula merupakan perintah-perintah yang tegas disertai dengan   konsiderannya,   seperti:   Wahai   orang-orang   beriman, sesungguhnya minuman keras, perjudian, berhala-berhala, bertenung adalah perbuatan keji dari perbuatan setan. Oleh karena itu hindarilah semua itu agar kamu sekalian mendapat kemenangan. Sesungguhnya setan tiada lain yang diinginkan kecuali menanamkan permusuhan dan kebencian diantara kamu disebabkan oleh minuman keras dan perjudian tersebut, serta memalingkan kamu dari dzikrullah dan sembahyang, maka karenanya hentikanlah pekerjaan-pekerjaan tersebut (QS 5:90-91).
Disamping  itu,  secara  silih-berganti,  terdapat  juga  ayat  yang menerangkan akhlak dan suluk yang harus diikuti oleh setiap Muslim dalam  kehidupannya  sehari-hari,  seperti:  Wahai  orang-orang  yang beriman, janganlah kamu memasuki satu rumah selain rumahmu kecuali setelah  minta  izin  dan  mengucapkan  salam  kepada  penghuninya. Demikian ini lebih baik bagimu. Semoga kamu sekalian mendapat peringatan (QS 24:27).
Semua ayat ini memberikan bimbingan kepada kaum Muslim menuju jalan yang diridhai Tuhan disamping mendorong mereka untuk berjihad di jalan Allah, sambil memberikan didikan akhlak dan suluk
yang sesuai dengan keadaan mereka dalam bermacam-macam situasi
(kalah, menang, bahagia, sengsara, aman dan takut). Dalam perang Uhud misalnya, di mana kaum Muslim menderita tujuh puluh orang korban,
turunlah ayat-ayat penenang yang berbunyi: Janganlah kamu sekalian
merasa lemah atau berduka cita. Kamu adalah orang-orang yang tinggi (menang) selama kamu sekalian beriman. Jika kamu mendapat luka, maka golongan mereka juga mendapat luka serupa. Demikianlah hari-hari kemenangan Kami perganti-gantikan di antara manusia, supaya Allah membuktikan orang-orang beriman dan agar Allah mengangkat dari  mereka  syuhada,  sesungguhnya  Allah  tiada  mengasihi  orang-orangyang aniaya (QS 3:139-140).
Selain ayat-ayat yang turun mengajak berdialog dengan orang-orang Mukmin, banyak juga ayat yang ditujukan kepada orang-orang munafik,  Ahli  Kitab  dan  orang-orang  musyrik.  Ayat-ayat  tersebut mengajak mereka ke jalan yang benar, sesuai dengan sikap mereka terhadap dakwah. Salah satu ayat yang ditujukan kepada ahli Kitab ialah:
Katakanlah (Muhammad): "Wahai ahli kitab (golongan Yahudi dan
Nasrani), marilah kita menuju ke satu kata sepakat diantara kita yaitu kita tidak menyembah kecuali Allah; tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, tidak pula mengangkat sebagian dari kita tuhan yang bukan Allah." Maka bila mereka berpaling katakanlah: "Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang Muslim" (QS 3:64).
2.3. Tujuan Pokok Diturunkannya Al-Qur’an
Dari sejarah diturunkannya Al-Quran, dapat diambil kesimpulan bahwa Al-Qur’an mempunyai tiga tujuan pokok:
1.      Petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang tersimpul dalam keimanan akan keesaan Tuhan dan kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan.
2.      Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupannya secara individual atau kolektif.
3.      Petunjuk mengenal syariat dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan
Tuhan dan sesamanya. Atau dengan kata lain yang lebih singkat, "Al-Qur’an  adalah  petunjuk  bagi  selunih  manusia  ke  jalan  yang  harus ditempuh demi kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat."

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Al-Qur’an menurut bahasa, diambil dari kata kerja ﺃﺭﻗ yang berarti "bacaan". Sedangkan Al-Qur’an menurut istilah adalah Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang mempunyai nilai ibadah bagi orang yang membacanya.
Para ulama 'Ulum Al-Qur’an membagi sejarah turunnya Al-Qur’an dalam dua periode: (1) Periode sebelum hijrah; dan (2) Periode sesudah hijrah.  Ayat-ayat  yang  turun  pada  periode  pertama  dinamai  ayat-ayat Makkiyyah, dan ayat-ayat yang turun pada periode kedua dinamai ayat-ayat Madaniyyah.

DAFTAR RUJUKAN
            Sejarah Turunnya Al-qur’an. http://supardisaminja.blogspot.com . Diakses Hari Sabtu, tanggal 20 Oktober 2013, Jam 19.00