Senin, 17 September 2018

Akhi Siri'NaPacce




Jika aku seorang akhi siri' na Pacce' yang mengatakan cinta padamu karena Allah, namun tanpa malu mendekatimu,apa kamu tidak merasa takut terjerat padaku?

Jika aku seorang akhi siri' na Pacce' yang mengatakan cinta padamu karena Allah, namun tanpa malu dengan genit menggodamu,apa kamu tidak merasa risih pada kegenitanku?

Jika aku seorang akhi siri' na Pacce' yang mengatakan cinta padamu karena Allah, namun tanpa segan merayumu, apakah kamu akan terbuai oleh bujuk rayuku?

Jika aku seorang akhi siri' na Pacce' yang mengatakan cinta padamu karena Allah, namun tak bisa menjaga kehormatan ketika berdekatan denganmu, apakah kamu tidak bisa menolakku dengan perisai mulutmu?

Jika aku seorang akhi siri' na Pacce' yang mengatakan cinta padamu karena Allah, namun tanpa merasa berdosa berani menyentuhmu, apakah kamu tidak takut Allah murka padamu, masihkah kamu percaya pada ucapanku? tak curigakah kamu padaku? Tak inginkah kamu menjauhiku?

AKHWAT "SIRINAPACCE" KEKINIAN






Akhwat "siri'NaPacce" kekinian
Saat orang lain berlomba-lomba mempercantik wajah untuk diumbarkan.
Tetapi bagi Akhwat "siri'NaPacce", lebih sibuk membenahi aqidah dan akhlak agar mempertahankan kesholehan.

Perempuan "siri'NaPacce" kekinian
Saat orang lain sibuk mengejar dunia dengan segala kemewahan.
Tetapi bagi Perempuan "siri'NaPacce", lebih sibuk memperbaiki diri agar pantas menjadi penghuni surga yang penuh dengan kenikmatan.

Akhwat  "siri'NaPacce" kekinian
Saat orang lain sibuk menambah harta agar kaya dengan segala kemudahan.
Tetapi bagi Akhwat "siri'NaPacce", lebih merasa cukup dengan apa yang  di dapatkan.

Perempuan "siri'NaPacce" kekinian
Saat orang lain sibuk menambah koleksi pakaian
Tetapi bagi Perempuan "siri'NaPacce lebih  memilih tampil sederhana dengan hijab yang di syar'ikan

Akhwat  "siri'NaPacce" kekinian
Saat orang lain sibuk mengisi waktu luang dengan jalan-jalan
Tetapi bagAkhwat  "siri'NaPacce", lebih sibuk menimba ilmu keagamaan.

Perempuan "siri'NaPacce" kekinian
Saat orang lain sibuk membicarakan dunia dengan sejuta pujian.
Tetapi bagi Perempuani "siri'NaPacce", Lebih sibuk bangun di 1/3 malam untuk membicarakan segala keluh-kesah pada Tuhan.

Cita-citaku ESES hafidz 30 juz








Pulang kekampung atau hadir dikampung sendiri adalah momentum kebersamaan keluarga yang hampir punah disebabkan kesibukan yang berbeda-beda.

Entah mengapa tiba-tiba teringat sepotong cerita orang tua, perihal di suatu malam Jum'at terdengarlah suara adzan Maghrib berkumandang di Masjid Al-Amin Sanrangan . Dan pada saat waktu bersamaan pula terdengarlah suara tangisan bayi yang berucap "ngeak-ngeak" di atas rumah panggung sederhana.

Menyambung dari peristiwa tersebut, seolah mengingatkan Soekarno yang dikenal sebagai "putra sang fajar" , maka anak yang lahir dilorong cambayya juga di sebut "putra sang senja" yang pernah menulis "Cita-citaku hafidz 30 juz".

Cita-citaku hafidz 30 juz. Tulisan itu sudah mulai kurang jelas susunan huruf demi huruf pada buku yang sudah tidak awet muda lagi. Tulisan cita-cita itu seperti bahasa kebanggan, kesuksesan dan kebahagiaan tersendiri bagi seseorang kala itu.

Ya, memang harus di akui bahwa cita-cita menjadi orang yang hafidz Qur'an 30 juz itu tidaklah ringan dan mudah. Tidak semudah membalikkan telapak tangan. Karena hanya orang yang memiliki kekuatan iman dan kegigihan yang kuatlah yang mampu menjadi seorang hafidz sejati.

Dahulu, saat aku masih kecil, mungkin umurku kurang lebih lima sampai tujuh tahunan, aku pernah bercita-cita menjadi seorang tahfidz. Alasannya sederhana, mungkin saja itu lagi iseng-isengan dan juga bisa jadi pengaruh orang-orang yang berpendapat bahwa menjadi seorang tahfidz itu mulia bagi dunia dan akhirat.

Sejak saat itu aku selalu berusaha dan belajar dengan sungguh-sungguh untuk mewujudkan cita-cita itu. Terbukti, sejak aku kelas satu sekolah dasar, aku mengembala kambing, sapi, dan kerbau setelah pulang dari sekolah.

Tetapi, meskipun aku suka mengembala, aku juga selalu berusaha mendapat rangking satu di kelas. Sampai kelas enam sekolah dasar, aku tetap berusaha mendapat rangking satu. Namun pada puncaknya, yakni ketika pengumuman lulusan, prestasiku menurun. Aku mendapat rangking yang menurun dari harapan ketika aku lulus. Aku tergeser oleh rival ku sejak kelas satu dulu.

Setelah lulus dari SD Negeri Sanrangan yang berlokasi didesa , aku memutuskan melanjutkan pendidikan ke kota Makassar di SMP 10 Muhammadiyah Makassar yang memiliki sistem pendidikan agama Islam yang baik. Aku masuk ke SMP 10 Muhammadiyah itu bukan paksaan dari orangtua ku, tapi pilihanku sendiri. Di SMP 10 Muhammadiyah , aku mengenal kehidupan baru.

Hidup di kota Makassar yang jauh dari orangtua mengharuskan aku harus mandiri, punya banyak teman, saling bahu membahu dengan teman yang berasal dari berbagai daerah, dan kehidupan yang berbaur antara laki-laki dan wanita. itulah hal baru yang pertama kali aku dapatkan ketika waktu SMP di kota.

Ketika masuk SMP 10 Muhammadiyah Makassar, cita-citaku tidak berubah. Menjadi tahfidz.  Itulah cita-cita pertamaku.
 Sejak kelas tujuh SMP 10 Muhammadiyah aku sudah belajar dengan tekun. Meski aku mengakui, awal tahun pertama merupakan masa tersulit bagiku. Karena aku harus beradaptasi terlebih dahulu. Namun, aku tidak pesimis dengan keadaanku waktu itu.

Aku merasa kalau aku pasti bisa melalui masa-masa sulit itu. Aku membuktikan kalau aku memang mampu melewati masa-masa sulit itu dengan mencoba mengukir raihan prestasi meskipun itu sederhana agar tidak mengecewakan cita-cita. Mulai semester satu aku juga berusaha mendapat rangking di kelas walaupun itu berat.

Namun ternyata mulai semester dua sampai semester terakhir di SMP 10 Muhammadiyah, aku tidak biasa mendapat rangking, aku hanya bisa berusaha memberikan yang terbaik.

Setelah lulus SMP, aku menginginkan melanjutkan ke Madrasah Aliyah Negeri 1 Makassar, sekolah madrasah Aliyah favorit di kota Makassar. Setelah pengumuman kelulusan untuk di terima di sekolah tersebut, harus berakhir dengan alasan tidak mampu membayar biaya pendidikan disekolah ini. Dan akhirnya aku masuk di madrasah Aliyah istiqamah.

Namun ketika aku berada di kelas dua Aliyah, cita-citaku kandas bagaikan di bawa angin setelah aku masuk rumah sakit dan dirawat selama sepuluh hari. setelah keluar dari Rumah Sakit, aku merasa sudah tidak sanggup dan tidak mampu lagi meraih cita-citaku selama ini. Akupun tidak putus berpikir. Akhirnya aku memutuskan untuk kembali kepada Rabbku. Aku ingin selama sisa hidupku, aku gunakan untuk mengabdi kepada Rabbku. Saat itulah aku kembali mengingat cita-citaku hafidz Qur'an di waktu masih kecil di desa yang terkenal dengan jagung kuningnya.

Perjuangan meraih cita-cita ini tidaklah mudah. Setelah lulus Madrasah Aliyah, aku
 menginginkan melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi di Universitas Muhammadiyah Makassar sambil bekerja demi mendukung teraihnya impianku. namun ini sangat jauh dari jalan yang harus aku tempuh untuk mewujudkan impianku.

Tapi nyatanya cita-cita ku sebagai Tahfiz belum bisa diwujudkan. Aku akan tetap berusaha mewujudkan impianku lewat keluarga ku, sekampungku, atau pada siapa saja  yang dapat menjahit kembali cita-cita Tahfiz itu, walaupun cita-cita itu seperti menggenggam bara api. Dan semoga Allah SWT meridhoi dan memudahkan cita-cita Tahfiz ini, bagi siapapun yang mencita-citakannya.