Minggu, 21 September 2025

Sante Mako, Teako Rapa - Rapai!

 


Tanda orang baik Itu mungkin salah satunya " Tena Rapa-Rapa" . "Tena Rapa-Rapa" Berasal Dari Bahasa Makassar, Yang Jika Di Terjemahan Dalam Bahasa Indonesia, "Tidak Tergesa-Gesa" . Sante Mako Nah! Artinya: Eh Kamu Santai Aja kaleee..

Ya, Ketika Situasi Dan Kondisi Tidak Bersahabat, Apakah Kamu Harus Mengeluh, Marah, Bertindak Tanpa Perhitungan Dan Berbuat Ceroboh? Tentu Itu Bukan Pilihan Orang Cerdas.

Pilihan Orang Cerdas Itu, harus Mengusai Dirimu, Tidak Gegabah Dan Selalu Berbuat Dengan Perhitungan Yang Matang. Orang Yang Panik Mudah Berbuat Kesalahan, mudah Menyalahkan Orang Lain Dan Mudah Sekali Menyerah Terhadap Situasi Dan Kondisi.


Kalau Begitu, Tata Dirimu Dengan Mengusai Pikiran, Tindakan, Tulisan, Dan Ucapanmu. Jika Semua Itu Tertata Dengan Baik, Niscaya Akan Mendatangkan Pengaruh Dan Faedah Dalam Hidupmu. Bismillahirrahmanirrahim ! Hadirkan semangat 25 Oktober 1991 dan semangat 25 Oktober 2025 . Seimbangkan Hubungan Baikmu Sama Allah Dan Sesama Manusia.

Biasa biasalah!





Orang Makassar pasti mengenal kata “dudu”, yang artinya “terlalu” atau kelewat batas. Nah, kata “dudu” ini sering dikaitkan dengan sesuatu yang berlebihan, misalnya cinta dudu atau terlalu cinta dan benci dudu atau terlalu benci.

Kalau kita cinta pada pangkat, harta, gelar, atau pada pria maupun wanita, jangan sampai dudu! Jangan sampai keterlaluan hingga berubah jadi cinta buta yang habis-habisan.

Begitu juga dengan benci. Kadang tanpa sadar, sikap dan perkataan kita bisa melukai hati orang lain, membuat kecewa, bahkan menyakiti. Kalau benci itu berlebihan, akibatnya bisa berujung pada kesengsaraan atau bahkan kehancuran.

Makanya, kalau cinta maki’, benci maki’, tapi jangan pakai dudu. Karena cinta itu seharusnya membahagiakan, dan benci jangan sampai menambah susah atau membuat hidup makin sengsara.

Bahasa Makassar bilang:
👉 “Kita cintami"
👉" Kita bencimi"
tapi yang biasa-biasamo kapang, kodong.” Hehehe...

Mengapa?
Karena keadaan bisa berubah.
Bisa saja cinta berubah jadi benci, atau benci berubah jadi cinta mati. Allah SWT sendiri sudah mengingatkan dalam Al-Qur’an (QS. Al-Baqarah: 216):

“...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu...”

Artinya, cinta dan benci adalah energi besar. Kalau tidak dikendalikan, ia bisa membuat orang nekat, emosional, bahkan melakukan hal-hal di luar akal sehat. Atas nama cinta atau benci, tembok tinggi pun bisa ditembus.

Namun, kalau cinta diarahkan dengan baik, hasilnya luar biasa.

✅ Pengusaha yang cinta pada usahanya akan bekerja keras memberi manfaat bagi banyak orang.

✅ Penguasa yang cinta pada rakyatnya akan menjadikan jabatan sebagai amanah untuk membuat rakyatnya sejahtera.

Semua yang dilandasi dengan “Cinta Bismillah”, insyaAllah akan berbuah kebahagiaan, kesuksesan, bahkan pahala dunia-akhirat.

Sebaliknya, benci yang dudu bisa melahirkan dendam, kekerasan, hingga tindakan kejam yang tak terbayangkan.

Makanya, BIASA-BIASA SAJA.
Orang Makassar bilang: “Si taba-taba,” artinya yang sedang-sedang saja.

👉 Cintai sewajarnya.
👉 Benci sewajarnya.
👉 Jangan pakai dudu!

Karena kalau sudah “terlalu”,
biasanya berakhir dengan marah, kecewa, stres, dan kesengsaraan.