Sabtu, 21 Februari 2015

Seni Berbicara Efektif (Retorika)

BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Berbicara merupakan aktivitas rutin kita sehari-hari. Hasil penelitian ilmiah membuktikan, bahwa sebagian besar waktu bangun kita digunakan untuk berbicara dengan orang lain. Nyaris tidak ada seorang pun di dunia ini yang tahan untuk tidak berbicara. Kemampuan berbicara diyakini dapat meningkatkan kualitas eksistensi dan aktualisasi seseorang di tengah-tengah lingkungannya. Kemampuan orang dalam berbicara dapat menjadikan orang itu memiliki daya tarik dan pesona luar biasa bagi orang lain, sehingga ia menjadi idola yang didambakan oleh banyak orang.
Pembicaraan yang akan dapat meningkatkan kualitas eksistensi (keberadaan) kita di tengah-tengah orang lain, bukanlah sekadar berbicara, tetapi berbicara yang menarik (atraktif), bernilai informasi (informatif), menghibur (rekreatif), dan berpengaruh (persuasif). Dengan kata lain, kita mesti berbicara berdasarkan seni berbicara yang dikenal dengan istilah retorika.
Retorika adalah seni berkomunikasi secara lisan yang dilakukan oleh seseorang kepada sejumlah orang secara langsung bertatap muka. Oleh karena itu, istilah retorika seringkali disamakan dengan istilahpidato. Pada kesempatan ini, kita akan sama-sama membicarakan kiat-kiat agar pidato kita itu memiliki daya tarik, informatif, rekreatif, dan persuasif.

  1. Rumusan Masalah
    1. Bagaimanakah sikap gerak-gerik dan mimik ketika berpidato?
    2. Bagaimana menggunakan bahasa yang baik ketika berpidato?
    3. Bagaimana cara humor yang baik ketika berpidato?
  2. Tujuan Penyusunan Makalah
    1. Supaya Mengetahui sikap gerak-gerik dan mimik ketika berpidato
    2. Supaya dapat menggunakan bahasa yang baik ketika berpidato
    3. Supaya Mengetahui humor yang baik ketika berpidato
BAB II
PEMBAHASAN
Beretorika (berpidato) merupakan seni berbicara didepan umum, merupakan bentuk komunikasi langsung yang dituangkan dalam bentuk kata-kata oleh pembicara (orator) kepada sasaran pidato (khalayak).
Sebagai seni berbicara, maka berpidato memerlukan keahlian bagi seorang orator. Untuk mendapatkan keahlian tersebut, seorang orator harus sering melakukan latihan serta mengetahui juga langkah-langkah untuk mendapatkan keterampilan dan seni berbicara tersebut. Hal-hal yang harus dikuasai oleh seorang orator yaitu gerak-gerik dan mimik ketika berpidato, mengetahui bahasa yang baik dalam berpidato serta faham akan pentingnya humor dalam berpidato.
  1. A.    Sikap Gerak-Gerik dan Mimik
Dalam sebuah pidato sikap pembicara, gerak-gerik dan juga mimiknya sangat diperlukan supaya materi yang disampaikan dapat diterima dan juga tidak membosankan pendengar. Gerak-gerik adalah gerak badan atau gerak tubuh ketika merespon suatu kata atau kalimat yang diucapkan ketika berpidato.
Gerak-gerik dan mimik yang tepat dapat menunjang keefektifan berbicara. Pembicara juga terjaga dari kekakuan. Hal-hal yang penting selain mendapat tekanan juga dapat dibantu dengan gerak tangan atau mimik. Hal ini dapat menghidupkan komunikasi agar pembicara juga terjaga dari kekakuan
Seorang pembicara harus tampil dengan berani di depan pendengarnya. Sikap percaya diri merupakan kunci utama untuk berani berbicara di depan umum. Sikapnya harus tenang saat berbicara. Pendengar akan dapat diyakinkan bila pembicara berbicara dengan penuh keberanian dan percaya diri yang tinggi. Sebaliknya, jika seorang pembicara berbicara dengan malu-malu dna kurang percaya diri maka pendengar akan meragukan kredibilitas dari pembicara, apalagi hal yang sedang dibicarakan olehnya.
Selain itu, seorang pembicara yang lancar dalam berbicara akan memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraanya. Sering kita mendapatkan seorang pembicara yang berbicara terputus-putus atau terbata-bata. Hal ini akan mengganggu daya simak pendengar. Pembicara yang terlalu cepat juga akan mempersulit pendengar menangkap pokok pembicaraan. Pembicara yang baik harus berbicara dengan lancar, tidak terlalu cepat dan tidak juga terlalu lambat.
Jika kita sedang menyampaikan pidato atau presentasi kita harus mengetahui pentingnya pemahaman 55% visual dan 38% paralanguage. Oleh karena itu, kita harus mengetahui tips-tips dibawah ini:
  1. Cobalah untuk tidak berdiri saja, khususnya jika terdapat podium. Lakukan gerakan agar pendengar tetap terjaga.
  2. Jika terdapat podium, cobalah untuk tidak memegang erat podium tersebut. Itu hanya akan menunjukkan sikap keragu-raguan kita.
  3. Jaga kepala agar tetap tegak.
  4. Perhatikan lengan kita dengan telapak tangan selalu menghadap ke atas.
  5. Jika kita mengacu pada layar, jangan lupa untuk menjaga agar tubuh bagian depan tetap menghadap ke arah pendengar.
  6. cobalah untuk tidak melihat ke bawah, baik itu melihat catatan maupun lantai.
  7. Sesekali gunakan kontak mata dengan semua pendengar dengan cepat. Para pendengar seolah-olah ingin melihat kita berbicara dengan para pendengar. Cara ini mengesankan keramahan dan kredibilitas kita yang tinggi.
  8. Variasikan gaya penyampaian kita dengan mengubah ritme suara, seperti kenyaringan dan naik-turun suara.
  9. Jika para pendengar mulai bosan, kita bisa sejenak mengubah topik atau menghentikan presentasi (jika memungkinkan).

  1. B.     Bahasa dalam Berpidato
Bahasa merupakan wahana komunikasi utama manusia. Dalam arti luas, bahasa budaya memiliki dua ciri utama; pertama, bahasa digunakan dalam proses transmisi pesan, kedua; bahasa merupakan kode yang penggunaannya ditentukan bersama oleh warga suatu kelompok atau masyarakat.
Untuk mempelajari dunia sekeliling kita, bahasa menjadi peralatan yang sangat penting dalam memahami lingkungan. Melalui bahasa kita dapat mengetahui sikap, perilaku dan pandangan suatu bangsa, meski kita belum pernah berkunjung ke negaranya. Pendek kata bahasa memegang peranan penting bukan saja dalam hubungan antarmanusia, tetapi juga dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pewarisan nilai-nilai dari generasi pendahulu kepada generasi pelanjut.
Bahasa mengembangkan pengetahuan kita, agar kita dapat menerima sesuatu dari luar dan juga berusaha untuk menggambarkan ide-ide kita kepada orang lain. Dalam retorika bahasa sangat penting untuk dikuasai oleh seorang pembicara/nara sumber karena dengan mengusai bahasa, pesan yang disampaikan akan lebih mudah diterima oleh khalayak.
Ada beberapa hal yang harus dikuasai oleh seorang orator/pembicara agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh khalayak/pendengar, yaitu:
  1. 1.      Gaya Lisan
Gaya lisan merupakan kualitas berbicara yang jelas dibedakan dengan bahasa tulisan.  Susunan kata dan tata bahasa yang Anda gunakan tidak dapat berbicara persis seperti yang Anda tulis. Berdasarkan pengamatan sejumlah tulisan dan pengamatan dari beberapa peneliti, De Vito (1965, 1990) menyatakan bahwa pada umumnya  bahasa lisan terdiri dari kata-kata yang lebih sederhana, lebih pendek, dan lebih populer daripada kata-kata dalam bahasa tulisan. Bahasa lisan mengandung sejumlah besar istilah referensi sendiri, ungkapan, istilah yang kuantitatif semu (misalnya banyak, sangat, berbagai, sejumlah), lebih banyak mengandung pernyataan yang menyatukan pembicara sebagai bagian dari pengamatan, dan lebih banyak menggunakan kata benda daripada kata keterangan. Sebagaian besar gaya berbicara ini harus dipertahankan di dalam pembicaran di depan umum, namun harus diberikan polesan gaya yang diperkirakan cocok untuk keperluan bericara dan paling efektif dalam mengomunikasikan maksud kepada khalayak pendengar.
Berikut ini pedoman dalam menyusun pidato dalam rangka menghasilkan gaya lisan yang memperhatikan kesempurnaan dan persuasif:
  1. kita bicarakan dahulu bagaimana memilih kata untuk mencapai gaya pidato yang efektif.
  2. kita akan mengupas beberapa saran dalam menyusun gaya kalimat yang memberikan kejelasan dan penguatan.
  3. 2.      Pilihan Kata
Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Maksudnya agar mudah dimengerti oleh pendengar. Pendengar akan lebih mudah paham bila kata-kata yang digunakan sudah dikenal oleh pendengar. Misalnya kata-kata populer tentu akan lebih efektif daripada kata-kata yang berasal dari bahasa asing yang jarang dikenal oleh pendengar. Pendengar akan lebih tertarik dan senang mendengar jika pembicara berbicara dengan jelas dalam bahasa yang dikuasainya. Pilihan kata juga disesuaikan dengan pokok pembicaraan. Jika pokok pembicaraan adalah masalah ilmiah, tentu penggunaan kata istilah tidak dapat dihindari dan pendengar pun akan dapat memahami karena pendengarnya biasanya orang yang mengerti bidang yang sedang dibicarakan.
Uraian dalam gaya bericara harus merupakan tujuan utama dalam berpidato. Berikut pedoman untuk membuat pembicaran yang lebih jelas.
  1. Yang ringkas, contoh warnanya biru, pukul 21.00 malam hari
  2. Gunakan istilah dan angka spesifik, contoh lebih baik katakan anjing daripada makhluk hidup
  3. Gunakan ungkapan yang memandu contoh pendapat saya berikutnya adalah …, coba kita perhatikan bagaimana cara.
  4. Gunakan istilah pendek, populer, dan umum, contoh lebih baik mengatakan menggali daripada mengorek keterangan
  5. Gunakan ulangan dan ringkasan internal
  6. Gunakan kata kerja aktif, contoh lebih baik manajemen menemui kita besok daripada manajemen akan berada di sini besok.
  7. Gunakan teknik berpidato, perhatikan aliterasi, hiperbola, metafora, metonimi, personifikasi, pertanyan retorik, dan simile
  8. Gunakan indera, rangsang indera perasaan khalayak
  9. Indera penglihatan, dalam menguraikan obyek ciptakan bayangan seolah-olah khalayak melihatnya mulai visualisasi tinggi, berat, warna, berntuk, besaran
  10. Indera pendengaran, rangsang khalayak untuk menguraikan bunyi, misal angin mendesisi, teriakan guru
  11. Indera perasa, gunakan istilah yang merangsang perasaan pendengar, misal halusnya kulit bayi yang baru lahir, kasarnya kertas ampelas
  12. Kesesuaian, mengikuti pedoman untuk membantu memilih bahasa yang sesuai
  13. Berbicara pada formalitas yang sesuai, misalnya ucapkan takkan daripada tidak akan
  14. Hindari kata asing, jargon, kata teknis, dan singkatan. Memang beberapa singkatan tak asing bagi pendengar, namun harus hati-hati karena tidak semua pendengar paham. Oleh sebab itu, penggunaan singkatan harus diikuti oleh penjelasan artinya.
  15. Hindari siang dan ungkapan vulgar, tidak boleh menyinggung perasaan pendengar
  16. Hindari istilah dan ungkapan yang ofensif, misal lebih baik menyebut pemain drama daripada dramawan
  17. Gaya personal, lebih baik pembicara yang bericara dengan mereka daripada berbicara kepada mereka
  18. Gunakan kata ganti orang, misal lebih baik ia, saya, anda daripada seseorang
  19. pertanyaan langsung ke khalayak, mengajak pendengar untuk menjadi bagian acara dari pembicaraan
  20. Ciptakan kesiapan, lebih baik mengatakan Anda akan menyukai membaca… daripada Setiaporabg akan menyukai membaca…
  21. Penguatan, dengan mengendalikan perhatian, pikiran dan perasaan khalayak, dengan bahasa yang menguatkan
  22. Hilangkan yang melemahkan, misalnya rasanya, menurut pendapat saya
  23. Hindari kata umum dan klise, misalkan saya tidak mengetahui seni modern, tetapi saya tahu apa yang saya sukai atau ungkapan klise seperti manis seperti madu
  24. Mainkan intensitas suara dengan derajat inetnsitas gaya yang berbeda-beda untuk menciptakan suasana yang mendalam
    1. 3.      Pembentukan Kalimat
Pidato yang efektif memerlukan perhatian khusus dalam pembentukan kalimat. Berikut ini beberapa pedomannya.
  1. Pilih kalimat pendek
  2. Pilih kalimat langsung, misalnya lebih baik mengatakan Kita tidak usah menerima rancangan … saya tunjukkan kepada Anda tiga alasan daripada Saya ingin memberitahu Anda mengenai tiga alasan mengapa kita tidak perlu menerima rancangan …
  3. Pilih kalimat aktif, lebih baik mengatakan Manajemen menyetujui proposal itu daripada Proposalnya disetujui oleh manajemen
  4. Gunakan kalimat yang positif, lebih baik mengatakan kami menolak proposal itu daripada kami tidak menerima proposal itu
  5. Variasi jenis dan panjang kalimat.Kalimat harus pendek, langsung, aktif, dan positif memang benar, namun terlalu banyak kalimat yang jenis dan panjangnya sama akan terasa membosankan. Gunakan variasi dalam pembentukan kalimat sementaras dengan tetap memperhatikan pedoman umum di atas.

  1. Humor dalam berpidato
Humor dalam sebuah pidato sangat diperlukan dengan tujuan supaya enak didengar dan juga pembicaraan menjadi lebih hidup. Para ahli retorika, mengukur, minimal dua humor dalam satu jam ceramah, tidak menyimpang dari makna dan tujuan dakwah, humor tidak bertentangan dengan essensi dakwah yang mengandung ajakan kepada kebaikan sekaligus pencegahan dari kemungkaran.
Patokan humor (Alan Butcwater, 1990) yaitu:
  1. Sesuai dengan konteks pembicaraan
  2. dapat dimengerti spontan oleh pendengar
  3. Mampu menggugah daya nalar
BAB III
KESIMPULAN
Pidato adalah bentuk komunikasi  lisan yang memiliki unsur-unsur berupa intonasi, gerak-gerik dan mimik dalam penyampaiannya, sehingga agar mampu berpidato dengan baik, seseorang harus belajar. Kemampuan berpidato dengan baik akan mempunyai nilai tinggi bagi da’i dalam suatu masyarakat.
Berpidato untuk mendapatkan hasil yang memuaskan maka kita juga harus mengetahui terlebih dahulu tujuan kita saat akan berpidato, ada tiga tujuan pidato yang harus kita ketahui  yaitu Pidato Informatif, Pidato Pesuasif , Pidato Rekreatif.
Untuk mencapai tujuan-tujuan pidato tersebut, maka kita juga di tuntut mampu menyampaikan pidato dengan baik dan maksimal.
Dalam melakukan pidato, kita harus menyiapkan diri kita baik itu dari materi yang ingin disampaikan, media apa yang akan digunakan dan juga kesiapan diri kita sendiri agar apa yang kita berikan atau kita sampaikan kepada audiens, sehingga pesan kita dapat diterima dengan baik dan apa yang di sampaikan dapat sesuai dengan tujuan yang ingin kita sampaikan.
Selain itu dalam berpidato kita harus memilih jenis pidato yang sesuai dengan kemampuan kita, agar dalam pemaparannya kita lebih menguasai apa yang ingin kita sampaikan. Akan tetapi, apabila kita manguasai semua jenis-jenis pidato itu, maka akan manjadi nilai yang lebih untuk kita sendiri di dalam masyarakat.
Pembicara yang baik akan mempunyai penalaran yang baik pula. Gagasan demi gagasan haruslah berhubungan dengan logis. Pemikiran pembicara yang disampaikan hingga mendapat suatu kesimpulan haruslah logis. Hal ini berarti hubungan kalimat dengan kalimat harus jelas dan logis serta berhubungan dengan pokok pembicaraan.









Daftar Pustaka
  1. Rangkuman dari DeVito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antarmanusia. Jakarta: Professional Books
  2. http://endonesa.wordpress.com/bahasan-bahasa/gaya-dan-bahasa-pidato-di-depan-umum/
  3. Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Retorika Modern; Pendekatan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
  4. http://danjoruedu.blogspot.com/2012/02/sikap-kita-dalam-menyampaikan-pidato.html
  5. http://iwanrosadi.blogspot.com/2012/05/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html

Tidak ada komentar: