Sabtu, 21 Februari 2015

Retorika Ala Obama Lima Cara yang Anda Bisa Pelajari!

Obama, bukan siapa-siapa sebelum pencalonannya sebagai Presiden dari Partai Demokrat. Lawan-lawan politiknya memandang remeh orang ini. Tetapi, ketika kesempatan kampanye itu datang, Obama ternyata mampu menghipnotis jutaan rakyat Amerika. Satu persatu daerah pemilihan dimenangkannya. Dimana kemampuan orang ini? 

Kekuatan Obama adalah kemampuan retorika! Kemampuan ini mustinya menarik untuk dipelajari oleh para Leader. Kemampuan bicara, retorika, publik speaking, persuasi atau apapun bentuknya, yang musti dikuasai oleh para Leader! Komunikasi verbal menjadi kemampuan penting dari faset komunikasi. 

Media massapun senang mengutip kalimat-kalimat Obama. Mereka menilai, Obama memukau karena susunan kalimat-kalimat dan gaya bicaranya yang santun namun tegas. Ia tidak suka menyerang lawan politiknya, bahkan dalam beberapa kali kampanyenya, ia justru memuji Hillary dan Mc.Cain. Kontras dengan penampilan lawan politik yang senang menyerang. Tetapi rakyat Amerika ternyata lebih empati pada tokoh kulit hitam ini. 

Para Leader bisa mempelajari bagaimana Obama bisa memukau publik, demi meningkatkan kemampuan retorika Anda! 

Obama mampu menghipnotis public bahkan di awal pidatonya. Dan terus menerus mampu menjaga perhatian public kepada dirinya. Ia memenuhi target penting dari public speaking: perhatian publik! 

Sims Wyeth, seorang pelatih dan konsultan komunikasi oral, mencermati dimana kekuatan pidato Obama. Ia menyajikan lima hal yang bisa diperoleh dari gaya retorika Obama. 

1. Mulai dari concern audience. 

Ingat, Obama membuka pidato dengan cerita-cerita yang beredar di kalangan congress AS sewaktu ia pidato di depan congress. Ia mulai dengan cerita bagaimana susahnya menjadi anggota congress yang terpaksa tidak tidur bermalam-malam hanya untuk membahas kemungkinan penurunan tunjangan sekolah karena kekurangan biaya. 

Audience terlibat secara emosi dengan pengantar pidatonya! Baru kemudian Obama mengutarakan apa strateginya. Ini pendekatan yang brilian. Para Leader bisa melakukannya! Mulailah bicara dari gambaran situasi emosi yang dihadapi oleh audience. Kemudian, perhatikan bahasa tubuh para pendengar Anda. Bila mereka mengangguk- angguk tanda setuju, lanjutkan dengan menjelaskan permasalahan dan tantangan yang ada dalam benak para audience. Intinya, mulailah bicara dari concern pendengar Anda, dan kemudian bombing mereka ke arah yang Anda tuju. 

2. Keep It Simple 

Selama kampanye Presiden, Obama selalu menekankan pesan utama “Change You Can Believe In” . Ini pesan yang sederhana dan mudah diingat.  Tentu saja, beberapa pengamat komunikasi menertawakan trik ini, tetapi Obama berhasil! Pesan ini menyajikan kesederhanaan dan memudahkan para perancang grafisnya untuk menyusun strategi dekorasi di arena kampanye. 

Anda bisa melakukannya. Buatlah pesan Anda sederhana, biarpun Anda memiliki segunung ide! 

Pertama kali, sesuaikan pesan inti Anda. Pada waktu perencanaan pesan kampanye “Change You Can Believe In” ini, dalam tim komunikasi Obama terjadi debat berkepanjangan yang melelahkan. Tetapi sekalinya keutusan itu diambil, tidak ada lagi yang perlu diperdebatkan. 

Pidato Obama, selalu dimulai dari hal besar, kemudian memangkasnya sedikit demi sedikit sampai ke inti pesan. Ubah! Sekali Anda bisa melakukannya, Anda bisa membiasakan diri. 

Tentu saja cara ini bukan hanya berlaku di dunia politik, tetapi juga berlaku dalam presentasi bisnis. Pesan akan lebih bernuansa dan lebih detail. Obama menggunakan slogan sederhana ini dan membuat jutaan rakyat Amerika percaya bahwa ia adalah politisi yang mampu mermbuat perubahan. Obama memenangkan hati dengan slogan sederhana yang memberikannya banyak kemudahan untuk masuk dalam topic-topik lain, misalnya kesehatan, terorisme dan ekonomi. 

Komunikator bisa terjebak dalam kesalahan serius jika menyajikan argumentasi komplit dalam upaya persuasi. Mengapa? Karena audience memiliki keterbatasan ‘rentang perhatian’ (span of attention)  dan keterbatasan kemampuan untuk terus menerus terjaga pada pesan yang disampaikan oleh pembicara. Jangan khawatir bila harus meninggalkan beberapa detail, Anda musti selekstif, detail mana yang tepat untuk audience Anda. Apa hebatnya sebuah pidato penuh detail argumentasi jika tidak terserap oleh audience? 

3. Antisipasi pikiran audience 

Tim penulis naskah pidato Obama pasti memahami petuah dari Goethe, “Every word that is uttered evokes the idea of its opposite.” Artinya, bahwa pada saat Anda menyampaikan salah satu sudut pandang, sangat mungkin jika audience malah memikirkan hal lain yang tidak Anda sebutkan dalam topic pidato Anda. 

Sebuah presentasi yang tidak memperhatikan kemungkinan pikiran audience akan kehilangan perhatian mereka karena gagal menjawab apa yang menjadi concern audience. Jadi, bertidaklah antisipatif. Tunjukkan perhatian pada audience, bahwa Anda memahami jalan pikiran mereka, dan jelaskan bahwa ide atau penjelasan Anda bisa lebih sesuai. 

Obama melakukan cara ini dengan sangat efektif. Dalam kampanyenya ketika orang-orang mempertanyakan kelayakan ras kulit hitam sebagai presiden Amerika, Obama menyebutkan, misalnya, bahwa dia telah membangun ”Koalisi besar dari warga negara Amerika-Afrika dengan Amerika kulit putih. Ras bukannya tidak menjadi isu penting dalam kampanye. Tetapi video-video itu justru menjadikan pembuatnya tampak sangat buruk”. 

Pidato itu sangat powerful dan dipuji seluruh dunia. Pidato itu efektif karena Obama berani membiarkan setiap orang berpikir bahwa ia telah mempertimbangkan secara matang mengenai ras dan terutama membuktikan sikap Obama yang mengakomodir kedua belah pihak yang kontroversial. Gunakan cara ini, manfaatkan kontoversi yang ada. Pendekatan semacam ini tidak hanya akan menarik perhatian audience tetapi juga sekaligus membawa audience simpati dan mendekat ke Anda. 

4. Belajar membuat jeda 

Obama sangat menguasai seni membuat jeda dalam setiap pidatonya. Dia membiarkan beberapa detik jeda diantara pembicaraannya untuk membuat audience menangkap maksudnya. Dia membuat beberapa detik jeda untuk memastikan suaranya bergema dalam hati audiencenya, untuk membantu mereka rileks. Jeda membuat impresi  bahwa si pembicara mampu mengontrol dirinya sendiri. 

Perhatikan opening speech Obama ini: 
“If there is anyone out there / who still doubts / that America is a place / where all things are possible, / who still wonders / if the dream of our founders / is alive in our time, / who still questions / the power of our democracy, / tonight / is your answer.” 

Dimanapun Anda ambil jeda itu, terserah Anda sendiri. Tidak ada patokan yang pasti mengenai hal itu. Tetapi Anda harus melatih diri Anda. Dengan pelan, hirup nafas Anda dalam hitungan ketiga dalam setiap jeda. Tujuan dari latihan ini juga untuk membuat tubuh Anda rileks. 

5. Kuasai bahasa tubuh 

Bahasa tubuh Obama rileks dan lancer. Tidak menunjukkan ketegangan dan kekhawatiran. Dia kalem dan asertif  yang membuat orang-orang mengikuti permintaan Anda. 

Untuk menyajikan bahasa tubuh yang efektif bagi Anda, fokuskan pada salah satu atribut bahasa tubuh, misalnya kalem, dan berlatihlah menunjukkan kekaleman Anda sebagai gerakan dasar tubuh Anda, mulai dari cara berpakaian di pagi hari, berangkat ke tempat kerja, menyapa teman dan relasi kerja.  

Studi di Amerika, menyarankan bahwa focus pada salah satu atribut adalah cara yang paling efektif untuk mempelajari perilaku baru. Biasanya akan terasa terpaksa di tahap awal, tetapi tidak lama akan menjadi alami dan membuat bahasa tubuh Anda  menjadi benar- benar tampil kalem alami. 

Kemudian Anda musti berlatih didepan orang-orang. Berlatihlah berjalan kalem didepan ruangan rapat misalnya. Mengatur kertas- kertas Anda dengan kalem. Tatap audience Anda dengan sikap asertif. Biarkan kesunyian sesaat dan sampaikan kalimat pembuka Anda. 

Sikap kalem, menunjukkan kewenangan. Bersikaplah bahwa Anda dalam keadaan terkontrol oleh diri Anda sendiri, baru kemudian Anda akan mampu mengontrol dan mendapatkan perhatian. 

Tidak ada komentar: