Jumat, 21 Desember 2018

TAJWID CINTA ESES




Ketika ku pertama melihatmu, hatiku tak mampu memaknai rasa, seakan berjumpa dengan ayat الٓم،الر،طه،يٓس، dan seterusnya, meskipun singkat namun maknanya terungkap

Saat pertama kali berjumpa denganmu, aku bagaikan berjumpa dengan Saktah, yang hanya bisa terpana dengan menahan nafas sebentar …

Aku di matamu mungkin bagaikan Nun mati di antara Idgham Billaghunnah, terlihat, tapi dianggap tak ada …

Aku ungkapkan maksud dan tujuan perasaanku seperti Idzhar, jelas dan terang …

Jika Mim mati bertemu Ba disebut Ikhfa Syafawi, maka jika aku bertemu dirimu, itu disebut cinta …

Namun, cinta kita bukanlah seperti ikhfa yang tak terlihat nyata apabila nun mati bertemu dengan ke 15 hurufnya …

Sejenak pandangan kita bertemu, lalu tiba-tiba semua itu seperti Idgham Mutamaatsilain, melebur jadi satu …

Sayang dan cintaku padamu bagai Mad Wajib Muttashil, harus senantiasa panjang …

Cintaku padamu seperti Mad Lazim, paling panjang di antara yg lainnya …

Setelah kau terima cintaku nanti, hatiku rasanya seperti Qalqalah Kubro, terpantul-pantul dengan keras …

Dan akhirnya setelah lama kita bersama, cinta kita seperti Iqlab, ditandai dengan dua hati yg menyatu …

Akan tetapi, janganlah kau ubah cinta ini seperti Nun mati dalam Iqlab yang di ubah dengan Mim.

Sayangku padamu seperti mad thobi’I dalam Al-Quran.. Buanyaaakkk beneerrrrr …

Semoga dalam hubungan kita ini seperti Idgham Bilaghunnah yg cuma berdua, Lam dan Ro’ …

Meski perhatianku gak terlihat seperti Alif Lam Syamsiah, namun cintaku padamu seperti Alif Lam Qomariah, terbaca jelas …

Kau dan Aku sepeti Idgham Mutaqooribain, perjumpaan 2 huruf yang sama makhrajnya tapi berlainan sifatnya …

Aku harap cinta kita seperti Waqaf Lazim, terhenti sempurna diakhir hayat ….

Sayang, hubungan kita ini layaknya Waqaf Kafi yang berhenti akan lebih baik daripada dilanjutkan …

Seperti Hamzah Qat’ie yang perlu disebut, begitu pula namamu yang harus kusebut sebelum aku tertidur dan bermimpi indah …

Di dalam hatiku cuma ada kamu, layaknya Idgham Mithlain Sighair, uma satu, yaitu mim …

Tersebab mendo’akanmu kini do’aku seperti Mad Far’i, lebih panjang bacaannya dari yang biasa …

Layaknya huruf Tafkhim, mamamu pun bercetak tebal di fikiranku …

Seperti hukum Imalah yang dikhususkan untuk Ro’ saja, begitu juga aku yg hanya untukmu …

Sama halnya dengan Mad ‘Aridh dimana tiap Mad bertemu Lin Sukun Aridh akan berhenti, seperti itulah pandanganku ketika melihatmu …

Kita awali cerita cinta kita seperti Mad Mukhaffaf ataupun Mutsaqqal Harfi, yaitu permulaan surat yang hurufnya dibaca jelas dan dipanjangkan …

Dan kita juga harus mengakhirinya saat maut menjemput dengan kenangan sepanjang masa seperti Mad ‘Iwadh, walaupun hurufnya di akhir kalimat, dia harus tetap dibaca panjang …

Semoga aku jadi yang terakhir untuk kamu seperti Mad Aridh Lissukun …

Tidak ada komentar: