Rabu, 18 Maret 2015

Bahagia Ber-HMI



Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai ujung tombak perubahan dan pembaharuan terhadap fenomena kebangsaaan dan keummatan.Oleh karena itu jika pedoman-pedoman organisasi, Nilai Dasar Perjuangan (NDP), Anggaran Dasar dan Rumah Tangga (AD/ART) hanya dimaknai sebagai sebuah dokumen yang tak bermakna sementara pedoman tersebut merupakan tafsir terhadap ruh perjuangan HMI maka konsekuensi logis sampailah organisasi perjuangan ini kepada titik nadir perjuangan.
Dengan rumusan rencana strategis maupun taktis yang efektif dan produktif tentunya akan menghidupkan kembali semangat perjuangan “Sang Hijau Hitam”. Berangkat dari evaluasi sistematis akan melahirkan konsep kritis, taktis yang sinergis terhadap platform dasar HMI sebagai organisasi perjuangan serta tujuan HMI “TERBINANYA INSAN AKADEMIS PENCIPTA,PENGABDI YANG BERNAFASKAN ISLAM DAN BERTANGGUNJAWAB ATAS TERWUJUDNYA MASYARAKAT ADIL MAKMUR YANG DIRIDHOI ALLAH SWT” khittah HMI sebagai organisasi perjuangan menjadi spirit serta ruh agar organisasi tetap eksis serta progress untuk melakukan perubahan serta pembaharuan yang signifikan dibangsa Indonesia ini.
Meskipun HMI merupakan organisasi yang menjadikan Islam sebagai sumber motivasi, nilai dan inspirasi dalam ideologi pergerakannya, paradigma keislaman HMI berintegrasi dengan spirit keindonesiaan sehingga tidak ada dikotomi esensial antara nilai ajaran keislaman HMI dan ideologi Pancasila dalam bingkai NKRI. Komitmen itu sudah dicontohkan HMI tatkala gonjang-ganjing penerapan asas tunggal Pancasila pada 1985. HMI akhirnya setuju bahwa Pancasila sebagai asas ideologis yang tidak bertentangan dengan Islam. Sejak itulah HMI terus bersenyawa dengan NKRI dalam pantulan gagasan dan pemikiran cahaya keikhlasan berjuang untuk Indonesia tanpa mendebat kembali relasi antara agama (Islam) dan negara.
Tak bisa diabaikan bahwa keberadaan HMI saat ini dibayang-bayangi dengan keberhasilan peran besar HMI di masa lampau. Para kader sudah sepatutnya berkontempelasi atas manifesto perjuangan HMI menapaki dinamika tahun 1965 dalam menghadapi tekanan kuat dari Partai Komunis Indonesia (PKI). “Baiklah, HMI tidak akan saya bubarkan. Tetapi saya meminta jaminan HMI akan menjadi organisasi yang progesif dan revolusioner”, ucap Bung Karno kepada dan Saifuddin selaku Menteri Agama pada saat itu.
HMI dewasa ini juga harus menghadapi lingkungan globalisasi yang menuntut mahasiswa berkeinginan segera menuntaskan studinya dengan sedikit waktu berorganisasi dan berdiskusi perihal analisis sosial di luar kelasnya. Tantangan hiruk-pikuk bangku perkuliahan saat ini, berpotensi membuat jenjang perkaderan HMI terdistorsi dalam membentuk kader yang profesional, bermoral, menjunjung keterbukaan dan tanggung jawab.
Mengingat kian masifnya fenomena gerakan radikalisme agama pada era global ini perlu diantisipasi lebih terorganisasi. Sangatlah penting bagi HMI sebagai organisasi mahasiswa Islam tertua dan terbesar di Indonesia untuk mengambil peran sentral meredam gerakan radikalisme agama yang semakin mengkhawatirkan. Paradigma keislaman HMI yang mengedepankan Islam rahmatan lil ‘alamin.
Meskipun demikian, Perumusan tujuan dan sifat organisasi mahasiswa Islam, masih sangat relevan dengan perkembangan zaman. Hal ini setidaknya mengindikasikan, sebuah pemikiran yang mendalam dari para pendiri HMI. Bahwa HMI akan selalu berada di tengah-tengah Masyarakatnya, masyarakat Islam dan Indonesia. Sebagai organisasi kader, maka HMI harus bersifat mandiri, independen, di tengah pluralism umat dan kebhinekaan bangsa.
Hal ini diperlukan, untuk dapat menjadi perekat kebhinekaan kebebasan berpikir untuk menjadi formula yang terbaik di segala bidang, yang bermanfaat bagi seluruh masyarkat. Independensi juga diperlukan untuk menjaga kejernihan berpikir, sehingga objektifitasnya terjaga.
Bahkan latar belakang pemikirannya dalam pendirian HMI adalah: “Melihat dan menyadari keadaan kehidupan mahasiswa yang beragama Islam pada waktu itu, yang pada umumnya belum memahami dan mengamalkan ajaran agamanya. Keadaan yang demikian adalah akibat dari sitem pendidikan dan kondisi masyarakat pada waktu itu. Karena itu perlu dibentuk organisasi untuk merubah keadaan tersebut. Organisasi mahasiswa ini harus mempunyai kemampuan untuk mengikuti alam pikiran mahasiswa yang selalu menginginkan inovasi atau pembaharuan dalam segala bidang, termasuk pemahaman dan penghayatan ajaran agamanya, yaitu agama Islam. Tujuan tersebut tidak akan terlaksana kalau NKRI tidak merdeka, rakyatnya melarat. Maka organisasi ini harus turut mempertahankan Negara Republik Indonesia kedalam dan keluar, serta ikut memperhatikan dan mengusahakan kemakmuran rakyat.
Gagasan kritis dan rencana strategis yang ideal membuat organisasi ini menjadi benteng besar terhadap birokrasi yang diluar dari koridor harapan masyarakat. Konsistensi HMI untuk mengawal perubahan, pembaharuan serta pembangunan bangsa dibuktikan dengan banyaknya tokoh tokoh intelektual dan politik yang lahir dari rahim HMI ini tentunya memberikan konstribusi besar terhadap perubahan di masyarakat dan struktur pemerintahan indonesia. Keterlibatan HMI di tengah hiruk pikuk persoalan bangsa ini mengalami distorsi terhadap khittah HMI sebagai organisasi perjuangan.
Karakter kader HMI yang kritis dan intelek merupakan ekspektasi dari orientasi training, kader HMI mestinya menjadi cerminan bagi setiap mahasiswa yang mengharapkan perubahan secara totalitas terhadap karakter berpikir yang dipahami sebelumnya. Organisasi perkaderan idealnya akan mengahasilkan kader-kader yang intelek,kritis dan kooperatif sehinggan mission organisasi akan terealisasikan dengan adanya kesadaran kolektif bagi seluruh stackholder yang ada di Internal HMI. Kolektifitas kader sangat dibutuhkan guna terciptanya Insan pencipta serta pengabdi, keniscayaan yang tak bisa ditolak bagi seluruh kader yakni loyalitas, militansi dan tanggungjawab akan visi, misi dan tujuan dari organisasi.
Masa depan HMI yang cerah menjadi harapan seluruh anggota dan kader yang berkiprah menjadi pioner-pioner organisasi. Ikut berjuang mempertahankan eksistensi HMI sebagai organisasi pergerakan menjadi landasan utama agar organisasi mampu melakukan perubahan sosial ditengah arus zaman yang semakin mencekam perkembangan kemanusian manusia. Padahal dewasa ini, ide-ide yang dulu kontraversial itu telah menjadi mainstream dan mulai banyak mendapat apresiasi positif dari khalayak masyarakat. Apalagi tantangan HMI saat ini ialah ditengah maraknya koruptor, kader HMI juga jangan mengedepankan kepentingan pribadi tetapi harus memikirkan kepentingan masyarakat di Negeri ini. Brandstroming merupakan nilai lebih yang dimiliki HMI kemarin, kini dan nanti.
Maka dari itu sangat berbahagia sekali jika kita sebagai kader HmI selalu Ber-HmI untuk menjadi kader yang kritis, profesional dan progresif demi terwujudnya mission HmI.Yakin Usaha Sampai (Yakusa) Bahagia HMI.
Bottom of Form

Tidak ada komentar: