Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) sebagai ujung tombak perubahan dan pembaharuan terhadap
fenomena kebangsaaan dan keummatan.Oleh karena itu jika pedoman-pedoman
organisasi, Nilai Dasar Perjuangan (NDP), Anggaran Dasar dan Rumah Tangga
(AD/ART) hanya dimaknai sebagai sebuah dokumen yang tak bermakna sementara
pedoman tersebut merupakan tafsir terhadap ruh perjuangan HMI maka konsekuensi
logis sampailah organisasi perjuangan ini kepada titik nadir perjuangan.
Dengan rumusan
rencana strategis maupun taktis yang efektif dan produktif tentunya akan
menghidupkan kembali semangat perjuangan “Sang Hijau Hitam”. Berangkat dari
evaluasi sistematis akan melahirkan konsep kritis, taktis yang sinergis
terhadap platform dasar HMI sebagai organisasi perjuangan serta tujuan HMI “TERBINANYA
INSAN AKADEMIS PENCIPTA,PENGABDI YANG BERNAFASKAN ISLAM DAN BERTANGGUNJAWAB
ATAS TERWUJUDNYA MASYARAKAT ADIL MAKMUR YANG DIRIDHOI ALLAH SWT” khittah
HMI sebagai organisasi perjuangan menjadi spirit serta ruh agar organisasi
tetap eksis serta progress untuk melakukan perubahan serta pembaharuan yang
signifikan dibangsa Indonesia ini.
Meskipun HMI
merupakan organisasi yang menjadikan Islam sebagai sumber motivasi, nilai dan
inspirasi dalam ideologi pergerakannya, paradigma keislaman HMI berintegrasi
dengan spirit keindonesiaan sehingga tidak ada dikotomi esensial antara nilai
ajaran keislaman HMI dan ideologi Pancasila dalam bingkai NKRI. Komitmen itu
sudah dicontohkan HMI tatkala gonjang-ganjing penerapan asas tunggal Pancasila
pada 1985. HMI akhirnya setuju bahwa Pancasila sebagai asas ideologis yang
tidak bertentangan dengan Islam. Sejak itulah HMI terus bersenyawa dengan NKRI
dalam pantulan gagasan dan pemikiran cahaya keikhlasan berjuang untuk Indonesia
tanpa mendebat kembali relasi antara agama (Islam) dan negara.
Tak bisa
diabaikan bahwa keberadaan HMI saat ini dibayang-bayangi dengan keberhasilan
peran besar HMI di masa lampau. Para kader sudah sepatutnya berkontempelasi
atas manifesto perjuangan HMI menapaki dinamika tahun 1965 dalam menghadapi
tekanan kuat dari Partai Komunis Indonesia (PKI). “Baiklah, HMI tidak akan saya
bubarkan. Tetapi saya meminta jaminan HMI akan menjadi organisasi yang progesif
dan revolusioner”, ucap Bung Karno kepada dan Saifuddin selaku Menteri Agama
pada saat itu.
HMI dewasa ini
juga harus menghadapi lingkungan globalisasi yang menuntut mahasiswa
berkeinginan segera menuntaskan studinya dengan sedikit waktu berorganisasi dan
berdiskusi perihal analisis sosial di luar kelasnya. Tantangan hiruk-pikuk
bangku perkuliahan saat ini, berpotensi membuat jenjang perkaderan HMI
terdistorsi dalam membentuk kader yang profesional, bermoral, menjunjung
keterbukaan dan tanggung jawab.
Mengingat kian
masifnya fenomena gerakan radikalisme agama pada era global ini perlu
diantisipasi lebih terorganisasi. Sangatlah penting bagi HMI sebagai organisasi
mahasiswa Islam tertua dan terbesar di Indonesia untuk mengambil peran sentral
meredam gerakan radikalisme agama yang semakin mengkhawatirkan. Paradigma
keislaman HMI yang mengedepankan Islam rahmatan lil ‘alamin.
Meskipun
demikian, Perumusan tujuan dan sifat organisasi mahasiswa Islam, masih sangat
relevan dengan perkembangan zaman. Hal ini setidaknya mengindikasikan, sebuah
pemikiran yang mendalam dari para pendiri HMI. Bahwa HMI akan selalu berada di
tengah-tengah Masyarakatnya, masyarakat Islam dan Indonesia. Sebagai organisasi
kader, maka HMI harus bersifat mandiri, independen, di tengah pluralism umat
dan kebhinekaan bangsa.
Hal ini
diperlukan, untuk dapat menjadi perekat kebhinekaan kebebasan berpikir untuk
menjadi formula yang terbaik di segala bidang, yang bermanfaat bagi seluruh masyarkat.
Independensi juga diperlukan untuk menjaga kejernihan berpikir, sehingga
objektifitasnya terjaga.
Bahkan latar
belakang pemikirannya dalam pendirian HMI adalah: “Melihat dan menyadari
keadaan kehidupan mahasiswa yang beragama Islam pada waktu itu, yang pada
umumnya belum memahami dan mengamalkan ajaran agamanya. Keadaan yang demikian
adalah akibat dari sitem pendidikan dan kondisi masyarakat pada waktu itu.
Karena itu perlu dibentuk organisasi untuk merubah keadaan tersebut. Organisasi
mahasiswa ini harus mempunyai kemampuan untuk mengikuti alam pikiran mahasiswa
yang selalu menginginkan inovasi atau pembaharuan dalam segala bidang, termasuk
pemahaman dan penghayatan ajaran agamanya, yaitu agama Islam. Tujuan tersebut
tidak akan terlaksana kalau NKRI tidak merdeka, rakyatnya melarat. Maka
organisasi ini harus turut mempertahankan Negara Republik Indonesia kedalam dan
keluar, serta ikut memperhatikan dan mengusahakan kemakmuran rakyat.
Gagasan kritis
dan rencana strategis yang ideal membuat organisasi ini menjadi benteng besar
terhadap birokrasi yang diluar dari koridor harapan masyarakat. Konsistensi HMI
untuk mengawal perubahan, pembaharuan serta pembangunan bangsa dibuktikan
dengan banyaknya tokoh tokoh intelektual dan politik yang lahir dari rahim HMI
ini tentunya memberikan konstribusi besar terhadap perubahan di masyarakat dan
struktur pemerintahan indonesia. Keterlibatan HMI di tengah hiruk pikuk
persoalan bangsa ini mengalami distorsi terhadap khittah HMI sebagai organisasi
perjuangan.
Karakter kader
HMI yang kritis dan intelek merupakan ekspektasi dari orientasi training, kader
HMI mestinya menjadi cerminan bagi setiap mahasiswa yang mengharapkan perubahan
secara totalitas terhadap karakter berpikir yang dipahami sebelumnya.
Organisasi perkaderan idealnya akan mengahasilkan kader-kader yang
intelek,kritis dan kooperatif sehinggan mission organisasi akan terealisasikan
dengan adanya kesadaran kolektif bagi seluruh stackholder yang ada di Internal
HMI. Kolektifitas kader sangat dibutuhkan guna terciptanya Insan pencipta serta
pengabdi, keniscayaan yang tak bisa ditolak bagi seluruh kader yakni loyalitas,
militansi dan tanggungjawab akan visi, misi dan tujuan dari organisasi.
Masa depan HMI
yang cerah menjadi harapan seluruh anggota dan kader yang berkiprah menjadi
pioner-pioner organisasi. Ikut berjuang mempertahankan eksistensi HMI sebagai
organisasi pergerakan menjadi landasan utama agar organisasi mampu melakukan
perubahan sosial ditengah arus zaman yang semakin mencekam perkembangan
kemanusian manusia. Padahal dewasa ini, ide-ide yang dulu kontraversial itu
telah menjadi mainstream dan mulai banyak mendapat apresiasi positif dari
khalayak masyarakat. Apalagi tantangan HMI saat ini ialah ditengah maraknya
koruptor, kader HMI juga jangan mengedepankan kepentingan pribadi tetapi harus
memikirkan kepentingan masyarakat di Negeri ini. Brandstroming merupakan nilai
lebih yang dimiliki HMI kemarin, kini dan nanti.
Maka dari itu
sangat berbahagia sekali jika kita sebagai kader HmI selalu Ber-HmI untuk
menjadi kader yang kritis, profesional dan progresif demi terwujudnya mission
HmI.Yakin Usaha Sampai (Yakusa) Bahagia HMI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar