Kamis, 08 Januari 2015

Politik Perusak Generasi


       Kawan, kita sebaya. Hanya bulan  yang membedakan usia. Kita tumbuh di tengah sebuah generasi dimana tawa bersama itu sangat langka. Kaki kita menapaki jalan panjang dengan langkah payah menyeret sejuta beban yang seringkali bukan urusan kita. Kita disibukkan dengan beragam masalah yang sialnya juga bukan urusan kita. Kita adalah anak-anak muda yang dipaksa tua oleh televisi yang tiada henti mengabarkan kebencian. Sementara adik-adik kita tidak tumbuh sebagaimana mestinya, narkoba politik uang membunuh nurani mereka. Orang tua, pendahulu kita dan mereka yang memegang tampuk kekuasaan adalah generasi gagal. Suatu generasi yang hidup dalam bayang-bayang rencana yang mereka khianati sendiri. Kawan,akankah kita berhenti lantas mengorbankan diri kita untuk menjadi seperti mereka?


       Di negeri permai ini, politik hanyalah kata-kata sementara benci menjadi kenyataan. Para penguasa tidak pernah mencintai apapun yang mereka lakukan, mereka hanya ingin mendapatkan hasilnya dengan cepat. Mereka tidak mensyukuri berkah yang mereka dapatkan, mereka hanya ingin menghabiskannya. mereka enggan berbagi kebahagiaan, sebab kemalangan orang lain adalah sumber utama kebahagiaan mereka. Kawan, inilah kenyataan politik memilukan yang kita hadapi, karena kita hidup tanpa cinta maka bahagia bersama menjadi langka. Bayangkan adik-adik kita, lupakan mereka yang tua, bagaimana mereka bisa tumbuh dalam keadaan demikian. Kawan, politik adalah persoalan kebiasaan. politik juga masalah prinsip. Bila kau terjun kedunia politik,  maka kau tidak akan peduli dengan yang lainnya. Tidak kepada poster dan umbul-umbul, tidak kepada para kriminal yang suka mencuci muka, tapi kau suka bermuka kepada kuli kamera. Politik adalah kesungguhan yang tidak dibatasi oleh menang dan kalah. Tapi politik haya akan menghancurkan generasi-generasi, dan membuat sengsara rakyat jelata. Hari-hari belakangan ini keadaan tampak semakin tidak menentu. Jutaan orang lantang bersuara demi mendapatkan keadilan.

       Kawan, aku berbicara tidak mewakili siapa-siapa. Ini hanyalah surat dari seorang pengolah kata kepada seorang penguasa. Sejujurnya, kami tidak mengharapkan janji manis para penguasa. Kami hanya menginginkan kegembiraan bersama dimana tawa seorang tukang becak sama bahagianya dengan tawa seorang pemimpin Negara. Tetapi kebahagiaan bersumber pada cinta dan solidaritas. Perjuangkanlah aspirasi rakyat layaknya seorang pemimpin yang tegas dan suci.

Tidak ada komentar: