Beberapa hal yang penting yang perlu diperhatikan oleh penulis sebuah karya
tulis ilmiah termasuk laporan penelitian.
I. T O P
I K
Topik atau
pokok pembicaraan berasal dari kata Yunani "topoi". Dalam suatu karangan, topik
merupakan landasan yang dapat dipergunakan oleh seorang pengarang untuk menyampaikan maksudnya. Banyak hal yang dapat dipergunakan
sebagai sumber penentuan topik sebuah karangan, misalnya: pengalaman, keluarga,
karier, alam sekitar, masalah kemasyarakatan, kebudayaan, ilmu pengetahuan,
cita-cita, dan sebagainya.
Dari bermacam-macam hal yang dijadikan topik
tersebut, seorang pengarang dapat menyusun karangan dalam bentuk:
a.Kisahan (Narasi): karangan yang berkenaan dengan rangkaian peristiwa.
b.Perian
(Deskripsi): karangan yang melukiskan sesuatu
sesuai dengan keadaan sebenarnya sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium,
merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisnya.
c.Paparan (Eksposisi): karangan yang berusaha menerangkan atau menjelaskari pokok pikiran yang dapat memperluas
pengetahuan pembaca karangan itu.
d.Bahasan (Argumentasi): karangan yang berusaha memberikan alasan untuk memperkuat
atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan.
Syarat-syarat perumusan topik:
1.Topik harus menarik perhatian penulis
Untuk dapat menghasilkan
karangan yang baik dengan data yang lengkap, seorang penulis harus memilih topik yang menarik
perhatiannya. Topik yang tidak disenangi a.kan menimbulkan keengganan penulis dalam menyelesaikan
tulisan. Sehingga pencarian data dan informasi untuk melengkapi karangan akan
dilakukan dengan terpaksa.
2.Topik harus diketahui oleh
penulis
Seorang penulis
sebelum memulai menulis seyogyanya sudah mempunyai pengetahuan tentang hal-hal atau prinsip-prinsip
dasar dari topik yang dipilih. Berdasarkan prinsip-prinsip dasar tersebut, seorang penulis dapat
mengembangkan tulisannya menjadi suatu tulisan menarik, dengan cara melengkapi
tulisan tersebut melalui penelitian kepustakaan maupun penelitian lapangan.
3.Topik yang dipilih sebaiknya:
a. Tidak
terlalu baru
Topik yang terlalu baru memang menarik untuk ditulis, akan tetapi seringkali
penulis mengalami hambatan dalam memperoleh data kepustakaan yang akan dipakai sebagai landasan atau penunjang. Data kepustakaan yang diperoleh mungkin
terbatas pada berita dalam surat
kabar atau majalah populer.
b. Tidak terlalu teknis
Karangan yang terlalu teknis
kurang dapat menonjolkan segi ilmiah. Tulisan semacam ini biasanya bersifat
sebagai petunjuk tentang bagaimana tata cara melakukan sesuatu, tanpa mengupas
teori-teori yang ada.
c. Tidak
terlalu kontroversial
Suatu tulisan yang mempunyai topik
krontroversial menguraikan hal-hal di luar hal yang menjadi pendapat umum. Tulisan semacam ini
sering menimbulkan permasalahan bagi penulisnya.
II. TEMA
Tema berasal
dari kata Yunani "tithenai". Tema
mempunyai dua pengertian yaitu :
1. Suatu pesan utama yang disampaikan oleh penulis melalui tulisannya.
2. Suatu perumusan dari topik yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan yang ingin dicapai.
Sebuah tulisan dikatakan baik
apabila tema dikembangkan secara terinci dan jelas. Adanya gagasan sentral,
rincian yang teratur dan susunan kalimat yang jelas akan menghasilkan karangan yang menarik dan enak
dibaca. Di samping itu, seorang penulis juga harus menampilkan keaslian
tulisannya. Keaslian tersebut dapat dilihat dari beberapa hal, misalnya pokok
permasalahan, sudut pandangan, cara pendekatan atau gaya bahasa dan tulisannya.
III. JUDUL
Apabila topik
dan tema sudah ditentukan barulah penulis merumuskan judul katya tulisnya.
Judul yang dirumuskan
sifatnya tentatif, karena selama proses penulisan ada kemungkinan judul
berubah.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
dalam merumuskan judul:
1. Judul hendaknya relevan dengan tema dan bagian-bagian dari
tulisan tersebut;
2. Judul menimbulkan rasa ingin tahu seorang lain untuk membaca
tulisan itu (bersifat provokatif);
3. Judul tidak mempergunakan kalimat yang terlalu panjang,
jika judul terlalu panjang, dapat dibuat judul utama dan
judul tambahan (subjudul);
4. Pada penulisan tertentu (yang ada hubungan
sebab-akibat) seyogyanya judul harus memiliki independent variable (variabel bebas) dan dependent variable (variahel terikat).
IV. KERANGKA KARANGAN
Agar penulis dapat menerangkan isi karangannnya secara teratur dan terinci,
diperlukan suatu kerangka karangan. Kerangka karangan akan membantu penulis
untuk menyusun karangan yang logis dan teratur, karena kerangka karangan
merupakan suatu rencana kerja seorang penulis.
Kegunaan kerangka karangan:
1. Untuk
menyusun karangan secara teratur.
2. Membantu
penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda.
3. Menghindari
penguraian topik secara berulang-ulang.
4. Memudahkan
mencari materi pembantu.
Perumusan kerangka karangan
dapat dilakukan dengan dua cara:
1. Kerangka
kalimat
Kerangka
kalimat merumuskan tiap bagian karangan dengan kalimat berita yang lengkap. Dengan
demikian tujuan dan pokok pembahasan akan dapat diketahui secara jelas baik
oleh penulis sendiri maupun orang lain.
2. Kerangka topik
Perumusan kerangka topik dilakukan
dengan menggunakan kata atau frasa. Kerangka semacam ini kurang memberikan
kejelasan bagi orang lain yang membacanya.
V. BENTUK LAHIRIAH
Karya tulis
dari sudut bentuk dibedakan atas karya formal, semi
formal, dan non formal, sebaliknya
informal bukan
menyangkut bentuk tetapi menyangkut keresmian. Tulisan dari sudut ini dibedakan atas
tulisan formal (=formil) dan informal (=informil).. Karya tulis formal adalah suatu
tulisan/karangan yang memenuhi semua persyaratan lahiriah yang ditentukan oleh kebiasaan; sedangkan karya
tulis yang memenuhi
sebagian dari syarat formal disebut semi formal. Apabila suatu tulisan tidak memenuhi
persyaratan yang ditentukan, maka tulisan tersebut disebut non
formal. Tulisan disebut informal apabila tidak
menggunakan bahasa resmi, di samping itu penulis juga memakai kata ganti orang
pertama sebagai pengganti nama dirinya seolah-olah ia berhadapan dengan
pembacanya (personal).
Bentuk lahiriah yang harus dipenuhi
oleh suatu tulisan formal:
1. Bagian
pelengkap pendahuluan
a. Judul
pendahuluan
b.Halaman
pengesahan
c. Halaman
judul
d. Halaman
persembahan
e. Kata
pengantar
f. Daftar
isi
g. Daftar gambar, tabel, keterangan
2. Bagian isi karangan
a. Pendahuluan
b. Tubuh
karangan
c. Penutup/Simpulan (dan saran)
3. Bagian pelengkap penutup
a. Daftar pustaka
b. Indeks
c. Lampiran
Karya tulis formal harus memakai
bahasa resmi dan tanpa menyebutkan nama diri atau nama pengganti penulis .(impersonal) misalnya kata saya, kami, kita, kecuali hanya pada kata
pengantar.
VI. TEKNIK
PENULISAN
Agar penulisan
karya tulis sempurna, setelah isi dan bentuk lahiriah disusun dengan cara yang semestinya,
penulis juga harus mernpertahankan teknik penulisan berdasarkan persyaratan yang
lazim.
Masalah teknis yang perlu
diperhatikan, adalah:
1. Ukuran
kertas
Karya tulis
ilmiah umumnya mengggunakan kertas jenis HVS (60-80 gram)
putih dengan ukuran kuarto (215 x 280 mm, jangan keliru dengan ukuran kertas A4 yaitu 210 x 297 mm) .
2. Mesin tulis
Mesin
tulis yang digunakan
hendaknya memakai pika 10 (dalam satu inci dapat
diketik 10 karakter).
Pengetikan dapat juga dilakukan memakai
komputer, tetapi pemilihan huruf seyogyanya hanya Courier
12 (Contoh huruf Courier
12) di
samping itu hasil cetakannya (print out) hendaknya tidak berbentuk titik-titik (dot matric) melainkan
berbentuk seperti huruf pada mesin tulis biasa. Dalam istilah komputer disebut
NLQ (Near Letter Quality) atau LQ (Letter
Quality).
3. Pita
dan karbon
Pita maupun
karbon yang digunakan
hendaknya dalam keadaan baik:, sehingga menghasilkan cetakan yang jelas dan tidak
kabur.
4. Margin/pias
(batas pinggir pengetikan)
Batas pengetikan adalah 4 cm untuk tepi kiri, 2,5 cm
untuk tepi kanan, 4 cm untuk tepi atas
dan 3 cm untuk
tepi bawah. Nomor bab diketik 6,5 cm dari tepi atas dan judul bab dimulai 8 cm dari tepi atas.
5. Pemisahan/pemenggalan
kata
Pemenggalan
kata ditandai dengan garis penghubung pada suku kata sebelumnya. Garis
penghubung tidak ditempatkan di bawah suku kata yang dipenggal. Seorang penulis juga harus
memperhatikan adanya awalan atau akhiran dari sebuah kata yang dipenggal.
6. Spasi/kait
Jarak antara baris dengan baris
mempergunakan spasi rangkap (dua spasi). Sedangkan untuk catatan kaki, bibliografi dan
kutipan langsung yang lebih dari empat baris dipergunakan spasi rapat (satu spasi).
Apabila awal
alinea (paragraf dimulai dari pias paling kiri (tidak menjorok masuk ke dalam 5-7 ketikan), maka
jarak antar alinea 3-4 spasi. Tetapi jika awal alinea dimulai dengan menjorok/masuk ke dalam
sebanyak 5-7 ketikan, rnaka jarak antar alinea tetap dengan spasi ganda (2 spasi). Sedangkan
jarak antara judul bab dan naskah dipakai 3-4 spasi.
7. Nomor
halaman
Halaman pendahuluan ditandai
dengan angka Romawi kecil, sedangkan halaman-hataman selanjutnya menggunakan
nomor dengan angka Arab. Nomor halaman dapat dicantumkan pada tengah halaman sebelah bawah atau
sudut kanan atas.
8. Judul
Judul bab
ditulis di bagian tengah atas dengan huruf kapital dan tidak digaris bawahi atau tidak
ditulis di antara tanda kutip. Judul bab juga tidak diakhiri dengan tanda
titik.
9. Huruf
miring
Huruf miring
berfungsi menggantikan garis bawah.
Huruf miring
biasanya digunakan untuk:
a. Penekanan
sebuah kata atau kalimat;
b. Menyatakan
judul buku atau majalah;
c. Menyatakan
kata atau frasa asing.
10. Penulisan angka
Untuk
menuliskan angka dalam karangan, perlu diperhatikan ketentuan penulisan sebagai berikut:
a. Bilangan
di bawah seratus, yang terdiri dari satu atau dua kata, bilangan seratus dan kelipatannya,
seribu dan kelipatannya ditulis dengan huruf;
b. Bilangan
terdiri dari tiga kata atau lebih, ditulis dengan angka;
c. Bilangan pecahan biasanya ditulis dengan huruf, kecuali pecahan dari bilangan yang besar;
d. Persentase tetap ditulis dengan angka;
e. Nomor telepon, nomor jalan, tanggal dan nomor
halaman ditulis dengan angka;
f. Angka tidak boleh dipergunakan untuk mengawali sebuah kalimat. 11.Penulisan kutipan
Dalam penulisan
karya tulis ilmiah, seorang penulis sering meminjam pendapat, atau ucapan orang
lain yang terdapat
pada buku, majalah, bahkan bunyi pasal dalam peraturan perundang-undangan.
Untuk itu seorang penulis harus memperhatikan prinsip-prinsip mengutip, yaitu:
a.Tidak mengadakan pengubahan naskah asli yang dikutip. Kalaupun perlu mengadakan pengubahan,
maka seorang penulis harus memberi keterangan bahwa kutipan tersebut telah
diubah. Caranya adalah dengan memberi huruf tebal, atau memberi keterangan
dengan tanda kurung segi empat;
b.Bila dalam naskah asli terdapat kesalahan, penulis dapat memberikan tanda [sic!] langsung di belakang
kata yang salah.
Hal itu berarti bahwa kesalahan ada pada naskah asli dan penulis tidak
bertanggung jawab atas kesalahan tersebut;
c.Apabila bagian
kutipan ada yang dihilangkan, penghilangan itii dinyatakan dengan cara membubuhkan tanda
elipsis (yaitu dengan tiga titik).
Penghilangan bagian kutipan tidak boleh mengakibatkan perubahan makna asli
naskah yang dikutip
(lihat contoh pada lampiran 1, halaman 19).
Cara mengutip:
a Kutipan
langsung terdiri dari tiga baris atau kurang
Cara menulis
kutipan langsung yang panjangnya sampai dengan tiga baris, adalah sebagai berikut:
(1) kutipan
diintegrasikan dengan naskah;
(2) jarak
antara baris dengan baris dua spasi;
(3) kutipan
diapit dengan tanda kutip;
(4) akhir kutipan diberi nomor urut penunjukan yang diketik setengah
spasi ke atas. (Lihat contoh pada
lampiran 1, halaman 19)
b. Kutipan
langsung terdiri lebih dari tiga baris
Sebuah kutipan
langsung yang terdiri lebih dari tiga baris, ditulis sebagai berikut:
(1) kutipan dipisahkan dari naskah dengan jarak 3 spasi;
(2) jarak antara baris dengan baris satu spasi;
(3) kutipan bisa diapit tanda kutip, bisa juga tidak;
(4) akhir kutipan diberi nomor urut penunjukan yang diketik setengah
spasi ke atas;
(5) seluruh kutipan diketik menjorok ke dalam antara 5-7 ketikan;
(Lihat contoh pada lampiran 1, halarnan 16 dan 17)
c. Kutipan
tidak langsung
Dalam kutipan
tidak langsung penulis tidak mengutip naskah sebagaimana adanya, melainkan
mengambil sari dari tulisan yang dikutip.
Cara menulis
kutipan seperti ini adalah sebagai berikut:
(1) kutipan diintegrasikan dengan naskah;
(2) jarak antara baris dua spasi;
(3) kutipan tidak diapit dengan tanda kutip;
(4) akhir kutipan diberi nomor urut penunjukan yang diketik setengah
spasi ke atas. (Lihat contoh pada lampiran 1, halaman 18-19)
12. Penulisan
sumber kutipan
Seorang penulis
yang mengutip
pendapat orang lain harus mencantumkan sumber kutipan yang bersangkutan.
Ada tiga cara penulisan sumber
kutipan, yaitu:
a. American Psycological
Associations Manual (APA)
Mencantumkan langsung sumber
kutipan di akhir kutipan yang ditulis dalam tanda kurung.
Contoh: (Soerjono Soekanto, 1983: 23), artinya:
Kutipan tersebut diambil dari buku
karangan Soerjono Soekanto yang terbit tahun 1983 pada halaman 23. (lihat contoh pada lampiran 1, halaman 20)
Dalam penulisan sumber
semacam ini, tidak mudah untuk langsung menemukan dari sumber mana/apa kutipan
tersebut diambil. Pembaca sulit mengetahui judul buku yang dikutip. Seyogyanya pada setiap akhir bab dibuat daftar pustaka. Adapun cara menuliskan Daftar Pustaka dengan cara ini ialah, 1) nama
pengarang; 2) tahun terbit; 3) judul; 4)cetakan/edisi;
5) nama kota; 6) nama
penerbit. (Lihat contoh pada lampiran 2).
b. Modern Language Associations
Handbook (MLA):
Memberi nomor urut pada setiap akhir kutipan, kemudian menulis sumber
kutipannya di akhir bab, pada lembar khusus yang disebut "Catatan" Cara menuliskan sumber kutipan sama
seperti menulis pada Catatan Kaki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar