Selasa, 29 November 2011

Mempersiapkan 'Arsitek' Kehidupan

Manusia kerap buta terhadap kemampuan sendiri. Mereka cenderung hanya menggunakan sebagian kecil saja kemampuannya.
Psikolog besar Amerika, William James (1842-1910) mengatakan, dari antara sekian makhluk di atas bumi ini, hanya manusia yang mampu mengubah garis hidupnya. ''Manusialah satu-satunya makhluk yang sekaligus dapat berperan sebagai arsitek atas kehidupannya sendiri''.
Namun kenyataannya, tak semua manusia bisa menjadi 'arsitek' atas jalan hidupnya sendiri. Ada sebagian manusia yang menghadapi hidup ini tanpa tahu persis harus berbuat apa. Mereka pasrah saja menjalani kehidupannya.
Dari pengalamannya mendampingi para remaja yang berperilaku menyimpang dan orang-orang yang mengalami gangguan jiwa, William Glasser yakin, pendidikan merupakan kunci ke arah fungsi manusiawi yang sehat. ''Kita tak akan pernah berhasil membentuk pribadi manusia secara tambal sulam. Kita harus membuat mereka terlibat secara bertanggung jawab sejak masa kanak-kanak agar mereka dapat berfungsi di tengah masyarakat".

Setengah Terjaga

Sayangnya, sebagian besar manusia hanya menggunakan sebagian kecil saja kemampuannya. James menggambarkannya demikian: kita ini baru setengah terjaga; nyala api dalam diri kita redup; kaki tangan kita terbelenggu. ''Kita hanya menggunakan sebagian kecil dari sumber daya mental dan fisik kita".
Pernyataan ini merupakan salah satu aspek penting dari teori komprehensif tentang motivasi manusia yang diketengahkan Abraham Maslow. Ia yakin, hampir setiap manusia lahir dengan membawa kemampuan serta kebutuhan untuk berkembang.
Tetapi tak semua manusia berhasil mencapainya. Hal tersebut disebabkan karena manusia buta akan kemampuannya sendiri. Mereka kurang menyadari kemungkinan yang dapat mereka raih. Mereka kurang menyadari ganjaran dari aktualisasi diri. Berkaitan dengan hal tersebut, orangtua berperan besar. Bagaimana mereka menuntun dan membimbing anak-anak dalam pembentukan kepribadiannya.
Psikoanalis Sigmund Freud mengajarkan, pengalaman masa lalu akan hadir pada masa sekarang dalam diri setiap manusia. Sedikit banyak seseorang berhasil mengembangkan kemampuannya ditentukan oleh bagaimana orangtuanya telah memberikan kesempatan kepadanya untuk berkembang.




Dua Basis

Pada hakikatnya setiap manusia mempunyai dua kebutuhan basis: kebutuhan akan cinta dan kebutuhan akan harga diri. Keduanya dilukiskan sebagai kebutuhan tunggal akan identitas. Pemenuhan kedua kebutuhan ini seharusnya dirasakan di rumah, dari orangtua. Namun tak jarang, karena kesibukannya, orangtua tak memperhatikan pemenuhan kebutuhan basis anak-anaknya. Mereka cenderung lebih mementingkan pemenuhan kebutuhan materi. Alhasil, ada banyak potensi dalam diri anak yang tak tergali. Menurut Glasser, kebutuhan akan harga diri atau merasa diri berharga erat berkaitan dengan pengertian cinta. Jika seorang anak tak merasa dirinya berharga, ia tak akan mampu merasa dicintai. Bila orangtua kurang memenuhi kebutuhan basis ini, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang terluka. Mereka bisa menjadi pribadi yang mudah menyerah dan kehilangan motivasi.
Hasil penelitian Stanley Coopersmith, psikolog dari Universitas California, menunjukkan, individu-individu yang mempunyai harga diri tinggi cenderung memiliki sifat-sifat mandiri, kreatif, yakin pada penilaian serta gagasan-gagasannya sendiri, berani, stabil, tak mudah cemas, dan berorientasi pada keberhasilan.

Kecakapan Khusus

Penyelidikan-penyelidikan terhadap para orangtua yang mempunyai anak-anak yang berkembang dengan baik menunjukkan, kepercayaan mereka akan kesanggupan anak-anaknya telah memancarkan suatu pengaruh positif pada perilaku anak-anak.
Hal lain yang juga perlu dilakukan orangtua demi perkembangan kepribadian anak-anak adalah memberi kesempatan melatih kecakapan: mengajak mereka mempraktikkan dan memperoleh ketrampilan-ketrampilan.
Selain kecakapan atau kemampuan umum, setiap anak juga ingin memiliki kecakapan khusus. Orangtua perlu memberi perhatian seksama pada minat anak-anaknya. Kesuksesan Minarti Timur atau Rexy Mainaki, misalnya, tak lepas dari dukungan orangtuanya. Mereka kerap mendampingi anak-anaknya berlatih bulu tangkis di pinggir lapangan.

Cara Berpikir

Menurut William James, potensi seorang manusia yang belum tergali sebenarnya dapat dikembangkan dengan menggunakan teknik-teknik yang sesuai. ''Manusia dapat mengubah hidupnya dengan mengubah cara berpikirnya".
Abraham Maslow berpendapat, naluri manusia untuk tumbuh cenderung lemah. Akibatnya, benih-benih pertumbuhan dengan mudah dibuat tak berdaya oleh kebiasaan-kebiasaan buruk, lingkungan yang brengsek maupun pendidikan yang kurang memadai.
Dari hasil penelitiannya Maslow sampai pada kesimpulan: perkembangan ke arah aktualisasi diri merupakan sesuatu yang wajar sekaligus perlu. Perkembangan ini merupakan pemekaran bakat-bakat, kapasitas-kapasitas, kreativitas, kebijaksanaan, dan karakter anak secara terus-menerus.
Dalam hal ini peran orangtua sungguh besar: dalam menghantar dan mempersiapkan anak-anaknya menjadi 'arsitek' bagi hidupnya sendiri. Bukankah anak-anak manusia seperti kata Kahlil Gibran merupakan bunga-bunga cinta dan kasih sayang?

Tidak ada komentar: