Kamis, 06 Juni 2019

BERCERMINLAH BERWAWASANLAH

Pemimpin sejatinya dan seharusnya adalah seorang pemimpi. Kita tidak bisa berharap banyak dari pemimpin yang tidak bisa bermimpi. Sama halnya kita tidak bisa berharap kepada pemimpi yang tidak bisa memimpin.

Pemimpi dan pemimpin adalah dua sisi mata uang koin yang tak bisa dipisahkan dan memang, sebaiknya jangan dipisah-pisahkan. Mimpi seorang pemimpin adalah masa depan orang-orang yang dipimpinnya…

Tapi tolong bedakan antara mimpi dan halusinasi! Karena hari ini tak sedikit pemimpin yang merasa dirinya sedang bermimpi tentang masa depan tetapi sebenarnya tidak.

Mereka hanya berhalusinasi mencampurkan antara fakta dengan realitas sehingga lebih sering marah tak karuan daripada memberikan solusi.

Tak sedikit yang merasa dihantui sesuatu yang tidak jelas, mungkin terlalu banyak menyembunyikan masalah di masa lalu dan takut sewaktu-maktu muncul menggerogoti.

Makanya kalau ada pemimpin yang tampak seakan-akan gagah dan tegas dalam mengambil keputusan tapi gagal berargumentasi membela keputusannya alias ngawur melawan akal sehat, itu tanda-tanda jelas kalau pemimpin itu sedang berhalusinasi.

Apalagi kalau juga memilih menyalahkan orang lain di sekitarnya daripada berintrospeksi mengukur tindakan-tindakannya, maka pemimpin itu bukan hanya berhalusinasi tetapi sekaligus mengalami paranoid.

Maka di atas semua perilaku dan tindakan irrasional, leluhur orang Sulawesi Selatan meletakkan siri’ sebagai acuan tertinggi ibarat bintang utara yang menerangi perjalanan.

Maka, pemimpin di Sulawesi Selatan yang belajar dari leluhurnya akan selalu dipandu oleh etika siri’ yang tak akan mempermalukan diri dan leluhurnya demi sekadar berkuasa dan menihilkan kemuliaan.

Siri’ adalah akal sehat berkemajuan yang selalu mendorong pemimpin Sulawesi Selatan untuk membangun daerahnya menjadi “Butta Masunggu, Butta Kalabbirang, Passolongang Ceratta!!

Maka bercerminlah, berwawasanlah… “Ciniq sai bori bellaya… bellanamo kamajuanna..” Kita harus terus bermimpi menjadikan Sulawesi Selatan sebagai yang terbaik di antara yang baik. Maka kalau kamu pemimpin sejati, maka dedikasikan waktu pikiran dan energimu untuk mewujudkan mimpi-mimpi besar dan berhenti berhalusinasi apalagi sampai paranoid karena kamu tahu itu adalah kesia-siaan.

Kalau kamu pemimpin… tetaplah menjadi jarum yang tajam membawa orang-orang yang kamu pimpin yang laksana benang kelindang, jangan berputar tak tentu arah yang akan membuat benang kusut hingga sulit diurai.

Maka, bila kamu lurus, benang di belakangmu akan ikut lurus, maka yang dipimpin akan dapat mengikuti kebenaran sejati karena kamu menjadi jarum bagi mereka, menjadi rahmat bagi keselamatan dunia akhirat.

Maka, kalau kamu pemimpin menjadi ibarat angin, maka pengikutmu adalah ibarat dedaunan di pokok kayu. Maka, ketika kamu bertiup kamu bisa memilih menggugurkan daun kering yang tak lagi berpegangan pada ranting dan dahan yang sehat dan seakar denganmu.

Maka, bila kamu melanggarnya, berarti kamu sedang melawan hukum alam, dan kalau kami menolak gugur tidak pada waktunya, itu bukanlah pembangkangan apalagi pengkhianatan. Maka, berhentilah berhalusinasi apalagi paranoid tentang kesetiaan kami, karena itu tak baik bagimu, pengikutmu, rakyatmu, dan tanah airmu.

Tidak ada komentar: