Saya
pernah mendengar ucapan seorang tukang jahit yang juga seorang perokok
berat. “Saya, kalau tidak merokok, tidak sanggup untuk menggunting
pakaian”. Menurut dia rokok adalah sumber energinya, yang membuat ia
kuat bekerja. Makanya, bila dia dianjurkan meninggalkan rokok, dia pasti
akan berdalih, “kalau saya tidak rokok, saya tidak bisa kerja, mau
makan apa anak istri saya?”
Akan
tetapi, anehnya ketika bulan Ramadhan, saat order jahitan meningkat
untuk baju lebaran, saat itu ia mampu menyelesaikan semua pesanan di
bulan Ramadhan. Mengejar dead line dengan bekerja siang dan malam.
Tentunya di siang hari bekerja tanpa rokok, karena sedang berpuasa.
Tahukah
anda mengapa ia sanggup bekerja di bulan Ramadhan tanpa rokok? Walaupun
di luar Ramadhan seolah-olah rokok adalah “doping” penghasilannya?
Jawabannya adalah karena iman pada Allah Ta’ala.
Kalau
alasan ini terus diawetkan sampai di luar bulan Ramadhan, pastinya ia
akan mudah untuk meninggalkan rokok. Tidak akan ada lagi beribu alasan
yang dibuat berakar dari perasaan atau faktor ekonomi atau gengsi.
Dengan
gampang meninggalkan rokok karena sedang berpuasa. Dan puasa adalah
sedang menunaikan perintah Allah Ta’ala. Dulunya sering menyebutkan,
“nggak apa-apa walaupun nggak makan,yang penting rokok tetp jalan”. Tapi
sekarang di bulan Ramadhan, ia berani mengatakan, “nggak apa-apa tidak
merokok, yang penting puasa tetap jalan”.
Kalau
Allah Ta’ala menjadi tujuan langkah seseorang, semua akan ringan tanpa
beban. Karena, tidak ada paksaan, tidak peduli ejekan dan cemoohan.
Begi
seorang perokok, kalau tujuan meninggalkan rokok karena Allah Ta’ala
semata, maka akan sangat gampang. Tidak perlu pesan “peringatan
pemerintah”; tidak usah ada denda / pidana bagi perokok di fasilitas
umum. Rokok tetap akan ditinggalkan, karena Allah Ta’ala maha kuasa atas
segala MakhlukNya.
Lillahi Ta’ala
“Lillahi
Ta’ala”, itulah tujuan ibadah kita semua. “imanan wa ihtisaban”,
seperti itu tujuan puasa kita agar mendapatkan ampunan dari Allah
Ta’ala.
“Imanan”,
menjadikan dorongan ibadah kita karena Iman kepada Allah Ta’ala. Allah
Ta’ala yang telah menciptakan kita dan melimpahkan Rezekinya pada kita.
Hanya Allah Ta’ala satu-satunya yang berhak disembah. Karena Allah
Ta’ala telah memerintahkan ibadah itu pada kita, tugas kita adalah
melaksanakannya.
“ihtisaban”,
hanya pada Allah Ta’ala kita mengharapkan pahala amalan kita. Beramal
bukan karena dipandang ataupun didengar orang lain; bukan karena
mendapatkan pujian orang lain; dan bukan karena untuk mendapatkan
keuntungan duniawi semata.
Dalam
menghadapi musibah dan kesulitan hidup juga kita jadikan Allah Ta’ala
sebagai tujuan kita. Karena kita hamba makhluk ciptaan Allah Ta’ala,
pastilah Allah Ta’ala tidak akan menyia-nyiakan kita, Allah Ta’ala maha
tahu mashlahat hidup kita.
Dalam musibahpun ada banyak ganjaran ban balasan disiapkan Allah Ta’ala untuk orang-orang yang sabar dalam menghadapinya.
اللهم اجعل علمي كله صالحاً واجعله لوجهك خالصاً ولا تجعل لأحد فيه شيئأً
Ya Allah
Ta’ala, jadikanlah setiap amalanku merupakan amalan sholeh. Jadikanlah
setiap amalanku hanya bertujuan untukMu. Jangan jadikan sedikitpun dalam
amalanku ada tujuan untuk selain Engkau.
Penulis: Ustadz Muhammad Yassir, Lc (Dosen STDI Imam Syafi’i Jember)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar