
aktivitas manusia. Bisa dibayangkan, betapa mudahnya seseorang makan di dalam kamar di siang bolong kemudian keluar kamar menunjukkan performa orang puasa, tentu semua orang lain bahkan keluarga terdekatpun (keluarga) akan tertipu dan menduga orang tersebut masih berpuasa. Berpura-pura itu tidak terjadi karena dalam pribadi orang yang berpuasa selalu merasakan kemahahadiran Allah swt sebagai Tuhan yang maha tahu.
Celakanya, penghayatan seperti itu hanya berlaku untuk makan-minum dan berhubungan intim suami-isteri di bulan ramadhan saja, sehingga setelah lepas dari bulan ramadhan seolah keranjingan dan berbalik seperti semula. Puasa yang notabenenya mendidik ketaqwaan menjadi kehilangan misi profetisnya.
Diantara misi puasa adalah mendidik diri merasa hamba yang terus diawasi oleh Allah, sehingga menimbulkan pribadi baik yang bertaqwa dimanapun berada. (ittaqillaaha haitsu ma kunta) yang tak korupsi, tidak berbuat aniaya terhadap sesama dan tidah menciptakan suasan keruh dan lain lain. Ia takut karena Allah mengawasinya, Allah tidak melupakan hambanya di dunia disebabkan sibuk mengurusi makhluknya yang di langit, dan jika sudah tertanam mendalam dalam setiap insan shoimiin maka keadaan bangsa dengan misi puasa sebagai landasan praktisnya maka bersih dari korupsi dan segala bentuk pencurian lainnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar