Senin, 22 September 2025

MALAS ADALAH SUMBER TERBESAR KEMISKINAN DAN KEGAGALAN

 


Bendera HMI, Buku Manusia Makassar, Buku Filsafat Siri Na Pacce, buku Akuntansi, Al-Qur'an dan di dinding ada tulisan, "MALAS ADALAH SUMBER TERBESAR KEMISKINAN DAN KEGAGALAN".

Disini terlihat anak kost berjuang mencari jejak untuk masa depan yang lebih baik. Meskipun anak kost adalah orang yang jauh dari kampung halaman, makan kadang seadanya, semua penyampaian kabar ke orang tua harus baik, biaya hidup dicukup - cukupkan agar orang tua tidak resah dan gelisah dikampung yang itu lagi tanam padi. 

Tetapi bagi anak kost, semua harus dijalani agar bisa mengubah hidup susah, yang selama ini telah menjadi suratan .

Tinggal di rumah orang yang di bayar, tidur dalam kamar yang beralaskan tikar, berbantalkan dari alas tangan yang tegar dan terkadang menangis demi menahan lapar .

Jadi, begitulah perjuangan anak kos   yang tidak pernah berakhir. Laksana gelombang yang datang bergilir dan

laksana embun di pagi hari yang terus mengalir.

Ya, memang susah untuk menjadi orang yang cerdas, sukses dan bahagia. Karena harus menderita seorang diri dalam belajar yang bagaikan membaca sehelai kertas sambil berlayar  dan atau bagaikan bertanam mawar di hamparan pasir yang lebar, seakan semua itu mustahil untuk dikejar.

Meski pahit banyak dirasakan,  rasa semangat anak kost tidak akan tergoyahkan, meski badai topan yang datang mengoda untuk berhenti berjalan dan demi mengenang orang tua yang hanya tinggal tulung pembalut badan .

Dan sekali lagi, cinta dan cita-cita besar yang ingin diwujudkan oleh anak kost adalah mengharapkan hidup yang tidak lagi di hina orang lain, supaya tidak dikatakan orang yang miskin gairah, miskin input, miskin gagasan, miskin ibadah, miskin hati dan atau supaya tidak dikatakan orang yang miskin harta.

Terakhir yang harus dipahami sebagai anak kost bahwa  ESES  juga Empat Pilar Hebat , diantara:

1. πŸ“˜ E= ducational Quotient

Cerdas dalam ilmu, haus dalam pengetahuan.

2. πŸ•Š️ S= piritual Quotient

Luhur dalam akhlak, damai dalam jiwa.

3. πŸš€ E= ntrepreneurship Quotient

Kreatif dalam karya, berani dalam berinovasi.

4. 🀝 S= ocial Quotient

Hangat dalam pergaulan, kuat dalam empati.

Hebat itu tumbuh dari keseimbangan:

Nalari, hati, aksi, dan relasi.

MANUSIA PERANTAU MAKASSAR

 


Sejenak merenungi diri kita sebagai MANUSIA MAKASSAR , MANUSIA PERANTAU, atau memikirkan diri kita sebagai MAHASISWA yang SANGAT jauh merantau dari kampung halaman, tinggal di kota keramaian, hidup bergaya seperti orang yang sangat kaya di perantauan, sekali pergi habis ratusan ribu, sekali makan kena ratusan ribu. 


Pernahkah saat kita menghabiskan uang yang begitu banyak untuk SEKEDAR KESENANGAN, demi biar dikatain "INILAH ANAK GAUL", INILAH ANAK PUNK, INILAH ANAK KALUMANNYANG atau Inilah anak orang kaya".


Apakah ada waktu kita UNTUK memikirkan KELUARGA yang ada di kampung halaman atau Manusia Makassar menyebutnya KAMPONGA?


Pernahkah kita juga pikirkan berapa penghasilan orang tua kita yang kerjanya cuma petani miskin yang melarat , dalam sehari saja kita pikiran kan dengan membandingkan banyaknya pengeluaran kita sekali jalan? Pernahkah kita pikirkan apa yang orang tua makan saat kita makan di restoran mewah? Supaya orang berkata "JEKAJI TAU PORE ATAU INILAH ORANG HEBAT"


Apakah kita malu jadi orang miskin sehingga kita berpura-pura jadi orang kaya di perantauan ini? Bukankah kita tidak ingin menyangkal bahwa orang tua kita yang hidup dikampung tak seenak hidup kita di perantauan ? 


INGAT TUJUAN KITA DIPERANTAUAN INI! . Mengapa harus mudah terpengaruh ajakan yang membuat kita lupa siapa sebenarnya diri kita, yang membuat kita jauh dari tujuan dan cita-cita semula, yang membuat kita lupa kepada Allah, yang membuat kita mudah bergaul dengan sabu-sabu, free seks, minuman keras dan sejenisnya. 


Yang membuat kita membohongi diri kita sendiri dan berpura-pura jadi orang lain, hanya karena demi mengikuti zaman penuh kehura-huraan, dengan melupakan ajaran agama islam , lupa nasehat orang tua, dan lupa kearifan lokal yang berlandaskan genius culture. Bukannya kita iri atau tidak bisa seperti orang lain . 


Tetapi harus kita sadari secepatnya, bahwa kita masih tahu batas, tahu batas perintah dan larangan agama, batas etika, dan batasan yang bermanfaat dan yang merugikan . Marilah kita hidup sederhana yang tidak akan membuat kita mati, tetapi perbuatan itu sebagai syukur atas perjuangan kita ditanah rantauan. 


Ingat, BAHAGIA ITU BUKAN SYUKUR, TETAPI SYUKURLAH YANG MEMBUAT KITA BAHAGIA. Dan ayo Kejar dan capailah dulu tujuaan utama atau cita-cita besar kita di tanah perantauan ini . Kelak kita sukses dan kaya, kita bisa ajak orang tua kita merasakan kesenangan itu. Karena cita-cita kita itu bukan untuk kepentingan kita sendiri, tetapi harus bermanfaat bagi diri, orang lain, bagi agama islam dan bangsa, atau dunia kalau bisa.


Kalau Begitu, jadilah kita MANUSIA PERANTAU. Apakah alasan kita merantau karena mencari ilmu, harta, tahta, wanita, atau alasan lainya? Tetapi yang pasti MANUSIA PERANTAU MAKASSAR itu tidak akan BALIK KEKAMPUNG JIKA TUJUAN DAN CITA-CITA BESARNYA BELUM TERWUJUD. 


Karena prinsipnya MANUSIA PERANTAU MAKASSAR, "bajikangngangi matea ri kampong'na tau nikanre gallang-gallang na lammotereka rikamponga tena angerang assele", artinya lebih baik mati dikampung orang dimakan cacing daripada pulang kekampung tanpa membawa hasil. 


Ingat itu ESES , hadirkan the power of Faith! Tidak ada proses, Tidak sukses. Hadapi itu dengan tenang, senang dan Insyaallah pada akhirnya akan menang. 


Tappa laloki Mae ritappaka, percayalah pada kepada kepercayaan!


Dan terakhir, ingatlah selalu Pesan leluhur ORANG MAKASSAR. 

"Tena nia takkulle, assala' erojaki a'kareso",

Arti dari Bahasa Makassar ke Bahasa Indonesia, "Tidak ada yang tidak bisa, asalkan kita mau berusaha". 

Minggu, 21 September 2025

Sante Mako, Teako Rapa - Rapai!

 


Tanda orang baik Itu mungkin salah satunya " Tena Rapa-Rapa" . "Tena Rapa-Rapa" Berasal Dari Bahasa Makassar, Yang Jika Di Terjemahan Dalam Bahasa Indonesia, "Tidak Tergesa-Gesa" . Sante Mako Nah! Artinya: Eh Kamu Santai Aja kaleee..

Ya, Ketika Situasi Dan Kondisi Tidak Bersahabat, Apakah Kamu Harus Mengeluh, Marah, Bertindak Tanpa Perhitungan Dan Berbuat Ceroboh? Tentu Itu Bukan Pilihan Orang Cerdas.

Pilihan Orang Cerdas Itu, harus Mengusai Dirimu, Tidak Gegabah Dan Selalu Berbuat Dengan Perhitungan Yang Matang. Orang Yang Panik Mudah Berbuat Kesalahan, mudah Menyalahkan Orang Lain Dan Mudah Sekali Menyerah Terhadap Situasi Dan Kondisi.


Kalau Begitu, Tata Dirimu Dengan Mengusai Pikiran, Tindakan, Tulisan, Dan Ucapanmu. Jika Semua Itu Tertata Dengan Baik, Niscaya Akan Mendatangkan Pengaruh Dan Faedah Dalam Hidupmu. Bismillahirrahmanirrahim ! Hadirkan semangat 25 Oktober 1991 dan semangat 25 Oktober 2025 . Seimbangkan Hubungan Baikmu Sama Allah Dan Sesama Manusia.

Biasa biasalah!





Orang Makassar pasti mengenal kata “dudu”, yang artinya “terlalu” atau kelewat batas. Nah, kata “dudu” ini sering dikaitkan dengan sesuatu yang berlebihan, misalnya cinta dudu atau terlalu cinta dan benci dudu atau terlalu benci.

Kalau kita cinta pada pangkat, harta, gelar, atau pada pria maupun wanita, jangan sampai dudu! Jangan sampai keterlaluan hingga berubah jadi cinta buta yang habis-habisan.

Begitu juga dengan benci. Kadang tanpa sadar, sikap dan perkataan kita bisa melukai hati orang lain, membuat kecewa, bahkan menyakiti. Kalau benci itu berlebihan, akibatnya bisa berujung pada kesengsaraan atau bahkan kehancuran.

Makanya, kalau cinta maki’, benci maki’, tapi jangan pakai dudu. Karena cinta itu seharusnya membahagiakan, dan benci jangan sampai menambah susah atau membuat hidup makin sengsara.

Bahasa Makassar bilang:
πŸ‘‰ “Kita cintami"
πŸ‘‰" Kita bencimi"
tapi yang biasa-biasamo kapang, kodong.” Hehehe...

Mengapa?
Karena keadaan bisa berubah.
Bisa saja cinta berubah jadi benci, atau benci berubah jadi cinta mati. Allah SWT sendiri sudah mengingatkan dalam Al-Qur’an (QS. Al-Baqarah: 216):

“...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu...”

Artinya, cinta dan benci adalah energi besar. Kalau tidak dikendalikan, ia bisa membuat orang nekat, emosional, bahkan melakukan hal-hal di luar akal sehat. Atas nama cinta atau benci, tembok tinggi pun bisa ditembus.

Namun, kalau cinta diarahkan dengan baik, hasilnya luar biasa.

✅ Pengusaha yang cinta pada usahanya akan bekerja keras memberi manfaat bagi banyak orang.

✅ Penguasa yang cinta pada rakyatnya akan menjadikan jabatan sebagai amanah untuk membuat rakyatnya sejahtera.

Semua yang dilandasi dengan “Cinta Bismillah”, insyaAllah akan berbuah kebahagiaan, kesuksesan, bahkan pahala dunia-akhirat.

Sebaliknya, benci yang dudu bisa melahirkan dendam, kekerasan, hingga tindakan kejam yang tak terbayangkan.

Makanya, BIASA-BIASA SAJA.
Orang Makassar bilang: “Si taba-taba,” artinya yang sedang-sedang saja.

πŸ‘‰ Cintai sewajarnya.
πŸ‘‰ Benci sewajarnya.
πŸ‘‰ Jangan pakai dudu!

Karena kalau sudah “terlalu”,
biasanya berakhir dengan marah, kecewa, stres, dan kesengsaraan.              

Selasa, 16 September 2025

Malu pada Tempatnya, Berani pada Kebenaran


Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Salam sejahtera untuk kita semua,


Hadirin yang saya hormati,

Di bibir Sungai Salari, di Sanrangan yang sederhana ini, kita berkumpul dengan kebersamaan. Ada yang berdiri, ada yang duduk, dan kita semua menikmati indahnya keberanian diri untuk tampil apa adanya.

Hari ini, saya ingin mengingatkan sebuah pesan penting:

“Maluku ada di Maluku.”

Artinya, rasa malu harus ditempatkan pada kedudukannya. Jangan sampai kita terjebak dalam rasa malu yang berlebihan. Karena malu yang tidak pada tempatnya hanya akan menjadi penghalang bagi kemajuan.

Ingatlah, apabila dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat kebaikan, maka hidupnya sulit menemukan kesuksesan dan kebahagiaan. Mengapa demikian? Karena peluang, modal, bakat, bahkan jaringan persahabatan tidak akan bermanfaat jika kita hanya berhenti pada rasa malu dan tidak berani mengambil bagian.

Hadirin sekalian,

Keberanian adalah kunci. Namun, apa itu berani?

Berani adalah ketika kita berdiri pada kebenaran.

Berani adalah ketika kita punya ide, punya kesiapan, dan punya idealisme.

Berani adalah ketika kita menjadikan cinta dan cita-cita sebagai penggerak hidup.

Namun, perlu diingat: keberanian bukanlah nekat tanpa arah. Bukan keberanian yang melanggar hukum, merusak adat, atau bertentangan dengan agama. Keberanian sejati adalah keberanian yang terukur, yang bermanfaat, dan yang membawa kebaikan bagi orang banyak.

Karena itu, mari kita malu pada yang salah, dan berani pada yang benar.

Berani tanpa sombong, berani dengan tulus, dan berani dengan tujuan mulia.

Hadirin yang saya banggakan,

Mari kita hadirkan jiwa berani itu dalam setiap aspek kehidupan:

Educational, berani dalam belajar dan mengajar.

Spiritual, berani dalam beribadah dan berbuat baik.

Econominial, berani dalam berusaha dan berkarya.

Social, berani dalam membangun persaudaraan dan kepedulian.

Semoga Allah SWT menjadikan kita semua orang-orang yang berani pada kebaikan, tulus dalam niat, dan kuat dalam amal.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Rabu, 10 September 2025

Rahasia Menikah versi ESES

πŸ’‘ Rahasia Menikah versi ESES 

---

1️⃣ Educational Quotient atau kecerdasan pendidikan (EQ)

πŸ“š Belajar terus, karena pernikahan adalah sekolah tanpa kelulusan.

➡️ Dalil:

πŸ“– “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang...”

(QS. Ar-Rum: 21)

➡️ Kisah:

πŸ‘¨‍🦱❤️πŸ‘©‍🦰 Ali bin Abi Thalib dan Fatimah az-Zahra saling belajar dalam kehidupan rumah tangga. Meski hidup sederhana, keduanya saling menguatkan: Ali belajar kelembutan dari Fatimah, dan Fatimah belajar kesabaran dari Ali.

---

2️⃣ Spiritual Quotient atau kecerdasan keagamaan (SQ)

πŸ™ Jadikan ibadah sebagai pondasi, agar rumah tangga selalu mendapat berkah.

➡️ Hadits:

πŸ“œ Rasulullah ο·Ί bersabda:

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang paling baik di antara kalian terhadap keluargaku.”

(HR. Tirmidzi)

➡️ Kisah:

πŸ•ŒπŸ’‘πŸŒ™ Rasulullah ο·Ί dan Aisyah r.a. sering shalat malam bersama. Saat Aisyah tertidur, beliau dengan lembut menutupinya dengan kain. Ibadah yang dilakukan bersama membuat cinta semakin kokoh.

---

3️⃣ Entrepreneurship Quotient atau kecerdasan kewirausahaan (EnQ)

πŸ’Ό Pandai mengelola rezeki dan kreatif mencari solusi dalam setiap tantangan.

➡️ Dalil:

πŸ“– “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain...”

(QS. At-Taubah: 71)

➡️ Kisah:

πŸ₯–πŸ§ΊπŸ‘©‍🦰 Zubair bin Awwam dan istrinya Asma’ binti Abu Bakar pernah hidup serba kekurangan. Namun mereka saling membantu: Asma’ turut mengurus rumah dan usaha suaminya hingga akhirnya Allah lapangkan rezeki mereka.

---

4️⃣ Social Quotient atau kecerdasan sosial (SoQ)

🀝 Saling peduli, menghargai keluarga, dan menjaga silaturahmi dengan lingkungan.

➡️ Hadits:

πŸ“œ Rasulullah ο·Ί bersabda:

“Barang siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturahmi.”

(HR. Bukhari & Muslim)

➡️ Kisah:

πŸŒ™πŸ€²πŸ‘¨‍πŸ‘©‍πŸ‘§ Nabi ο·Ί selalu menjaga silaturahmi, bahkan kepada kerabat yang belum menerima Islam. Beliau mengajarkan bahwa keluarga harmonis juga lahir dari hubungan baik dengan kerabat dan masyarakat sekitar.

---

✨ Jika keempatnya berjalan seimbang, maka pernikahan bukan hanya bertahan…

tapi juga berkembang dan membahagiakan. ❤