. Sikap
Sikap
adalah suatu hal yang mempelajari mengenai seluruh tendensi tindakan,
baik yang menguntungkan maupun yang kurang menguntungkan, tujuan
manusia, objek, gagasan, atau situasi. Istilah objek dalam sikap
digunakan untuk memasukkan semua objek yang mengarah pada reaksi
seseorang. Ketiga komponen sikap: pengertian
(cognition), pengaruh
(affect), dan perilaku
(behavior). Susunan sikap yang dipandang berdasarkan ketiga komponen tersebut membantu untuk memahami kerumitan sikap dan hubungan potensial antara sikap dan perilaku.
(cognition), pengaruh
(affect), dan perilaku
(behavior). Susunan sikap yang dipandang berdasarkan ketiga komponen tersebut membantu untuk memahami kerumitan sikap dan hubungan potensial antara sikap dan perilaku.
Komponen Sikap
Sikap
disusun oleh komponen teori, emosional, dan perilaku. Komponen teori
terdiri atas gagasan, persepsi, dan kepercayaan seseorang mengenai
penolakan sikap. Komponen emosional atau afektif mengacu pada perasaan
seseorang yang mengarah pada objek sikap. Komponen perilaku mengacu
pada bagaimana satu kekuatan bereaksi terhadap objek/sikap.
Fungsi Sikap
Sikap
memiliki empat fungsi utama: pemahaman,kebutuhan akan kepuasan,
defensif ego, dan ungkapan nilai. Pemahaman atau pengetahuan berfungsi
untuk membantu seseorang dalam memberikan maksud atau memahami situasi
atau peristiwa baru. Sikap juga melayani suatu hal yang bermanfaat atau
fungsi kebutuhan yang memuaskan. Sikap juga melayani fungsi defensif
ego dengan melakukan pengembangan guna melindungi manusia dari
pengetahuan yang berlandaskan kebenaran mengenai dasar manusia itu
sendiri atau dunianya. Sikap juga melayani fungsi nilai ekspresi.
Sikap dan Konsistensi
Orang-orang
mengusahakan konsistensi antara sikap-sikapnya serta antara sikap dan
perilakunya. Ini berarti bahwa individu-individu berusaha untuk
menghubungkan sikap-sikap mereka yang terpisah dan menyelaraskan sikap
dengan perilaku mereka sehingga mereka kelihatan rasional dan konsisten.
Formasi Sikap dan Perubahan
Formasi
sikap mengacu pada pengembangan suatu sikap yang mengarah pada suatu
objek yang tidak ada sebelumnya. Perubahan sikap mengacu pada
substitusi sikap baru untuk seseorang yang telah ditangani sebelumnya.
Sikap dibentuk berdasarkan karakter faktor psikologis, pribadi dan
sosial. Hal pokok yang paling fundamental mengenai cara sikap dibentuk
sepenuhnya berhubungan langsung dengan pengalaman pribadi terhadap
suatu objek, yaitu pengalaman yang menyenangka maupun tidak, traumatis,
frekuensi kejadian, dan pengembangan sikap tertentu yang mengarah pada
gambaran hidup baru.
2. Beberapa Teori Terkait dengan Sikap
Teori Perubahan Sikap
Teori
perubahan sikap dapat membantu untuk memprediksikan pendekatan yang
paling efektif. Sikap, mungkin dapat berubah sebagai hasil pendekatan
dan keadaan.
Teori Pertimbangan Sosial
Teori
pertimbangan sosial ini merupakan suatu hasil perubahan mengenai
bagaimana orang-orang merasa menjadi suatu objek dan bukannya hasil
perubahan dalam memercayai suatu objek. Teori ini menjelaskan bahwa
manusia dapat menciptakan perubahan dalam sikap individu jika mau
memahami struktur yang menyangkut sikap orang laindan membuat
pendekatan setidaknya untuk dapat mengubah ancaman.
Konsistensi dan Teori Perselisihan
Teori
konsistensi menjaga hubungan antara sikap dan perilaku dalam
ketidakstabilan, walaupun tidak ada tekanan teori dalam sistem. Teori
perselisihan adalah suatu variasi dari teori konsistensi.
Teori Disonansi Kognitif
Leon
Festinger pada tahun 1950-an mengemukakan teori Disonansi Kognitif.
Teori ini menjelaskan hubungan antara sikap dan perilaku. Disonansi
dalam hal ini berarti adanya suatu inkonsistensi. Festinger mengatakan
bahwa hasrat untuk mengurangi disonansi akan ditentukan oleh pentingnya
unsur-unsur yang menciptakan disonansi itu, derajat pengaruh yang
diyakini dimiliki oleh individu terhadap unsur-unsur itu, dan ganjaran
yang mungkin terlibat dalam disonansi. Teori ini dapat membantu
kecenderungan untuk mengambil bagian dalam perubahan sikap dan perilaku.
Teori Persepsi Diri
Teori
persepsi diri menganggap bahwa orang-orang mengembangkan sikap
berdasarkan bagaimana mereka mengamati dan menginterpretasikan perilaku
mereka sendiri. Teori ini mengusulkan fakta bahwa sikap tidak
menentukan perilaku, tetapi sikap itu dibentuk setelah perilaku terjadi
guna menawarkan sikap yang konsisten dengan perilaku.
Teori Motivasi dan Aplikasinya
Terdapat
keyakinan bahwa perilaku manusia ditimbulkan oleh adanya motivasi.
Dengan demikian, ada sesuatu yang mendorong (memotivasi) seseorang
untuk berbuat sesuatu.
Teori Motivasi Awal
Tiga
teori spesifik dirumuskan selama kurun waktu tahu 1950-an. Ketiga teori
ini adalah teori hierarki kebutuhan,teori X dan Y, dan teori motivasi
higiene. Teori-teori ini bersifat awal karena: 1) teori-teori ini
mewakili suatu dasar dari mana teori-teori kontemporer berkembang, dan
2) para manajer mempraktikkan penggunaan teori dan istilah-istilah ini
untuk menjelaskan motivasi karyawan secara teratur.
Teori Kebutuhan dan Kepuasan
Moslow
menjelaskan suatu bentuk teori kelas. Teorinya menjelaskan bahwa
masing-masing individu mempunyai beraneka ragam kebutuhan yang dapat
mempengaruhi perilaku mereka.
Hierarki kebutuhan manusia oleh Moslow
- Kebutuhan fisiologis (physiologis needs ), yaitu kebutuhan fisik , seperti rasa lapar, rasa haus, kebutuhan akan perumahan, pakaian, dan lain sebagainya.
- Kebutuhan akan keamanan (safety needs ), yaitu akan kebutuhan keselamatan dan perlindungan dari bahaya, ancaman, perampasan atau pemecatan.
- Kebutuhan sosial (social needs ), yaitu kebutuhan akan rasa cinta dan kepuasan dalam menjalin hubunnga dengan orang lain, kebutuhan akan kepuasan dan perasaan memiliki serta diterima dalam suatu kelompok, rasa kekeluargaan, persahabatan, dan kasih sayang.
- Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs ), yaitu kebutuhan akan status atau kedudukan, kehormatan diri, reputasi, dan prestasi.
- Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization needs ), yaitu kebutuhan pemenuhan diri untuk mempergunakan potensi ekspresi diri dan melakukan apa yang paling sesuai dengan dirinya.
Teori Prestasi
Teori
ini pada awalnya dikembangkan oleh McClelland pada awal tahun 1990.
Teori McClelland mempunyai suatu faktor hierarki yang memotivasi
perilaku. Dalam kasus ini, terdapat tiga faktor yaitu prestasi,
kekuatan dan afiliasi. Riset yang dilakukan oleh McClellandmembri hasil
bahwa terdapat tiga karakreristik dari orang yang memiliki kebutuhan
prestasi yang tinggi, yaitu :
- Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap pelaksanaan suatu tugas atau pencarian solusi atas suatu permasalahan.
- Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi cenderung menetapkan tingkat kesulitan tugas yang moderat dan menghitung risikonya.
- Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi memiliki keinginan yang kuat untuk memperoleh umpan balik (feed back ) atau tanggapan atas pelaksanaan tugasnya.
Teori Motivasi
Pada
pertengehan tahun 1960-an Herzberg mengajukan suatu teori motivasi yang
di bagi kedalam beberapa faktor. Asumsi terpenting dari bentuk teori
Herzberg adalah factor yang mempunyai pengaruh positif dalam motivasi
dan menjadi bahan perbedaan yang menyenangkan dari seluruh pengaruh
negatif. Faktor-faktor ini meliputi : kebijakan perusahaan , kondisi
pekerjaan, hubungan perseorangan, keamanan kerja dan gaji. Faktor
motivasi meliputi : prestasi, pengakuan, tantangan pekerjaan, promosi,
dan tanggung jawab.
Teori Keadilan
Teori
keadilan pertama kali dipublikasikan oleh Adam pada tahun1963. Dalam
teori keadilan, kunci ketidakpuasan terhadap pekerjaan yang dilakukan
oleh seorang individu adalah jika orang tersebut membandingkannya
dengan lingkungan lainnya.
Teori ERG
Teori
ERG (existence, relatedness, growth ) menganggap bahwa kebutuhan akan
manusia memilki tiga hierarki kebutuahan, yaitu kebutuhan akan
eksistensi ( existence needs), kebutuhan akan keterikatan ( relatedness
needs ) dan kebutuhan akan pertumbuhan (growth needs ).
Teori Harapan
Teori
ini dikembangkan sejak tahun 1930-an oleh Kurt Levin dan Edward Tolman.
Teori harapan disebut juga teori valensi atau teori instrumentalis. Ide
dasar teori ini adalah bahwa motivasi ditentukan oleh hasil yang
diharapkan akan diperoleh seseorang sebagai akibat dari tindakannya.
Variabel-variabel kunci dalam teori harapan adalah: usaha (effort),
hasil (income),harapan (expectancy), instrumen-instrumen yang berkaitan
dengan hubungan antara hasil tingkat pertama dengan hasil tingkat
kedua,hubungan antara prestasi dan imbalan atas pencapaian prestasi,
serta valensi yang berkaitan dengan kader kekuatan dan keinginan
seseorang terhadap hasil tertentu.
Teori penguatan
Teori penguatan memiliki konsep dasar yaitu :
- Pusat perhatian adalah pada perilaku yang dapat diukur, seperti jumlah yang dapat diproduksi, kualitas produksi, ketepatan pelaksanaan jadwal produksi, dan sebagainya.
- Kontinjensi penguatan (contingencies of reinforcement), yaitu berkaitan dengan urutan-urutan antara stimulus, tanggapan, dan konsekuensi dari perilaku yang ditimbulkan.
- Semakin pendek interval waktu antara tanggapan atau respon karyawan (misalnya prestasi kerja) dengan pemberian penguatan (imbalan), maka semakin besar pengaruhya terhadap perilaku.
Teori Penetapan Tujuan
Teori
ini dikembangkan oleh Edwin Loceke(1986) konsep dasar dari teori ini
adalah bahwa karyawan yang memahami tujuan (apa yang diharapkan
organisasi terhadapnya) akan terpengaruh perilaku kerjanya.
Teori Atribusi
Teori
ini dikembangkan oleh Fritz Heider yang berargumentasi bahwa perilaku
seseorang ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan internal(internal
forces), yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang,
seperti kemampuan atau usaha, dan kekuatan eksternal (eksternal
forces), yaitu factor-faktor yang berasal dari luar seperti kesulitan
dalam pekerjaan atau keberuntungan.
Teori Agensi
Teori
ini mengasumsikan kinerja yang efisien dan bahwa kinerja organisasi
ditentukan oleh usaha dan pengaruh kondisi lingkunngan. Teori ini
secara umum mengasumsikan bahwa principal bersikap netral terdadap
risiko sementara agen bersikap menolak usaha dan risiko.
Pendekatan Dyadic
Pendekatan
tersebut menyatakan bahwa ada dua pihak, yaitu atasan (superior) dan
bawahan (subordinate), yang berperan dalam [proses evaluasi kinerja.
Pendekatan ini dikembangkan oleh Danserau et al. pada tahun 1975.
Danserau menyatakan bahwa pendekatan ini tepat untuk menganalisis
hubungan antara atasan dan bawahan karena mencerminkan proses yang
menghubungkan keduanya.
3. Persepsi
Persepsi
adalah Bagaimana orang-orang melihat atau menginterprestasikan
peristiwa, objek, serta manusia. Menurur kamus Bahasa Indonesia
Persepsi adalah sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu
atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indra.
Sedang dalam lingkup yang lebih luas Persepsi merupakan suatu proses
yang melibatkan pengetahuan sebelumnya dalam memperoleh dan
menginterprestasikan stimulus yang ditunjukkan oleh panca indra.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
- Faktor Dalam Situasi
Yang terdiri dari waktu, keadan (tempat kerja), keadan social.
- Faktor Pada Pemersepsian
Yang terdiri dari sikap, motif, kepentingan, pengalaman dan pengharapan.
- Faktor Pada Target
Yang terdiri dari hal baru, gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang, kedekatan.
Rangsangan Fisik VS Kecenderungan Individu
Rangsangan
Fisik adalah input yang berhubungan dengan perasaan, seperti
pegelihatan dan sentuhan. Sedang Kecenderungan Individu meliputi alas
an, kebutuhan, sikap, pelajaran dari masa lalu dan harapan. Perbedaan
persepsi antar orang-orang disebabkan karena perasaan individu yang
menerimanya berbeda fungsi dan hal ini terutama disebabkanoleh
kecenderungan perbedaan. Empat factor lain yang berhubungan dengan
kecenderungan individu adalah kekerabatan, perasaan, arti penting dan
emosi.
Keterkaitan Persepsi Bagi Para Akuntan
Perilaku
para akuntan dapat menerapkan pengetahuan persepsi terhadap banyak
aktifitas organisasi. Misalnya dalam evaluasi kinerja, cara penilaian
atas seseorang mungkin dipengaruhi oleh ketelitian persepsi penyeia.
Kesalahan atau bias penilaian mungkin diakibatkan oleh sandiwara yang
mencoba untuk menakut-nakuti sehingga karyawan mrasa tidak puas dan
meninggalkan perusahaan. Oleh karena itu para penyelia perlu mengenali
perasaan mereka terhadap bawahannya. Bawahan tertentu dapat mempengaruh
evaluasi mereka, dan harus waspada terhadap sumber penyimpangan
persepsi ini. Kesalahan persepsi dapat juga mendorong kearah ketegangan
hubungan antar pribadi karyawan. Ketika sesuatu dilihat sebagai sesuatu
yang menegangkan seorang penyelia perlu menentukan penyebab terjadinya
peristiwa bisnis yang dipandang berbeda oleh orang-orang yang berbeda.
Persepsi Orang Membuat Penilaian Mengenai Orang Lain
Dalam
bahasan mengenai persepsi orang dalam membuat penilaian terhadap orang
lain, hal ini akan dikaitkan dengan teori atribusi. Teori atribusi
merupakan dari penjelasan cara-cara manusia menilai orang secara
berlainan,bergantung pada makna apa yang dihubungkan ke suatu prilaku
tertentu. Pada dasarnya teori ini menyarankan bahwa jika seseorang
mengamati prilaku seorang individu, orang tersebut berusaha menentukan
apakah prilaku itu disebabkan oleh factor internal atau eksternal,
tetapi penentan tersebut sebagian besarbergantung pada tiga factor
berikut:
- Kekususan (ketersendirian) merujuk pada apakah seorang individu memperlihatkan prilaku-prilaku yang berlainan dalam situasi yang berlainan.
- Konsesus yaitu jika semua orang yang menghadapi suatu situasi yang serupa bereaksi dengan cara yang sama. Contoh perilaku karyawan yang terlambat akan memenuhi criteria ini jika semua karyawan yang mengambil rute yang sama ke tempat kerja juga terlambat.
- Konsistensi. Disini dicari konsistensi dari tindakan seseorang apakah orang tersebut memberikan reaksi yang sama dari waktu kewaktu.Contoh Apabila seorang karyawan datang terlambat beberapa menit saja tidak dipersepsikan dengan cara yang sama oleh karyawan yang baginya keterlambatan itu kasus yang luabiasa (karena tidak pernah terlambat).
4. Nilai
Nilai
secara mendasar dinyatakan sebagai suatu modus perilaku atau keadaan
akhir dari eksistensi yang khas dan lebih disukai secara pribadi atau
sosial dibandingkan dengan suatu modus perilaku atau keadaan akhir yang
berlawanaan.
Arti Penting Nilai
Dalam
mempelajari perilaku dalam organisasi, nilai dinyatakan penting karena
nilai meletakkan dasar untuk memahami sikap serta motivasi dan karena
nilai memengaruhi sikap manusia.seseorang memasuki organisasi dengan
gagasan yang dikonsepkan sebelumnya mengenai apa yang seharusnya dan
apa yang tidak seharusnya.
Nilai dan Dilema Etika
Permasalahan
profesi akuntansi sekarang ini banyak dipengaruhi masalah kemerosotan
standar etika dan krisis kepercayaan. Krisis kepercayaan ini seharusnya
menjadi pelajaran bagi para akuntan untuk lebih berbenah diri,
memperkuat kedisiplinan mengatur dirinya dengan benar, serta menjalin
hubungan yang lebih baik dengan para klien atau masyarakat luas. Misal:
skandal Enron yang melibatkan Arthur Anderson, serta skndal Worldcom,
Merck, dan Xerox, profesi akuntan menjadi gempar.
Ihksan
menambahkan cara yang lebih baik dan ideal dalan mengatasi dilema ini
adalah dengan mempertimbangkan kecukupan dari kesempatan yang ada
selanjutnya memberikan reaksi terhadap apa yng menjadi kekawatiran di
dalamnya.
5. Pembelajaran
Pembelajaran
adalah proses dimana perilaku baru diperlukan. pembelajaran terjadi
sebagai hasil dari motivasi, pengalaman, dan pengulangaan dalam
merespon situasi. Kombinasi dari motivasi, pengalaman dan pengulangan
dalam merespons situasi ini terjadi dalam tiga bentuk: pengaruh keadaan
klasik, pengaruh keadaan operant, dan pembelajaran sosial.
Pengondisian Keadaan Klasik
Dapat
diringkaskan bahwa pengondisian klasik pada hakikatnya merupakan proses
pembelajaran suatu respons dan suatu rangsangan yang tidak terkondisi.
Dengan menggunakan rangsangan yang berpasangan, yang satu memaksa yang
lain netral, rangsangan yang netral menjadi suatu rangsangan terkondisi
yang kemudian meneruskan sifat-sifat dari rangsangan tidak terkondisi.
Pengondisian Operant
Pengondisian operant menyatakan bahwa perilaku merupakan suatu fungsi dari konsekuensi-konsekuensi. Perilaku operant
berarti perilaku yang bersifat sukarela atau perilaku yang dipelajari
sebagai kontras terhadap perilaku semacam itu, yang dipengaruhi oleh
ada atau tidak adanya pungutan yang ditrimbulkan oleh
konsekuensi-konsekuensi dari perilaku tersebut.
Pembelajaran Sosial
Walaupun teori pembelajaran sosial merupakan suatu perpanjangan dari pengondisian operant,
di mana teori tersebut mengandalkan perilaku sebagai suatu fungsi dari
konsekuensi-konsekuensi, teori itu juga mengakui eksistensi
pembelajaran observasional(lewat pengamatan) dan pentingya persepsi
dalam belajar.
6. Kepribadian
Aplikasi
utama dari teori kepribadian dalam organisasi adalah memprediksikan
perilaku. Pengujian terhadap perilaku ditentukan oleh banyaknya
efektivitas dalam tekanan pekerjaan, siapa yang akan menanggapi
kritikan dengan baik, siapa yng pertama harus dipuji dahulu sebelum
berbicara mengenai perilaku tidak diinginkan, siapa yang menjadi
seorang pemimpin potensial. Semuanya itu merupakan bentuk-bentuk
pemahamaan atau kepribadian.
Penentu Kepribadian
Suatu
argumen dini dalam riset kepribadian adalah apakah kepribadian
seseorang merupakan hasil keturunan atau lingkungan. Kepribadian
tampaknya merupakan hasil dari kedua pengaruh tersebut. Selain itu,
dewasa ini dikenal faktor ketiga, yaitu faktor situasi
a.Keturunan
Pendekatan
keturunan beragumentasi bahwa penjelasan paling akhir dari kepribadian
seseorang individu adalah struktur molekul dari gen yang terletak dalam
kromosom.
b.Lingkungan
Di
antara faktor-faktor yang menekankan pada pembentukan kepribadian
adalah budaya dimana seseorang dibesarkan, pengondisian dini,
norma-norma di antara keluarga, temam-teman, dan kelompok-kelompok
social, serta pengaruh lain yang dialmi.
c.Situasi
Faktor
ini mempengaruhi dampak keturunan dan lingkungan terhadap kepribadian.
Kepribadian seseorang walaupun kelihatannya mantap dan konsisten ,
dapat berubah pada kondisi yang berbeda.
Sumber: Ikhsan, Arfan, dan Muhammad Ishak, 2005, "Akuntansi Keperilakuan," Salemba Empat.
Kamis, 16 Juli 2009
PENGANTAR AKUNTANSI KEPERILAKUAN
Akuntansi keperilakuan – tinjauan umum
Akuntansi
merupakan suatu sistem untuk menghasilkan informasi keuangan yang
digunakan oleh para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan
bisnis. Tujuan informasi tersebut adalah memberikan petunjuk dalam
memilih tindakan yang paling baik untuk mengalokasikan sumber daya yang
langka pada aktivitas bisnis dan ekonomi. Motivasi dan perilaku dari
pelaksana sistem informasi akuntansi menjadi aspek penting dari suatu
sistem informasi akuntansi. Pihak pemakai laporan keuangan dapat dibagi
menjadi dua kelompok yaitu pemakai internal (internal user) dan pemakai eksternal (external user).
Pemakaian oleh pihak internal dimaksudkan untuk melakukan serangkaian
evaluasi kinerja. Pihak eksternal juga memiliki suatu rangkaian
perilaku yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan organisasi.
Pihak eksternal sama dengan pihak internal, tetapi mereka labih
berfokus pada jumlah investasi yang mereka lakukan dalam organisasi
tersebut.
Binberg dan Shields (1989) mengklasifikasikan riset akuntansi keperilakuan dalam lima aliran (school) , yaitu :
- Pengendalian manajemen (management control)
- Pemrosesan informasi akuntansi (accounting information processing)
- Desain sistem informasi (information system design)
- Riset audit (audit research)
- Sosiologi organisasional (organizational sociology)
Informasi
akuntansi dirancang untuk suatu dasar bagi pengambilan banyak keputusan
penting di dalam maupun diluar perusahaan. Sistem informasi
dimanfaatkan untuk membantu dalam proses perencanaan, pengkoordinasian
dan pengendalian yang kompleks, serta aktivitas yang saling berhubunga
untuk memotivasi orang-orang pada semua tingkatan didalam perusahaan
Awal perkembangan riset akuntansi keperilakuan menekankan pada aspek
akuntansi manajemen khususnya penganggaran (budgeting), namun
yang dominan dalam hal ini terus berkembang dan bergeser searah
akuntansi keuangan, sistem informasi akuntansi, dan audit. Banyak
volume riset atas akuntansi keperilakuan dan meningkatnya sifat
spesialisasi riset, serta tinjauan studi secara periodik, akan
memberikan manfaat untuk beberapa tujuan berikut ini :
- Memberikan gambaran state of the art terhadap minat khusus dalam bidang baru yang ingin diperkenankan
- Membantu dalam mengindentifikasikan kesenjangan riset
- Untuk meninjau dengan membandingkan dan membedakan kegiatan riset melalui sebidang akuntansi, seperti audit, akuntansi manajemen dan perpajakan
Perkembangan
yang pesat dalam akuntansi keperilakuan lebih disebabkan karena
akuntansi secara simultan dihadapkan dengan ilmu-ilmu social secara
menyeluruh. Akuntansi keperilakuan menggunakan metodelogi ilmu
pengetahuan perilaku untuk melengkapi gambaran informasi dengan
mengukur dan melaporkan faktor manusia yang mempengaruhi keputusan
bisnis dan hasil mereka. Akuntansi keperilakuan menyediakan suatu
kerangka yang disusun berdasarkan teknik berikut ini :
- Untuk memahami dan mengukur dampak proses bisnis terhadap orang-orang dan kinerja perusahaan
- Untuk mengukur dan melaporkan perilaku serta pendapat yang relevan terhadap perencanaan strategis
- Untuk mempengaruhi pendapat dan perilaku guna memastikan keberhasilan implementasi kebijakan perusahaan
Akuntansi Konvensional
Merupakan
akuntansi sebagai suatu disiplin jasa yang mampu memberikan informasi
yang relevan dan tepat waktu mengenai masalah keuangan perusahaan dan
untuk membantu pemakai internal dan eksternal dalam proses pengambilan
keputusan ekonomi. Informasi keuangan melalui pelaporan keuangan
sebagai hasil dari sistem informasi keuangan memiliki tujuan yang
beberapa diantaranya adalah :
- Menyediakan informasi laporan keuangan yang dapat dipercaya dan bermafaat bagi investor serta kreditor sebagai dasar pengambilan keputusan dan pemberian kredit.
- Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan dengan menunjukan sumber-sumber ekonomi (kekayaan) perusahaan serta asal dari kekayaan tgersebut
- Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba
- Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melunasi utang-utangnya
- Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan sumber-sumber pendanaan perusahaan
- Menyediakan informasi keuangan yang dapat membantu para pemakai dalam memperkirakan arus kas masuk ke dalam perusahaan.
Akuntansi sebagai Suatu Sistem Informasi
Sistem
dapat diartikan sebagai suatu kesatuan yang kompleks dan dibentuk dari
berbagai komponen yang saling berkaitan. Karakteristik sistem secara
keseluruhan harus memiliki sasaran, input output, dan lingkungan untuk
mencapai target geser yang telah ditetapkan.
Akuntansi adalah Sistem
Sistem
informasi yang baru dapat juga menimbulkan hubungan kerja yang baru
diantara karyawan yang ada, perubahan pekerjaan, bahkan mungkin
perubahan struktur organisasi. Dukungan manajemen puncak merupakan
suatu faktor penting yang menent penting yang menentukan efektukan
efektivitas penerimaan sistem informasi dalam organisasi. Jackson
(1986) mengemukakan beberapa alasan mengapa keterlibatan manajemen
puncak dalam pengembangan sistem informasi merupakan hal yang penting,
yaitu :
- Pengembangan sistem merupakan bagian yang terintegrasi dengan perencanaan perusahaan.
- Manajemen puncak merupakan fokus utama dalam proyek pengembangan sistem.
- Manajemen puncak menjamin penekanan tujuan perusahaan daripada aspek teknisnya.
- Pemilihan sistem yang akan dikembangkan didasarkan pada kemungkinan manfaat yang akan diperoleh dan manajemen puncak mampu untuk menginterprestasikan hal tersebut.
- Keterlibatan manajemen puncak akan memberikan kegunaan dan pembuatan keputusan yang lebih baik dalam pengembangan sistem.
Keterlibatan
pemakai dalam pengembangan sistem informasi adalah bagian integral dari
kesuksesan suatu sistem informasi. Keterlibatan pemakai ini harusnya
ada pada semua tahap yang dinamakan siklus hidup pengembangan sistem.
Tahapan tersebut adalah perencanaan, analisis, perancangan,
implementasi dan pascaimplementasi. Untuk mengukur keterlibatan pemakai
ini, Ives dan Olson (1984) mengemukakan enam tingkatan keterlibatan
pemakai dalam pengembangan sistem informasi, yaitu :
- Tidak ada keterlibatan (no-involvement)
- Keterlibatan simbolis (symbolic involvement)
- Keterlibatan atas saran orang lain (involvement by advice)
- Keterlibatan dengan pengendalian yang lemah (involvement by weak control)
- Keterlibatan dengan melakukan (involvement by doing)
- Keterlibatan dengan pengendalian yang kuat (involvement by strong control)Keterlibatan Manajemen Puncak Dalam Pengembangan Sistem
Perencanaan Strategis
|
Perencanaan Sistem
|
Implementasi
|
a. Kandungan proses perencanaan strategis
|
a. Integrasi Sistem
|
a. Pengendalian rencana implementasi
|
b. Kegunaan rencana
|
b. Tingkat rincian rencana proyek
|
b. Keterbatasan sumber daya
|
c. Keterpaduan dalam rencana
|
c. Integrasi hardware
|
c. Pencapaian tujuan perencanaan
|
d. Pengkoordinasian tindakan perencanaan
|
d. Perencanaan proyek
|
Akuntansi adalah Informasi
Akuntansi
dapat dipandang sebagai suatu informasi. Perusahaan harus berupaya
untuk mengoptimalkan peran informasi ini untuk mencapai tujuannya.
Informasi yang diperlukan oleh manajemen harus memiliki karakteristik
seperti akurat dan tepat waktu. Tersedianya informasi secara cepat,
relevan, dan lengkap lebih dikarenakan adanya kebutuhan yang sangat
dirasakan oleh masing-masing unit bisnis untuk mendapatkan posisi
keunggulan kompetitif. Agar proyek pengembangan sistem informasi tidak
sia-sia, perlu dipahami tahapan-tahapan dalam pengembangan sistem
tersebut seperti yang diutarakan oleh Bodnar dan Hopwood (1995), yaitu :
- Perencanaan dan analisis sistem yang meliputi formulasi dan evaluasi solusi-solusi masalah sistem dan penekanannya pada tujuan keseluruhan sistem
- Perancangan sistem yaitu proses menspesifikan rincian solusi yang dipilih oleh proses analisis sistem
- Implementasi sistem yaitu proses menempatkan rancangan prosedur-prosedur dan metode baru atau revisi ke dalam operasi
Sebagai
sistem informasi, akuntansi juga sering disebut "bahasa bisnis" yang
dapat menyediakan atau memberikan informasi penting mengenai kegiatan
ekonomi. Dikatakan seperti itu sebab akuntansi dapat berperan sebagai
media komunikasi yang mengkomunikasikan berbagai fenomena, gejala, dan
peristiwa ekonomi yang terjadi disuatu organisasi bisnis kepada
pihak-pihak yang berkepentingan dengan fenomena, gejala dan peristiwa
ekonomi tersebut.
Perkembangan Sejarah Akuntansi Keperilakuan
Riset
akuntansi keperilakuan merupakan suatu bidang baru yang secara luas
berhubungan dengan perilaku individu, kelompok, dan organisasi bisnis,
terutama yang berhubungan dengan proses informasi akuntansi dan audit.
Studi terhadap perilaku akuntan atau perilaku dari non akuntan telah
banyak dipengaruhi oleh fungsi akuntan dan laporan (Hofstede dan
Kinerd, 1970). Riset akuntansi keperilakuan meliputi masalah yang
berhubungan dengan:
- Pembuatan keputusan dan pertimbangan oleh akuntan dan auditor.
- Pengaruh dari fungsi akuntansi seperti partisipasi dalam penyusunan anggaran, karakteristik sistem informasi, dan fungsi audit terhadap perilaku baik karyawan, manajer, investor, maupun Wajib Pajak.
- Pengaruh dari hasil fungsi tersebut, seperti informasi akuntansi dan pengunaan pertimbangan dalam pembuatan keputusan
Pada
bulan Juni 1951, Controllership Foundation of America mensponsori suatu
riset untuk menyelidiki dampak anggaran terhadap manusia. Sejumlah
penjelasan dan kesimpulan dari hasil riset mengenai perangkap
keperilakuan pada anggaran dan pembuatan anggaran dalam banyak
pemikiran masih bersifat sementara, dan oleh karena itu masih perlu
disempurnakan.
Paradigma
riset perilaku yang dilakukan oleh Steadry (1960) dalam disertasinya
telah menggali pengaruh anggaran motivasional dengan menggunakan suatu
eksperimen analog. Selanjutnya disusul oleh karya Benston (1963) serta
Churcil dan Cooper (1965) yang memfokuskan pada akuntansi manajerial
dan pengaruh fungsi akuntansi pada perilaku. Riset-riset ini berlanjut
pada tahun 1970-an dengan satu rangkaian studi oleh Mock (1969-1973),
Barefield (1972), Magee dan Dickhout (1978), Benbasat dan Dexter
(1979). Fokus dari studi-studi tersebut adalah pada akuntansi
manajerial, namun penekanannya mengalami pergeseran dari pengaruh
fungsi akuntansi ke perilaku terhadap pemrosesan informasi oleh pembuat
keputusan. Studi yang mempengaruhi bidang ini dilakukan oleh Ashton
(1974) dan Libby (1975), yang membantu membentuk suatu standar dalam
desain eksperimental dan validitas internal untuk pertimbangan riset
yang diikuti.
Mulai
dari tahun 1960 sampai 1980-an, jumlah artikel mengenai akuntansi
keperilakuan semakin meningkat. Artikel pertama menggambarkan mengenai
akuntansi keperilakuan, sementara artikel selanjutnya membahas mengenai
teori dan konsep ilmu pengetahuan keperilakuan dalam kaitannya dengan
akuntansi serta implikasinya bagi prinsip-prinsip akuntansi dan
praktisnya. Pertumbuhan studi akuntansi keperilakuan mulai muncul dan
berkembang, terutama diprakarsai oleh akademisi profesi akuntan.
Penggabungan aspek-aspek perilaku pada akuntansi menunjukkan adanya
pertumbuhan minat akan bidang riset ini. Berbagai variabel perilaku
yang terus dipelajari oleh para akuntan terkait dengan akuntansi dapat
dilihat pada gambar dibawah ini,
Landasan Teori dan Pendekatan Akuntansi Keperilakuan
Hidayati (2002) menjelaskan bahwa sebagai bagian dari ilmu keperilakuan (behavior science),
teori-teori akuntansi keperilakuan dikembangkan dari riset empiris atas
perilaku manusia dalam organisasi. Dengan demikian, peranan riset dalam
pengembangan ilmu itu sendiri tidak diragukan lagi.
Dari Pendekatan Normatif ke Deskriptif
Pada
awal perkembangannya, desain riset dalam bidang akuntansi manajemen
masih sangat sederhana, yaitu hanya memfokuskan pada masalah-masalah
perhitungan harga pokok produk. Seiring dengan perkembangan teknologi
produksi, permasalahan riset diperluas dengan diangkatnya topic
mengenai penyusunan anggaran, akuntansi pertanggungjawaban, dan masalah
harga transfer. Meskipun demikian, berbagai riset tersebut masih
bersifat normatif.
Pada
tahun 1952 C. Argyris menerbitkan risetnya pada tahun 1952, desain
riset akuntansi manajemen mengalami perkembangan yang signifikan dengan
dimulainya usaha untuk menghubungkan desain system pengendalian
manajemen suatu organisasi dengan perilaku manusia. Sejak saat itu,
desain riset lebih bersifat deskriptif dan diharapkan lebih bisa
menggambarkan kondisi nyata yang dihadapi oleh para pelaku organisasi.
Dari Pendekatan Universal ke Pendekatan Kontijensi
Riset keperilakuan pada awalnya dirancang dengan pendekatan universal (universalistic approach),
seperti riset Argyris (1952), Hopwood (1972), dan Otley (1978). Tetapi,
karena pendekatan ini memiliki banyak kelemahan, maka segera muncul
pendekatan lain yang selanjutnya mendapat perhatian besar dalam bidang
riset, yaitu pendekatan kontinjensi (contingency approach).
Berbagai
riset yang menggunakan pendekatan kontinjensi dilakukan dengan tujuan
mengidentifikasi berbagai variabel kontinjensi yang mempengaruhi
perancangan dan penggunaan sistem pengendalian manajemen. Secara
ringkas, berbagai variabel kontinjensi yang mempengaruhi desain system
pengendalian manajemen tersebut adalah sebagai berikut:
- Ketidakpastian (uncertainty) seperti tugas, rutinitas, repetisi, dan faktor-faktor eksternal lainnya.
- Teknologi dan saling ketergantungan (technology and interdependence) seperti proses produksi, produk masal, dan lainnya.
- Industri, perusahaan, dan unit variabel seperti kendala masuk ke dalam industri, rasio konsentrasi, dan ukuran perusahaan.
- Strategi kompetitif (competitive strategy) seperti penggunaan biaya rendah atau keunikan.
- Faktor-faktor yang dapat diamati (observability factor) seperti desentralisasi, sentralisasi, budaya organisasi dan lainnya
Chenhall
dan Morris meneliti tentang hubungan antara variabel kontinjensi
ketidakpastian lingkungan dan ketergantungan organisasi terhadap
hubungan antara struktur organisasi dan persepsi atas manfaat sistem
akuntansi.
Daftar Pustaka
Binberg,
G. Jacob, dan Jeffrey F. Shields, 1989, "Three Decades of Behavioral
Accounting Research: A Search for Order, " Behavioral Research in
Accounting, Vol. 1, hal. 23-74.
Jackson, I. F., 1986, "Corporate Information Management," New Jersey: Prentice-hall.
Ives,
B., dan Olson, M. H., 1984, "Use involvement and MIS Success: A Review
of Research," Management Science, Vol. 30, hal. 386-603.
Bodnar dan Hopwood, 1995, Accounting Information Systems, Edisi ke-6, New Jersey: Prentice-Hall.
Hofstede dan Kinerd, 1970, "A Strategy for Behavioral Research," The Accounting Review, Januari, hal. 38-54.
Steadry, 1960, "Budgets Control and Cost Behavior," Prentice-Hall. Englewood Cliffs N.J.
Benston, G., 1963, "The Role of The Firm's Accounting System for Motivation," The Accounting Review, April, hal. 374-354.
Churcil, N., dan W. Cooper, 1965, "A Fields Study of Audit Internaling," The Accounting Review, Oktober, hal. 767-781.
Mock , T., 1969, "Comparative Value of Information Structures," Journal of Accounting Research, Suplemen, hal. 124-159.
……………., 1973, "The Value of Budget Information," The Accounting Revief, Juli, hal. 520-534.
Barefield
, R., 1972, "The Effect of Aggregation on Decision Making Success: A
Laboratory Study," Journal of Accounting Research, Musim Gugur, hal.
229-242.
Magee, R., dan J.
Dickhould, 1978, "Effects of Compensation Plans on Heuristic in Cost
Variance Investigation," Journal of Accounting Research, Musim Gugur,
hal. 292-314.
Benbasat, I., dan A.
S. Dexter, 1982. "Individual Differences in The Use of Decision Support
Aids," Journal of Accounting Research, Musim Semi, hal 1-11.
Ashton,
A. H., 1992, "Experience and Error Frequency Knowledge as Potential
Determinants of Audit Expertise," The Accounting Review 66 (April),
hal. 218-239
Libby, 1975, "
Accounting Ratios and Prediction of Failure: Some Behavioral Evidence,"
Journal of Accounting Research, Musim Semi, hal. 150-161
Hidayati,
Ataina, 2002, "Perkembangan Riset Akuntansi Keperilakuan Berbagai Teori
dan Pendekatan yang Melandasi," JAAI, Vol. 6 No.2, Desember.
Argyris , C., 1952, "The Impact of Budgets on People," New York, The Controllership Foundation.
Hopwood
, Anthony, 1972, "An Empirical Study of The Role of Accounting Data in
Performance Evaluation," The Accounting Review 40 (Juli), hal. 485-495.
Otley , D. T., 1978, "Budget Use and Managerial Performance," Journal of Accounting Research, hal 122-149.
Ikhsan, Arfan, dan Muhammad Ishak, 2005, "Akuntansi Keperilakuan," Salemba Empat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar