Kepemimpinan bukanlah sekedar masalah prestise
pada jabatan yang dimiliki. Bukan hanya sekedar posisi atau seberapa
besar gaji yang diperoleh, dan bukan pula sekedar memiliki pengetahuan
intelektual yang tinggi. Kepemimpinan adalah sebuah tindakan nyata, dan
lebih merupakan hasil dari proses panjang perubahan dan pengembangan (Developmental Process)
karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang. Ketika
seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, membentuk karakter yang
kokoh, dan ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan
pengaruh pada lingkungannya, serta keberadaannya mendorong perubahan
dalam organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin
sejati. Jadi pemimpin bukanlah sekedar gelar atau jabatan yang
diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari
diri seseorang. Setiap orang mempunyai kapasitas untuk menjadi
pemimpin, baik bagi dirinya, keluarganya, lingkungan pekerjaan, maupun
bagi lingkungan sosial dan bahkan bagi negerinya.
Ahad, 06 mei 2007. Dewan Mahasiswa Pesantren Mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya mengadakan acara yang bertemakan “Leadership Building Characters and Developing skills” dengan Kresnayana Yahya sebagai pembicara (Trainer) nya. Dosen Institute Teknologi Sepuluh November Surabaya ini menjelaskan tentang Dasar Kepemimpinan (Basic of Leadership)
dan segala aspek yang berhubungan dengan kepemimpinan. Sangat
disayangkan, karena keterbatasan waktu, tidak semua materi yang beliau
siapkan dapat disampaikan seluruhnya dalam acara ini. Namun, dari
beberapa materi yang sempat beliau sampaikan cukup membuat kita paham
tentang dasar kepemimpinan.
Kepemimpinan,
menuntut suatu transformasi dari dalam (hati) dan perubahan karakter
seseorang. Untuk menjadi pemimpin sejati yang mampu meraih kesuksesan
diperlukan lebih dari sekedar memiliki kemampuan intelektual mengenai
kepemimpinan. Harus ada keseimbangan antara kemampuan intelektual
dengan kepemilikan karakter pribadi yang yang baik yang dibangun dari
pengembangan kualitas kemampuan emosional dan spiritual. Disinilah
pentingnya karakter dan integritas seorang pemimpin agar diterima oleh
rakyat atau kelompok yang dipimpinnya. Seorang pemimpin sejati selalu
mencari alternatif baru, mengembangkan problem menjadi sebuah
tantangan, menganalisis suatu kondisi (SWOT ; Strenght, Weakness, Opportunity, and Treath)
dan menemukan solusi kreatif, menghargai pembaharuan dan berani mencoba
hal baru yang sulit, serta seorang pemimpin juga harus berpikir Divergen,
yaitu berpikir kedepan, mempunyai visi dan misi yang jelas, memiliki
pandangan global, selalu mencari solusi-solusi dan
kemungkinan-kemungkinan yang ada (Possible Answer). Karena pemimpin bisa dikatakan adalah seorang master of possibilities, dan salesman of purpose.
Memang, seorang pemimpin harus mempunyai kredibilitas dan kapabilitas, (honesty, knowledge, skills, frame of mind etc,) karena pemimpin sejati adalah seorang pemberi semangat (Encouvager), motivator, inspirator, dan maximizer. “Namun yang terpenting adalah, seorang pemimpin harus mempunyai Kerendahan hati”, jelas Kresnayana. Karena seorang leader yang sering mengunggulkan diri, pada umumnya lebih sering jatuh. Seringkali
seorang pemimpin sejati tidak diketahui “keberadaannya” oleh mereka
yang dipimpinnya, bahkan ketika misi atau tugas selesai, maka seluruh
anggota tim akan mengatakan bahwa merekalah yang mengerjakannya
sendiri. Konsep pemikiran seperti itu mungkin tidak bisa diterima oleh
para pemimpin konvensional yang justru mengharapkan penghormatan dan
pujian (Honor and Prise) dari mereka yang dipimpinnya. Jadi kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang lebih didasarkan pada kerendahan hati (Humble).
Seorang leader (pemimpin) juga harus mempunyai Job Dimension,
diantaranya adalah ketekunan, inisiatif, mandiri, dan bersikap “cerdas”
dilapangan. Seorang pemimpin sejati justru memiliki keinginan untuk
membangun dan mengembangkan mereka yang dipimpinnya. Dengan kata lain,
membantu orang lain menyiapkan diri untuk masa depan mereka (Enabler). Sebagaimana pendapat John Maxwell, bahwa keberhasilan
seorang pemimpin sangat bergantung dari kemampuan untuk membangun
orang-orang disekitarnya, karena keberhasilan sebuah organisasi sangat
bergantung pada potensi sumber daya manusia dalam organisasi tersebut (Maxwell, Developing the Leaders Around You; 200). “Pemimpin
sejati adalah pemimpin yang mau mendengar. Mendengarkan setiap
kebutuhan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya. Karena
salah satu kesalahan seorang pemimpin adalah kurang mendengarkan
bawahan (yang dipimpin) dan hanya meniru atasannya saja”, tambah
Kresnayana. Pandanglah atasan anda sebagai seorang partner dalam
mengembangkan diri. Diskusikan topik pengembangan dengannya dan
jalinlah kesepahaman yang saling menguntungkan mengenai harapan dan
peran, namun jangan pernah seorang pemimpin melupakan apa
yang menjadi keinginan bawahannya. Leadership tidak bergantung pada
kehebatan atasan, belaskasihan dan sekedar loyalitas, juga bukan karena
adanya pengikut loyal saja.
Selanjutnya
Kresnayana menjelaskan, seorang pemimpin tidak cukup hanya memiliki
hati atau karakter saja, tetapi juga harus memiliki serangkaian “metode”
kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang efektif. Banyak sekali
pemimpin yang mempunyai karakter dan integritas seorang pemimpin,
tetapi ketika menjadi pemimpin formal, justru
kurang efektif karena tidak memiliki metode yang baik. Ada beberapa hal
penting dalam metode kepemimpinan yaitu :
- Mereka yang mempunyai kekuasaan formal harus bertindak sesuai dengan nilai-nilai partisipatif.
- Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan visi dan misi yang jelas (frame of mind).
Visi, merupakan sebuah daya atau kekuatan untuk meakukan perubahan.
Tanpa visi, kepemimpinan tidak ada artinya sama sekali. Seperti halnya
seorang wartawan harus bersikap skeptis agar medianya
terus dapat hidup. Visi inilah yang mendorong sebuah organisasi
senantiasa tumbuh dan belajar, serta berkembang dalam mempertahankan
survivalnya sehingga bisa bertahan sampai beberapa generasi. Finzel membuat istilah SMART, yaitu cara untuk menetapkan
tujuan supaya dapat menghindari diri menjadi korban akibat kesalahan
dalam kepemimpinan. Tujuan harus memenuhi kriteria Specifik (Spesifik),
Measureable (Terukur), Attainable (Bisa dicapai), Relevant (Relevan),
dan Trackable (Bisa dirunut).
- Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang sangat responsive.
Artinya dia selalu tanggap dengan setiap persoalan, kebutuhan, harapan
dan impian dari mereka yang dipimpinnya. Selain itu selalu aktif dan
proaktif dalam mencari solusi dari setiap permasalahan ataupun
tantangan yang dihadapi organisasinya.
- Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih dan pendamping bagi orang-orang yang dipimpinnya (Performance Couch).
Artinya dia mempunyai kemampuan untuk menginspirasi, mendorong dan
“memampukan” anak buahnya dalam menyusun perencanaan maupun melakukan
kegiatan dilapangan.
Dan yang terakhir, mengapa kita mengikuti pemimpin?
Tentu karena ada rasa “percaya” dan adanya suatu keyakinan terhadap
seorang pemimpin (orang yang memimpin). Oleh karena itu, janganlah
sekali-kali seseorang berbuat sesuatu yang “tidak layak”, karena akan
menghilangkan kepercayaan orang lain terhadapnya. Suatu kepercayaan
mahal harganya. Pemimpin yang sukses adalah orang-orang yang mempunyai
integritas, mampu mengendalikan diri, mampu bekerjasama dengan orang
lain, terbuka, mampu menerima kritik, rendah hati, mampu memahami orang
dengan baik, memiliki spiritualitas yang tinggi dan selalu mengupayakan
yang terbaik bagi diri mereka maupun orang lain. Dan satu hal lagi,
untuk mencapai hasil yang memuaskan, kita tidak harus terperangkap
dalam keutamaan kita sendiri. Kerendahan hati adalah kunci untuk
mengakhiri dengan baik dan menyerahkan obor kepemimpinan pada pengganti
kita. Be the Best !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar